46. Kencan.

10.8K 417 13
                                    

Undangan pernikahan itu sudah disebar ke penjuru Universitas Merah Putih, ketiga teman Pelita juga sudah menerima undangan yang dikemas dengan cantik.

Dulu mereka mengidam-idamkan hal itu, sekarang tak lagi. Chintya meremas kuat-kuat undangan itu lalu membuangnya ke selasar kantin, tak ada Pelita hari ini. Apa gadis itu tengah mengutuki nasib buruknya, lagi?

Kamila juga merobeknya lalu menginjak-injak di depan semua orang, ia tak peduli jika pemilik undangan itu akan datang dan mencakar wajahnya. Kamila siap untuk bergelut ria dengan Valerie, lalu viralkan!

Sedangkan cara Anggi berbeda, ia mengambil spidol dari dalam ranselnya. Mengganti nama Valerie dengan nama Pelita lalu memberi kumis pada gambar Valerie yang sengaja dipajang di dalam undangan, setelahnya ia terkekeh geli.

Masing-masing punya cara meluapkan kekesalan mereka, mereka tak terima jika Pelita disakiti lagi. Bukankah begitu seharusnya seorang sahabat?

"Pelita nggak masuk, dia pasti tahu soal pernikahan mereka yang dipercepat. Jangan-jangan nanti dia bunuh diri lagi," terka Anggi cukup gelisah.

"Hush!" Chintya menarik bibir Anggi. "Jangan asal ngomong deh, jangan sampai Pelita bunuh diri. Kita harus kasih kekuatan sama dia."

"Sekarang dia di mana coba?" sela Kamila.

Anggi dan Chintya menggeleng.

"Nomornya nggak aktif, serius gue takut kalau dia kenapa-napa karena ini," sahut Chintya, menggigit bibirnya.

"Terus kita harus gimana dong?" timpal Anggi.

"Ngapain kalian ngurusin teman kalian yang udah dicap sebagai pelakor sama anak satu kampus, hm?" Hinaan itu membuat ketiga teman Pelita menoleh pada sosok Valerie yang sudah berdiri dengan teman-temannya, berdiri begitu angkuh sembari mengangkat dagu dengan bersidekap di depan dada.

Chintya mengerutkan dahi, dia beranjak menghampiri Valerie. "Siapa yang lo sebut pelakor, hm?" Emosi Chintya sudah terlihat.

"Pelita, siapa lagi coba," sahut Valerie diiringi kekehan hinaan dari teman-temannya.

Kini Anggi dan Kamila ikut beranjak menghampiri Chintya. "Jangan asal ngomong ya! Pelita nggak kayak gitu! Karang aja yang terjebak hubungan sama lo jadi dia nggak bisa bebas sama Pelita!" cicit Chintya.

"Benar tuh, lo aja yang kurang beruntung terus dikhianati sama Karang. Menyedihkan sekali ...," timpal Anggi diiringi seringaian.

"Kalian!" Valerie mengangkat tangannya, tapi tangan Kamila menahannya.

"Jangan sentuh siapa pun di sini, apa lo mau gue ajak karate sekarang? Lo mau dress lo yang mahal itu robek-robek karena berantem sama gue, hm?" Kamila juga menyeringai.

Valerie mendengkus, ia menurunkan tangannya.

"Udahlah, Val. Ngapain ngurusin cewek-cewek nggak jelas kayak gitu, mending lo spa buat wedding besok. Kan udah jelas Karang pasti nikah sama lo," celetuk salah satu teman Valerie yang berdiri di sebelahnya.

Valerie tersenyum miring, "Iya juga ya, ngapain gue capek-capek debat sama mereka yang nggak jelas ini. Mending perawatan buat persiapan besok, lagipula mau gimana pun juga Karang jodohnya sama gue. Bukan teman mereka yang pelakor itu, buktinya sekarang nggak kelihatan. Pasti lagi nangis-nangis di kamar atau mau gantung diri," cibir Valerie yang langsung dibalas kekehan geli oleh teman-temannya.

Chintya mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia ingin menampar Valerie, tapi gadis itu sudah pergi lebih dulu.

"Bangsat banget sih itu cewek!" umpat Chintya.

Danke (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang