“Ke kantin, gak?” tawar Rully pada teman-temannya setelah tadi mendengar bel istirahat berbunyi. Dia beranjak dari tempat duduk lebih dahulu.
“Ayolah.” Reza menyahut. Dia juga beranjak dari kursinya. Garry, Tomi dan Tedi mengikuti. Mereka segera berjalan ke kantin.
“Gimana dengan Hakim, Rul? Hakim sering sekali berulah. Reza udah menjadi korban pengeroyokan mereka. Jangan sampai ada lagi korban pengeroyokan selanjutnya. Hakim diam-diam tahu kalau kita terus mengincarnya,” ucap Tomi melihat ke arah Rully.
“Ya ... mau gimana lagi? Tuh, anak susah ditangkap. Lagian dia juga nggak pernah pulang ke rumah lagi, orang tuanya gak tahu di mana keberadaan anak mereka. Pokoknya kalian harus tetap waspada. Hakim nggak sendirian, dia pasti datang tiba-tiba dengan teman-temannya.” Rully mengingatkan mereka semua.
Suasana di kantin pagi ini terlihat tidak seramai seperti biasanya, Rully dan teman-temannya memandang semua orang-orang yang ada di sana. Mereka berjalan ke tempat biasa. Tedi mendekati Bu Tia untuk memesankan mereka makanan.
Purnama dan Natasya berjalan mendekati Rully di meja mereka. Beberapa pasang mata yang sedang menikmati makanan mereka memandang Purnama dan Natasya sebentar. Rully menggeser tempat duduk Tomi agar Purnama bisa berada di dekatnya.
“Mau makan?” tawar Rully melirik Purnama.
“Ditraktir, nih, ceritanya?” Purnama tersenyum malu.
“Kalau kamu nggak nolak, Bu Tia akan ngasih makanannya. Kalau kamu nolak, sih, kebangetan. Aku gak perlu lagi nawarin makan atau semacamnya.” Rully memutar matanya mengarah ke Tedi. “Tedi, sekalian punya Purnama juga, samain aja dengan punyaku,” pintanya.
Tedi yang berdiri di dekat Bu Tia mengiakan. Setelah itu, pesanan mereka diantar oleh Tedi dan Bu Tia. Bakso menjadi menu favorit Rully ketika berada di kantin. Menurutnya, bakso buatan Bu Tia selalu bisa membuat perutnya bahagia.
Rully menoleh ke arah Purnama yang sedang menyantap makanannya. “Pulang bareng aku, ya? Entar jaminannya kamu akan bahagia selama di perjalanan.”
“Hm, nggak usah dijamin juga aku pasti bahagia, kok.” Purnama membalas seraya tersenyum. Dia menatap Rully sebentar, tak menghiraukan teman-temannya yang sedang menyaksikan mereka berdua.
Rully menyodorkan sendok yang di atasnya sudah ada bakso ke mulut Purnama. “Kata pakar cinta, kalau kamu menerima suapan ini, setelahnya kamu akan bahagia sepanjang hari. Bahkan, akan menjadi waktu yang sulit untuk dilupakan.”
“Siapa pakar cintanya?” Purnama menerima suapan itu. Teman-temannya hanya tertegun merasa iri dengan keromantisan mereka berdua.
“Ya, aku!” jawab Rully menyombongkan diri, lalu terkekeh. “Yang jomlo harap jangan iri, karena ini zona orang berpasangan. Bagi yang nggak tahan lihatnya, silakan melengos atau pindah tempat duduk.” Rully menyindir teman-temannya.
Garry, Tomi dan Tedi berpindah tempat duduk, sedangkan Reza masih menetap di sana menghadapi Natasya. Garry dan yang lainnya pun heran kenapa Reza bisa sedekat itu dengan Natasya, padahal di kelas mereka terlihat biasa-biasa saja, tak menunjukkan kalau ada hal spesial.
“Reza, emang kamu udah pacaran sama Natasya?” Dari tempat duduknya, Tedi menanyakan hal itu pada Reza.
“Reza mah siapa aja dianggap pacar,” celetuk Tomi, kemudian tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rully Andhra [PROSES TERBIT]
Novela Juvenil⚠️ Zona baper "Bandung sekarang banyak rintangannya, ya." "Maksudnya banyak rintangan?" "Mau jemput kamu aja serasa ada tantangannya gitu, tegang." ***** Rully Andhra, orang paling bucin nomor satu, tegas, ketua geng motor, perhatian, solidaritas se...