27

62 4 1
                                    

Nara yang hanya goleran di kasur sejak pulang sekolah merasa haus, kerongkongannya terasa kering berguling-guling tidak jelas sejak tadi.

Akhirnya dia memutuskan untuk keluar kamar meskipun malas untuk minum sambil mengisi botol Tupperware jika sewaktu-waktu haus lagi.

Nara celingukan karena rumahnya terasa sepi. Namun saat di dapur dia melihat Tante Zua dan Third asik membuat kue. Nara tersenyum kecil, rupanya ibu anak itu telah berdamai, syukurlah. Tapi lucu juga penampilan laki-laki itu saat memakai apron yang biasanya terlihat keren dan modis.

"Duhh, asik banget kayanya hihi..."

Mereka menoleh ke arah Nara yang sekarang sedang membuka kulkas.

"Eh Nara, butuh sesuatu, Nak?" tanya tante Zua ramah dengan senyum manisnya.

Nara menggeleng sebagai jawaban. "Enggak Tan, cuma mau minum aja."

"Lah rebahan mulu dah Lo ternyata," ledek Third.

Nara menatap kemusuhan Third. Mulai lagi kan sifatnya, emang ya dasar.

"Suka suka dong." Nara menjulurkan lidahnya mengejek. Sedangkan laki-laki itu menampilkan wajah menyebalkannya.

"Aduh kalian jangan ribut...eh kalian saling kenal? Ah maksudnya udah lama kenal, kok keliatan akrab."

"Hah, enggak Tan, siapa ya aku nggak kenal tuh, Tan."

Third berkacak pinggang tak terima. "Dih, sok nggak kenal. Seantero sekolah pun tau siapa itu Third," ucapnya sombong.

Nara menaikkan satu alisnya. "Hah apaan? Nyatanya gue enggak tuh wlee."

Setelah mengucap itu Nara kabur kembali menuju kamar walaupun Third masih meneriakinya.

Langkah Nara terhenti saat melihat pintu kamar kakaknya terbuka. Dia bisa melihat dengan jelas mamanya yang sedang menatap sendu bingkai-bingkai foto di kamar itu.

Seketika Nara berpikir, jika dirinya pergi, siapa yang akan jadi kekuatan mama. Tapi dia pun tidak sanggup berlama-lama dalam keadaan ini. Nara butuh waktu sendiri untuk mentabahkan hati.

Nara tidak jadi masuk ke kamarnya. Dia memilih untuk duduk di ayunan belakang rumahnya. Di sana bunga-bunga yang dirawat sang mama sedang mekar dan sangat indah.

Nara hanya melamun dengan pikiran kosong. Sampai tak menyadari kedatangan seseorang.

"Kalau lo emang udah yakin, pertahanin. Jangan sampai goyah atau Lo bakal nyesel nantinya."

Nara menengok memandang Third yang duduk di sampingnya. Laki-laki itu balas menatapnya sembari mengulas senyum tipis.

"Tapi kalau emang lo ngerasa keputusan itu justru tambah ngebebanin, coba berdamai sama keadaan dan diri Lo sendiri."

Nara menunduk menatap rerumputan di bawah kakinya. Tadi pagi bahkan sang ayah tidak merespon apa-apa tentang keputusannya. Apa mungkin papanya akan menolak seperti Arkin waktu itu?

"Udah nggak usah sedih, makan kue yuk, biar pipi Lo tambah chubby."

Nara melotot. "Heh!"

"Nah gitu dong, Nara gue tuh galak, imut banget sih pipinya." Third menguyel pipi Nara seperti squissy.

Hal itu sukses membuat Nara menabok tangan sembarangan Third. "Sakit tau! Minggir gak tangan Lo!"

Third hanya tertawa melihat Nara memegang pipinya yang sedikit merah.

"Ayokk." Third menarik paksa Nara untuk masuk ke dalam rumah tepatnya menuju dapur.

Di sana ternyata tidak hanya ada Tante Zua, tetapi ada mama Nara juga.

You Don't Know-Third ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang