(+) Telepon : Gangguin Pacar

698 55 36
                                    

"Hai! Assalamualaikum, Sayang," sapa Purnama setelah telepon videonya diterima sang pacar.

"Waalaikumsalam. Hai juga, Sayang." Rully juga menyapanya. "Oh iya, itu sejak kapan ada ada kotoran di hidung?"

Purnama menyengir. "Sejak tadi. Soalnya sekarang lagi kumpul-kumpul di sini. Biasa, Natasya ngajakin bikin kue tadi pas pulang sekolah."

"Berarti itu adonan kue?"

"Iya. Kenapa, marah?"

"Enggak, sih. Oh iya, kalau cantik gitu sejak kapan?"

"Perasaan gombal mulu."

"Enggak apa-apa juga kali. Kan, yang digombali pacar sendiri, bukan pacar orang."

"Hai, Rully!" sapa Natasya yang tiba-tiba saja hadir di belakang Purnama.

"Hai, Rully!" sapa Zahara yang juga hadir di belakang Purnama.

Rully melambaikan tangan pada mereka. "Hai, juga. Jagain pacarku, ya, jangan dijahilin mulu, kasihan sama dia."

"Ceritanya main aduan, nih?" sindir Natasya melirik Purnama. Temannya itu hanya tersenyum malu.

"Udah, ah, malas gangguin orang lagi pacaran. Titip salam buat ketua geng, ya, Rul. Bilangin sama dia, harus jadi penerus Rully yang baik." Setelah mengatakan itu, Natasya lenyap dari pandangan Rully.

"Eh, udah pergi duluan orangnya. Ya udah, entar aku bilangin sama si Reza," kata Rully.

"Nat, kata Rully, 'Entar aku bilangin sama si Reza'. Denger, kan?" Purnama berucap mengarah ke Natasya yang kembali sibuk dengan tugasnya membuat kue.

"Itu, si jomlo enggak sibuk juga apa?" tanya Rully menunjuk Zahara yang masih betah di belakang Purnama.

Purnama menoleh ke arah Zahara, kemudian kembali menatap layar ponselnya. "Kamu jahat bilang dia jomlo. Kamu gak tahu apa kalau Zahara lagi dekat sama seseorang?"

"Sshhtt ... diam, Pur!" sergah Zahara yang langsung menutup mulut Purnama. Setelah itu, Zahara lebih memilih mendekati Natasya.

"Tuh, kan, ngambek orangnya. Kamu, sih." Rully kembali berucap.

"Bukan aku, tapi kamu," bantah Purnama tidak mau disalahkan.

"Kamu, bukan aku." Rully tak mau disalahkan.

"Kamu!"

"Kamu!"

"Kamu, ihh!" Purnama menekuk wajahnya illfeel.

"Kayak anak kecil tahu gak." Rully tergelak.

Purnama terkekeh. "Habisnya kamu enggak mau ngalah, sih."

"Ya udah, aku ngalah demi kamu. Yang penting enggak bikin kamu marah sama aku."

Senyum Purnama mengembang setelah mendengar perkataan itu. "Kalau gitu aku juga gak mau bikin kamu marah, biar kita seimbang," lirihnya.

"Seimbang, ya? Emm ...." Rully sedikit mendongak seraya berpikir.

"Iya, seimbang."

"Iya, deh. Biar sehati gitu?" Rully tersenyum.

"Ya ... gitulah pokoknya."

"Siap, Bu Bos. Hahaha ...." Rully hormat dengan tegap melirik ke arah Purnama. Pacarnya itu dibuat tertawa puas.

"Ya udah, teleponnya nanti disambung lagi, soalnya mau bantuin Natasya dan Zahara dulu, kasihan," ucap Purnama sesaat kemudian.

"Kalau udah jadi jangan lupa kabarin. Aku mau cicip dulu, kali aja ada racunnya," balas Rully.

"Mana ada. Yang buat kami bertiga. Kalau mau minta bilang aja langsung, enggak usah basa-basi. Dasar. Huuuu ...."

"Ya udah, minta. Kalau udah jadi jangan lupa telepon, oke? Aku mau ke sana. Awas kalau aku gak kebagian," ancam Rully menunjuk Purnama.

"Kenapa kalau gak kebagian? Mau ngapain, hah?!" Purnama tak takut dengan kedua mata Rully melotot.

"Aku sun!"

"Dih! Itu mah kemauan kamu. Pasti entar disengajain datangnya lama, biar kuenya dihabisin. Udah ketebak."

Rully tergelak. "Kan, sesekali gitu," godanya menatap Purnama tersenyum-senyum.

"Aku aduin sama ibu, mau?!"

"Eh, jangan-jangan. Kamu mah main aduan. Tadi enggak serius kok, cuma bercanda. Lagian, mana berani aku sun kamu. Belum waktunya. Nanti setelah nikah baru aku berani. Hehehe ...."

"Awas aja kalau berani! Aku pastiin bakal lapor ke ibu." Ancaman Purnama membuat Rully keder seketika.

"Iya, enggak. Buruan gih bantuin Natasya dan Zahara," suruh Rully mengalihkan pokok pembicaraan mereka.

"Makanya jangan macam-macam." Purnama seketika tergelak puas melihat ekspresi pacarnya itu yang datar.

"Ehem!" Rully dengan sengaja berdeham.

"Assalamualaikum, Sayang. Dah ...." Purnama melambaikan tangannya seraya tersenyum.

"Waalaikumsalam. Dah ...." Rully juga melambaikan tangannya. Sedetik kemudian sambungan telepon mereka ditutup oleh Purnama.

Rully Andhra [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang