26

53 4 1
                                    

Keputusan yang diambil Nara benar-benar merubah kebiasaan dan sikapnya. Seperti saat ini, dia memilih mendekam di perpustakaan saat istirahat untuk sekedar membaca materi ujian akhir nanti. Ia sangat sadar, tahun terakhir sekolah akan terasa sangat cepat.

Brak!

Gebrakan meja yang tidak terlalu keras tapi cukup mengagetkan Nara membuat gadis itu mendongak. Matanya merotasi saat melihat sang pelaku.

"Woahh..." Yaza bertepuk tangan menatap remeh Nara. "Habis putus berubah ya Lo, ...ah atau gegara ditinggal mati kakak Lo jadinya sekarang gini (?)"

Yaza tertawa lepas, wajahnya terlihat senang dan menyebalkan disaat bersamaan. Nara sendiri sudah meremat buku yang ia pegang hingga buku-buku tangannya memutih.

Yaza menyudahi tawanya. Satu detik dia telah merubah raut wajahnya dan menyorot tajam. Mendekat dan menatap benci mata Nara yang sialnya sangat indah.

"Baguslah Lo sadar diri buat ninggalin Third, kalau gue nggak bisa dapetin dia Lo juga gak! Inget ya Ra, gue gak pernah main-main sama perkataan gue! Jangan buat gue ngelakuin hal nekat!"

Yaza mencengkeram dagu Nara lalu menghempasnya kasar. Dia pergi dengan langkah angkuh.

Nara menghembuskan napas pelan, mencoba mengendalikan emosi. Istirahat masih lumayan lama. Nara sudah tidak mood untuk membaca. Setelah menutup buku, dia menumpukan dahinya pada lipatan tangan di atas meja.

Tuk

Nara lagi-lagi mendengus, mengangkat kepalanya malas. Di hadapannya ada sebotol minuman dingin yang membuatnya menegakkan tubuhnya lalu menoleh saat seseorang menarik kursi samping kemudian duduk tanpa izin.

"Apa gue bilang, Yaza itu licik."

Nara mencelos mendengar Third. Ya, laki-laki itu memang benar. Dan sekarang dia merasa menyesal err...atau merasa terbodohi.

"Hm...bilang aja langsung kalau gue itu bego!" Nara merengut kesal.

Third tertawa lebar. "Iya, lu bego nggak mau dengerin gue."

"Hm serah."

Third meletakkan sandwich ke depan Nara yang hanya menaikkan alisnya.

"Makan, belajar pun percuma kalau laper."

"Eh kan nggak boleh bawa makanan ke perpus, Third," Nara berujar pelan melirik penjaga perpus yang sebenarnya lumayan jauh dari tempatnya.

Third ikut melihat ke arah penjaga. Kemudian kembali menatap Nara. "Nggak apa-apa udah, nggak keliatan. Buruan makan!"

Nara terpaksa menerima sandwich yang disodorkan Third dengan bar-bar. Ia hampir saja tersedak saat laki-laki itu menyumpal mulutnya dengan sandwich. Dan dengan kurang ajarnya dia hanya tertawa saat Nara mengerucutkan bibir dengan kesal.

"Lo yakin mau kuliah di Kanada?" tanya Third menginterupsi acara makan Nara.

Dan, Nara hanya mengangguk tanpa bersuara. Third pun hanya memandangi gadis itu mengunyah.

"Ekhem!"

Mereka berdua terlonjak kaget kemudian menyengir merasa tak bersalah.

Third berbisik, "Satu ... Dua ..."

Nara mengernyit tetapi tetap merasa takut melihat penjaga berdiri menatap tajam mereka.

"... Tiga! Kabur!"

Third menarik Nara yang mematung untuk berlari menuju pintu.

"Kalian! Berhenti!" teriak penjaga perpus yang susah payah mengejar mereka dengan tubuh bulatnya.

You Don't Know-Third ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang