Coma

846 85 5
                                    

Setelah mendengar bahwa Jin hyungku kecelakaan, aku sadar bahwa inilah resiko ketika mengutamakan gengsi daripada perasaan. Sadar bahwa Tuhan sedang memberi peringatan kepadaku; kalau kamu tidak bergerak maka kamu akan kehilangan.

Dan disinilah aku, di depan pintu kamar rawat vip tempat Jin hyungku terbaring, koma. Saat aku mendengar kata koma dari manajernya, rasanya duniaku memang benar-benar sudah mati.

Aku merasa bersalah, seharusnya aku mengejarnya. Seharusnya aku mau pulang bersamanya. Kalau saja gengsiku tidak sebodoh ini, mungkin Jin hyung masih baik-baik saja. Persetan dengan gengsi! Toh aku akan menjadi orang pertama yang tidak akan rela Jin hyung dimiliki oleh siapapun selain aku.

Posesif? Ya.

Tapi, aku malah meninggalkannya. Bodoh.

"Taehyung, masuklah." Manager-nim memintaku untuk masuk. Aku menggelengkan kepala, aku belum siap. Aku takut akan pingsan saat itu juga melihat seseorang yang aku cintai terbaring koma karena kebodohanku.

"Biar Taehyung disini dulu manajernim, biar dia menenangkan diri dulu. Nanti...." Omongan Namjoon hyung terpotong, dia mengambil handphonenya dan memperlihatkan ke Suga hyung. Aku bahkan tidak berniat bertanya itu siapa, pikiranku kacau sekarang.

"Taehyung, Jimin..aku dan Suga hyung mau keluar sebentar. Kalian disini saja, kalau Tae udah siap masuk telepon hyung ya." Aku dan Jimin mengangguk.

Manajernim juga ikut pergi sebentar, seharian ini dia menjaga Jin hyung. Aku memintanya untuk beristirahat, kasian manajernim.

"Tae, kenapa sih gengsimu itu luar biasa kerad banget?"

"Aku bingung Jim, kupikir Jin hyung membenciku. Aku merasa bersalah saat itu dan ketika aku tau Jin hyung menyesal sudah berpacaran denganku...aku harus sadar diri Jim."

"Hhhhhhhh, aku heran dengan kalian berdua. Kalian terlalu lama menyelesaikan masalah. Kebahagiaan kalian ya kalian sendiri yang menentukan, toh saat kamu berpacaran dengan Jin hyung pun kamu ngga lebay dan ngga menunjukkan ke semua orang kalau kamu udah jadi pacar aktor terkenal."

"Iya Jim, saat itu aku terlalu sakit hati dengan penggemarnya. Aku juga manusia Jim, kalau aku menerima hujatan demi hujatan pada akhirnya aku juga yang sakit sendiri."

Jimin memelukku, menenangkanku yang sebentar lagi akan menangis.

"Aku mengerti, Tae. Tapi berhentilah menyakiti hati sendiri, kalau kalian masih ada kesempatan bersatu kembalilah."

"Apa itu mungkin Jim? Jin hyung sekarang koma, apa setelah dia sadar nanti dia masih mau menerimaku? Aku sudah mengecewakannya."

"Kalau Jin hyung mau mengajakmu balikan lagi, kau mau?" Tanya Jimin dengan smirknya.

"A-aku.........mau....." Jawabku, aku malu sejujurnya. Meski Jimin itu sahabatku tapi untuk urusan ini...

"Kau masih belum mau masuk? Seokjin hyung ngga ada yang jaga di dalam."

"Aku....bingung Jim"

"Permisi, maaf kalian tidak masuk ke kamar pasien?" Tanya seorang suster

"Ada apa sus?" Tanyaku, seketika jantungku berdegup kencang.

"Saya hanya mau meriksa pasien saja. Permisi." Aku mengangguk, mempersilahkan. Harap-harap cemas semoga Jin hyung dalam kondisi baik-baik saja.

Tiba-tiba suster itu keluar dengan raut muka yang tegang dan berlari sembari meneriakkan nama seorang dokter. Aku dan Jimin mematung di tempat, wajahku pucat pasi.

Ada apa ini???

"Sus, pasien kenapa sus??" Tanyaku, tergesa-gesa.

"Tae tenang tae."

"Aku tidak bisa tenang, Jim!"

"Maaf, tapi kalian tidak boleh masuk dulu. Pasien kritis." Jelas suster, tak lama kemudian dokter pun masuk.

Aku menangis, aku takut terjadi apa-apa dengan Jin hyungku. Aku belum bisa kehilangan dia selamanya. Masih ada yang harus kami perbaiki, masih banyak yang harus kami bicarakan.

"Tae, kau kenapa?" Suga dan Namjoon hyung datang, seketika panik melihatku menangis. Namjoon hyung memelukku.

"Jim, ada apa?" Tanya Suga hyung

"Jin hyung kritis, hyung."

Suga hyung pun luruh di tempat, air matanya tak terbendung. Sahabatnya disana sedang berjuang.

"Suga hyung maafin Tae, seharusnya waktu itu Tae nerima ajakan Jin hyung untuk pulang bersama" Sesalku, Suga hyung menghampiriku dan memelukku.

"Its okay, Tae. Semuanya akan baik-baik saja." Bukan mereda tangisku malah semakin jadi.

15 menit berlalu, dokter dan suster keluar dari ruang rawat Jin. Aku yang tak sabaran langsung melontarkan beribu pertanyaan sampai Jimin mengomeliku.

Tapi, jawaban yang kudapat hanya; kita berdoa yang terbaik.

"Tae, daripada kamu gelisah seperti ini. Kamu masuk saja. Temani Jin hyung."

"Namjoonie hyung, Suga hyung, dan Jimin gamau ikut masuk juga?"

"Ngga Tae, kami disini saja. Kamu masuklah, ini kesempatan untuk kalian. Walaupun Jin hyung belum bisa menanggapi obrolan..." Perkataan Suga hyung kembali membuatku sedih dan akhirnya dengan rasa cinta yang luar biasa untuk Jin hyungku itu, aku masuk ke ruang rawatnya.

Sreeek...

Pintu tertutup, saat aku membalikkan badan hatiku mencelos, netraku memanas.

"Jin hyung, kok kau???????"

Love is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang