"Huft...,"Seorang gadis menghela napas dengan bosan. Ia kini duduk sendirian di sebuah ruangan yang terbebas dari suara suara bising di luar.
Ia menjelajahi setiap sudut ruangan itu dengan malas. Namun Ia seketika mengembangkan senyumnya saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
Ia kemudian berdiri mendekat ke sebuah meja kecil yang di atasnya berdiri beberapa bingkai foto. Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Ia mengambil sebuah buku album yang di covernya tertulis 'Sweet history.'
Dibukanya halaman pertama album itu sambil duduk di sofa dekat meja. Gadis itu tersenyum kecil melihat beberapa foto laki laki yang menggunakan seragam sekolah SD yang terlihat menggemaskan. Setiap halaman dia telusuri dengan seksama. Sampai Ia menemukan fotonya juga di album. Foto itu diambil saat duduk di bangku SMP. Dia menyimpannya?
Ia tertawa kecil saat sampai dihalaman 59/60. Di mana tampak banyak sekali fotonya di halaman akhir.
"Nara?"panggil seorang lelaki yang membuat gadis itu mendongak.
Lelaki itu seketika melebarkan matanya saat menyadari sesuatu yang berada di tangan gadis bernama Nara itu. Ia langsung berlari menghampirinya dan merebut album itu kemudian memeluknya erat.
Nara tersentak kaget kemudian menunjukkan wajah kesalnya.
"Thirrrd...kembalikan albumnya, gue belum selesai lihatnya,"teriak Nara.
"Enggak! Enak aja kembalikan, ini kan punya gue," Third mengeratkan album yang dipeluknya saat gadis itu mencoba meraihnya.
"Iihh...tinggal satu halaman lagi juga...siniin," Nara mencoba meraihnya kembali sambil memukul mukul lengan lelaki itu.
"Hey... Thirdd...,"teriak gadis itu sambil mengejar Third yang sudah lari berputar putar mengelilingi ruangan itu. Aksi kejar-kejaran itu terus berlangsung selama sepuluh menit.
"Ih...siniin lah...jangan pelit ih, gue baru aja pulang dari Canada bukannya disambut malah disuruh ngejar lo. Emangnya kenapa sih? Lagian gue dah liat semuanya. Kecuali halaman terakhir. Emang ada apanya sih?,"omelnya sambil berlari.
Laki-laki itu malah menjulurkan lidahnya, mengejek.
Tanpa mereka sadari, seseorang menggeleng gelengkan kepala saat melihat tingkah mereka.
Grebb...
"Ra...lo nggak capek lari terus?" Ujar lelaki yang menahan tangannya hingga Ia berhenti.
"Marc?" Seulas senyum mengembang di wajah gadis itu. Ia kemudian memeluk singkat lelaki di depannya sebelum menggelayuti lengannya.
Marc menuntunnya duduk di sofa.
"Kalo Marc yang datang, langsung dipeluk,"ucap Third sambil menyeka peluhnya.
Nara menatapnya sinis,"mau dipeluk? Sini albumnya! Nggak usah diumpetin,"ucapnya saat menyadari album itu sudah raib dari tangan Third.
Third menggelengkan kepalanya tegas,"nggak akan gue kasih"
Nara mendesis,"ish...lihatlah teman lo itu Marc. Dia sungguh sangat menyebalkan. Padahal hanya halaman terakhir yang belum gue lihat,"ujarnya sambil cemberut manja pada Marc.
Marc tertawa kecil,"mungkin dia punya privasi Ra"
Nara memanyunkan bibirnya kesal,"jadi lo belain dia. Kalian pasti sekongkol"
"Bukan begitu Ra. Privasi ya tetep privasi. Kalo lo liat privasinya dia, bukan privasi lagi namanya"
"Hm,"ucap Nara datar.
"Ah ya kok lo nggak keluar sih liat kita?"
"Iya nih, yang cuma fans aja dateng liat lo yang temen malah duduk di sini,"tambah Third.
Nara melotot,"apa kalian lupa kalo gue nggak suka keramaian? Lagian gue masih pengin telinga gue sehat nggak denger teriakan mereka. Berisik"
"Ah masa cuma liat bentar aja nggak mau. Lo tuh beruntung punya temen selebritis kaya kita,"ucap Third bangga.
"Bodo amat. Gue nggak peduli kalian seleb kek artis kek presiden kek. Semua orang itu sama. Sama-sama manusia," ujar Nara yang mendapat seringaian dari Third.
"Gimana kehidupan lo selama di Canada?" Tanya Marc mencari topik lain.
"Baik-baik aja. Di sana orangnya baik baik dan menyenangkan"
"Eum lima tahun kan lama tuh. Lo pasti punya pacar kan orang sana?"tanya Third menyelidik.
"Apa sih lo...enggak gue nggak punya pacar"
"Bagus deh,"ucap Third lirih.
"Maksudnya?"tanya Nara dan Marc serempak.
Third tergagap karena mereka mendengar perkataan lirihnya.
"Ah...maksud gue...ya bagus nggak ada yang suka sama cewek kaya lo. Tandanya orang di sana itu matanya sehat"
"Apa maksud lo hah? Lo pikir gue nggak laku apa! Banyak yang ngantri tuh"
"Mana,"remeh Third.
"Ih lo..."
"Udah nggak usah ribut. Nggak capek apa," kalimat Nara dipotong oleh Marc.
"Eh ya Third,"panggil Marc.
"Apaan?"
"Tadi pas gue jalan di koridor, banyak cewek yang nyariin lo"
"Biasa kan fangirl"
"Eum iya namanya Preeca, Preeda, dan Vanida. Mereka kan mantan lo yang baru aja lo putusin minggu ini"
Third langsung membekap mulut Marc sambil memelototinya.
"Apa?!"teriak Nara.
"Adu...aduh," Third meringis saat Nara menarik telinganya.
"Lo masih suka mainin cewek?!"
"Ih lepasin Ra. Sakit"
"Jawab!!"
"Iya. Kenapa emang?"
Bukannya melepas telinga Third, Nara malah semakin menariknya sambil memukul lengannya.
"Jangan mentang mentang lo populer lo bisa mainin hati cewek gitu aja. Gue heran. Dari SMA sampai sekarang lo nggak pernah berubah. Playboy kelas kakap," Nara melepas telinga Third yang memerah.
"Kenapa sih sewot aja. Gue nggak bakal mainin lo. Tenang aja"
"Apa lo nggak pernah berpikir rasa sakit hati mereka,"tanya Nara geram.
"Enggak,"jawab Third enteng.
"Dasar nggak punya perasaan," Nara menimpuknya menggunakan majalah.
"Sebenarnya apa alasan lo kaya gitu sama cewek?"tanya Marc.
Third tersenyum tipis,"You don't know about me"
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know-Third ♡
Fiksi PenggemarYou don't know . . . Bahasa non baku... Masih acak-acakan dan belum direvisi Start : 14 April 2018