I will go.

894 95 5
                                    

Entah aku harus bahagia atau sedih, entah harus marah atau tidak. Manusia-manusia itu mengerjaiku, Seokjin hyung sama sekali tidak koma. Kepanikan tadi karena Seokjin hyung mengeluh sakit pada bagian tangannya.

Rasanya aku ingin mencekik Namjoon hyung sekarang juga, bahkan Suga hyung pun ikut-ikutan mengerjaiku. Mereka bilang supaya keras kepalaku luntur dan mau menemui Seokjin hyung.

Setelah mendapat penjelasan dari mereka emosiku sedikit berkurang, setidaknya Seokjin hyungku tidak beneran koma. Berjarak sepersekian meter, aku menemani Seokjin hyung di ruang rawatnya. Tidak ada obrolan, tidak ada canda, hanya hening menemani kami.

Namjoon hyung, Suga hyung dan Jiminie sengaja meninggalkan kami berdua. Aku tau apa maksud mereka, tapi yang terjadi malah kebalikannya. Aku benci suasana ini...

Greek...

Lamunanku terhenti ketika melihat Seokjin hyung berusaha bangun untuk mengambil minumnya. Bahkan dia enggan meminta bantuanku, apa dia benar-benar marah?

Aku bangkit dari kursi yang tak seberapa empuk itu dan tanpa bicara sepatah katapun aku membantunya. Setidaknya dia tidak perlu bersusah-susah menggapai, setidaknya aku masih berguna untuknya walau bukan lagi siapa-siapa.

"Taehyung" Satu kata lolos dari mulut Seokjin hyung, aku gugup dan jantungku berdetak lebih cepat. Ini jauh lebih deg-degan dibanding dua orang yang sedang kasmaran.

"Ya, hyung?" Jawabku gugup.

"Kemana yang lain? Kenapa hanya kau saja yang disini?"

"Ah, yang lain sedang diluar. Mungkin makan."

"Apa mereka mengerjaimu? Aku dengar tadi kamu menyebut aku sedang koma."

"Y-ya hyung, tadi mereka bilang kamu sedang koma makanya aku panik dan langsung kesini. Ternyata mereka hanya mengerjaiku rupanya." Jelasku.

"Ah, begitu ya. Mungkin kalau mereka tidak mengerjaimu.. sampai sekarang kamu tidak akan tau kondisiku dan apa yang terjadi denganku...."Seokjin hyung menghela nafas.

"Aku sudah tidak apa-apa, Tae. Maaf merepotkanmu sampai kau harus datang kesini. Aku akan memarahi Namjoon dan Suga karena sudah mengerjaimu. Kalau kamu mau pulang tolong panggil managerku, terimakasih maaf sekali lagi merepotkan." Seokjin hyung menghela nafasnya kasar dan memejamkan matanya.

Aku termangu mendengar kata-kata Seokjin hyung. Apa aku salah? Kenapa seolah-olah dia berpikir aku seperti terpaksa?

"Hyung, apa aku salah? Apa hyung terganggu olehku?"

Seokjin hyung membuka matanya dan tersenyum, senyum yang manis sekali. Senyum yang sudah lama aku tidak melihatnya.

"Tidak, justru aku yang seharusnya tidak lagi mengganggumu, Tae."

"Maksudmu hyung?"

"Mungkin benar, memang seharusnya aku tidak melakukan semua rencana itu. Mungkin Namjoon dan Suga sudah cerita kepadamu. Anak 2 itu tidak mungkin menyimpan rahasia itu darimu. Tapi aku lega setidaknya kamu tau kenapa aku merencanakan itu..."

"Hyung... "

"Tae, berbahagialah. Kamu pantas dapat orang yang lebih baik dariku. Anggaplah makan malam kita kemarin adalah sebuah awal untuk kebahagiaanmu yang baru dan akhir untuk kita. Aku tidak akan mengganggumu."

"Hyung sebentar, maksudmu apasih?"

"Lelaki itu baik, Tae. Jangan sia-siakan dia."

Lelaki? Jangan-jangan..

"Park Seojoon hyung maksudmu? Hyung dengerin penjelasanku dulu. Aku tidak mengerti kemana arah bahasanmu. Tapi, soal laki-laki itu..."

"Tae, aku akan pindah ke luar negeri." Seokjin hyung memotong penjelasanku, tanpa mau mendengarkan apapun dariku. Lalu apa tadi katanya? Pindah? Meninggalkanku?

"Hyung membenciku."

"Tidak, Tae...hyung hanya."

"Hyung membenciku, hyung tidak mau mendengarkan penjelasanku dan sekarang hyung bilang akan pindah ke luar negeri. Hyung benar-benar membenciku......"

"Tae...."

"Aku tidak akan mengganggumu lagi hyung, tapi satu hal yang harus kamu tau perasaanku tidak pernah berubah. Aku menolak siapapun termasuk Seojoon hyung. Aku menjaga perasaanku padamu sampai nanti kamu menemukan orang yang lebih baik dariku. Waktu Namjoon hyung dan Suga hyung cerita soal makan malam waktu itu, aku sangat bahagia. Waktu aku tau kamu koma, duniaku rasanya mati saat itu juga...."

Aku memejamkan mataku, air mataku mengalir. Sampai aku merasakan ada tangan yang mengenggam tanganku.

"Tae..."

"Aku mengerti hyung. Jangan pindah, aku yang akan menjauh. Tolong jangan lagi membenciku. Aku mohon."

"Tae...jangan seperti ini."

Aku menarik genggaman tangannya, membungkukkan badan sebagai permintaan maaf dan tersenyum.

"Hyung cepat sembuh, maafin Tae."

Aku keluar dari ruangan itu dengan meninggalkan berjuta rasa sakit.

Hyung, aku akan menjauh...mungkin memang kita berhenti sampai disini..

Demi kamu, hyung..

Love is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang