Purnama yang sedari tadi lekat mendekap Rully seraya tersenyum terus merasakan bahagia. Berada di atas motor bersama pacar itu jalanan terasa sepi. Tak terdengar suara bising motor atau mobil yang sedang melaju. Semuanya tenang bersama embusan angin kebahagiaan.
"Tidur, Neng?" tanya Rully kemudian karena Purnama tak kunjung bersuara.
"Enggak," jawab Purnama kemudian.
"Habisnya dari tadi enggak ada suaranya."
"Enggak usah bersuara juga kamu udah tahu kenapa aku diam." Purnama tersenyum dengan wajah bagian kirinya terus menempel di punggung Rully.
"Nyaman?" Rully mencoba mencari tahu.
"Bisa dibilang begitu."
Rully mengulas senyumnya. "Ya udah, kalau nyaman jangan lepasin pelukannya. Enggak apa-apa punggung terasa sedikit berat, yang penting kamu nyaman."
"Kalau seharian, gimana?" tanya Purnama.
"Selama berada di atas motor, ya, enggak masalah."
"Benar?"
"Kalau kamu udah merasa nyaman, berarti aku berhasil buat kamu semakin sulit untuk pergi dariku. Aku akan berusaha bikin kamu terus bahagia, bagaimanapun caranya."
Purnama tersenyum. "I love you, Rully Andhra." Cewek itu semakin mendekap erat pacarnya.
Rully diam tak membalasnya. Dia hanya fokus mengendarai motor sambil tersenyum setelah mendengar ungkapan cinta itu.
"Kenapa gak dibalas?" tanya Purnama curiga.
"Perlu dibalas, ya? Bukannya kamu udah tahu kalau aku juga cinta. Aku udah balas cinta kamu melalui hati. Bosan ungkapan mulu. Kamu pasti tahu itu," jawab Rully yang membuat pacarnya itu kembali mengulas senyuman.
"Aku tahu kamu juga cinta. Aku tahu kamu juga sayang."
"Nah, tuh, kamu pintar. Pacar Rully enggak usah setiap hari dengar ungkapan cinta. Terpenting, kita sama-sama percaya, yakin, bahwa satu sama lain enggak akan mengkhianati."
"Kamu juga semakin pintar ngomongnya. Jangan-jangan copas dari Google, ya?"
"Google bukan satu-satunya tempat untuk semua orang mencari kata-kata. Inspirasiku juga bukan dari sana."
"Terus?"
"Inspirasiku dari kamu. Kata-kataku terbentuk, tersusun rapi menjadi kalimat juga karena kamu. Kamu, semuanya ada di kamu. Untuk itulah, kamu jangan sesekali mencoba pergi dari hatiku."
"Kalau semisal suatu saat pergi?"
"Ya, aku akan mencari. Aku akan kerahkan semua teman-teman geng motor untuk mencarimu."
"Kalau udah dapat mau diapain?"
"Aku mau kamu bertanggung jawab atas semua kekecewaan, karena telah pergi meninggalkan kenangan."
"Kenapa enggak maksa aku buat kembali ke hatimu aja?"
"Sarannya juga bagus, tuh. Nanti aku bakal suruh anak-anak kepung kamu biar gak bisa lari lagi. Terus maksa kamu buat kembali ke hatiku dan menetap selamanya."
"Terus aku mau dan bahagia sambil meluk kamu erat."
"Aku juga meluk kamu erat."
"Terus kita berdua pun hidup bahagia selamanya." Purnama tergelak sembari mengangkat kembali kepalanya. Dia membawa dagunya di pundak kanan Rully.
Rully tergelak puas. "Dikira sinetron."
Motor yang dikendarai mereka terus melaju di sepanjang jalan Kota Bandung. Keduanya bahagia dengan penuh cinta. Apa yang dirasakan saat ini semoga terus larut selamanya.
Rully dan Purnama berharap kalau hari-hari mereka terus bahagia. Tidak ada lagi masalah atau balas dendam. Terlebih lagi Rully sudah tidak lagi menjadi ketua geng motor, itu berarti waktunya akan banyak dihabiskan bersama sang pacar.
"Kalau aku minta sesuatu, boleh?" tanya Purnama kemudian.
"Mau minta dibeliin martabak lagi?" Rully balik bertanya.
"Bukan."
"Terus?"
"Mau dikecup di kening."
Rully langsung mengerucutkan jari-jari tangan kiri, kemudian menempelkannya pada kening Purnama. "Muaaach ...."
"Kok, gini?"
"Sekarang wakilin dulu dengan jari, nanti baru yang benarnya. Kan, gak bisa juga cium kalau lagi ngendarain motor gini."
"Iya, deh."
"Iya, Sayang," ucap Rully sembari mengelus lembut rambut pacarnya itu.
*****
Coba tulis di komentar definisi nyaman menurut kamu saat bersama pacar itu seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rully Andhra [PROSES TERBIT]
Fiksi Remaja⚠️ Zona baper "Bandung sekarang banyak rintangannya, ya." "Maksudnya banyak rintangan?" "Mau jemput kamu aja serasa ada tantangannya gitu, tegang." ***** Rully Andhra, orang paling bucin nomor satu, tegas, ketua geng motor, perhatian, solidaritas se...