Braak...brakk...
Gedoran pintu apartemen membuat Nara dan Aynam terperanjat sembari melihat ke arah pintu. Siapa pula yang datang? Apa temannya Arkin? Atau malah Arkin sendiri, tapi kenapa nggak buka password sendiri.
Nara beranjak diikuti Aynam dibelakangnya. Setelah menekan tombol buka otomatis, pintu itu terbuka sendiri. Nara sungguh terkejut dengan pemandangan di depan pintu.
"Bang Arkin!" teriak Nara panik.
Bagaimana tidak, Arkin pulang dipapah seorang perempuan cantik yang entah siapa.
"Dimana kamarnya?" tanya perempuan itu.
"Di sana," tunjuk Nara ikut membantu memapah kakaknya. Sedangkan Aynam dengan sigap membuka pintu kamar.
Arkin tampak pucat dengan mata yang terus membuka menutup. Bahkan ia meracau tidak jelas seperti orang mabuk. Atau memang iya.
"Saya permisi."
"Tunggu!" Nara menghentikan perempuan tadi.
"Siapa kamu?"
***
Nara terduduk sendirian di meja makan pagi ini. Kopi yang sudah tidak mengepul lagi hanya diaduk-aduk tidak jelas oleh sang empu. Setelah kejadian kemarin dia sama sekali tidak menemui Arkin. Entah laki-laki itu sudah sadar atau belum.
"Dek?"
"Sudah sarapan?"
Nara hanya diam mendengar kakaknya. Ia sembunyikan wajahnya pada lipatan tangan di atas meja.
"Nggak sekolah?"
Arkin mengelus surai rambut Nara. Membelainya dengan sayang.
"Maafin abang ya."
Nara mengangkat wajahnya lalu berkata,"Jadi abang sering kaya gini? Lalu abang nyembunyiin apa?"
"Maaf, abang khilaf Ra."
Nara mendesah kecewa. Ia berdiri menepis tangan Arkin lalu pergi keluar. Ia tak peduli dengan panggilan dari dalam apartemen. Yang ia butuhkan sekarang adalah sendiri.
Dari apartemen ia berjalan kemanapun asal hanya ada dia dan pikirannya. Hari ini tidak libur. Memang apa? Seragam, buku-buku, dan semuanya ada di rumah.
Bruk
"Kalau jalan lihat-lihat dong!" sergah Nara sesaat setelah dirinya menabrak seseorang hingga membuatnya hampir jatuh.
"Dih, jalan nunduk gitu malah nyalahin orang."
Nara yang tadinya masih menunduk tetiba mendongak dengan cepat. Suara yang sangat ia kenal.
"Ngapain lo di sini?" tanya Nara agak sewot. Apapun yang ujung-ujungnya Third pasti bikin darah tinggi.
"Gue?" tanya Third nunjuk dirinya sendiri," lagi jalan-jalan aja sih."
Santai bener nih bocah. Tanggalannya merah semua kali ya. Atau malah dia yang buat kalender.
"Hari apa ini nggak sekolah?"
"Lah lu sendiri ngapain di sini? Bolos ya lu?" tuduh Third.
Skakmat. Salah deh tanya gitu tadi. Nara berdehem sedikit.
"Lo juga bolos."
"Emang. Gue lagi nggak mood sekolah aja."
"Idih, sekolah pake mut-mutan gitu. Ada masalah ya lu?" tebak Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Don't Know-Third ♡
Hayran KurguYou don't know . . . Bahasa non baku... Masih acak-acakan dan belum direvisi Start : 14 April 2018