🗝Prolog

30.6K 2.1K 119
                                    

Merasa bosan di rumah terus, Athala pun memutuskan untuk berjalan-jalan ke tempat wisata kuliner yang berada di pusat kota. Dia memang sangat suka mencoba segala jenis makanan, terutama yang pedas. Apalagi wisata kuliner di situ tak hanya menjual makanan lokal saja, melainkan dari seluruh mancanegara.

Athala sudah mencoba Tteokbokki dari Korea dan phat phrik khing dari Thailand yang keduanya teramat sangat pedas. Wajahnya sampai memerah, namun cita rasa dari pedas yang dihasilkan di dalam mulut membuatnya begitu menikmati. Kali ini, dia sangat ingin mencoba masakan khas Sri Lanka yaitu Kottu. Sekilas, tampilan hidangan ini tampak seperti olahan nasi goreng yang ada di Indonesia. Tapi Kottu sebetulnya terbuat dari parutan roti yang digoreng, lalu disajikan dengan saus kari yang sangat pedas. Benar-benar menggiurkan, membuat air liur menetes bahkan sebelum menyantapnya.

Setelah memesan satu porsi, Athala pun duduk di salah satu kursi yang tersedia. Dia mengendus aroma dari Kottu yang langsung menyengat saking pedasnya. Begitu satu suapan masuk ke dalam mulut...

"Huaaahhh," Athala kualahan ketika mulutnya terasa akan terbakar. Dia buru-buru berdiri mencari minum. Semua counter penjual minuman, antri. Dia pun membuka kulkas yang ada di sana, ingin langsung meminumnya.

"Eh, mbak maaf... Bayar dulu baru boleh di minum," ujar salah satu pegawai tempat itu.

"Aduh mbak, antriannya panjang gitu. Saya udah kepedasan ini," protes Athala sambil setengah memohon. Bibirnya sampai terasa dower, lidahnya melet-melet seperti Doggy.

"Nggak bisa Mbak, itu sudah peraturannya."

"Saya pasti bayar, Mbak. Ini sambil antri kok," Athala memaksa, kali ini dengan nada kesal.

"Maaf Mbak, tetap tidak bisa," pegawai tersebut sampai mengatupkan kedua tangan sebagai permohonan maaf.

Athala pun menurutinya, lagian kasihan dia hanya pegawai yang mengikuti aturan dari perusahaan. Tapi untuk menunggu antrian yang segitu panjang, Athala tak mungkin sanggup. Dia pun berlari ke depan kasir, menerobos antrian.

"Maaf cuma satu doang kok," kata Athala sambil meletakkan botol air mineral itu ke atas meja kasir saat si cowok baru saja akan meletakkan minumannya juga.

"Antri dong!" Sentak cowok berbadan gembul itu.

"Duh Mas, tolong deh ini udah kepedesan banget," keluh Athala.

"Nggak bisa! Pacar saya juga nungguin di sana, butuh minum." Cowok itu mendorong Athala, tubuh besarnya sama sekali tak memberikan Athala ruang untuk membayar ke kasir.

Sial!

Athala mengipasi mulutnya. Matanya sampai berair karena efek pedas yang luar biasa itu. Sampai tiba-tiba, sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

Athala sontak menoleh, seorang cowok tengah menempelkan sebotol air mineral dingin ke pipinya.

"Minum," suruh cowok itu.

"U-udah dibayar?" Tanya Athala.

Cowok itu mengangguk.

"Thanks God!" Athala langsung mengambil botol itu dan meminumnya hingga benar-benar habis.

Bisa dilihatnya tatapan terkejut dari cowok tadi, mungkin Athala terlihat seperti tak minum seabad lamanya.

Diam-diam, Athala mengamati wajah cowok itu ketika minum. Cowok dengan wajah tegas, alis tebal, hidung mancung, bibir kemerahan, dan benar-benar tampan.

Selesai minum, Athala meniupkan nafas lega. Masih terasa sedikit terbakar pada lidah dan rongga mulutnya, tapi bisa ditahan, tak seperti tadi yang rasanya begitu menyakitkan.

"Thanks ya! Gue bayarin ya?" Athala mengeluarkan dompet dari tas kecilnya.

Cowok itu langsung menahan tangan Athala, "nggak usah, cuma minum doang," ujarnya.

Athala pun tersenyum. Dalam hati dia berkata, "yang kayak gini nih baru cowok." Lalu menoleh pada cowok gendut yang telah duduk bersama pacarnya itu, "nggak kayak Lo!".

"Sayang, kamu kok beli minumnya lama banget?" Seorang cewek datang dan langsung menggelayuti lengan cowok di depan Athala itu.

Udah punya pacar rupanya.

"Udah baik-baik aja?" Tanya cowok itu pada Athala.

Athala tersenyum tipis dan mengangguk. "Thanks ya," ucapnya sambil mengangkat botol kosong di tangannya.

"Oke."

Athala menggeser tubuhnya untuk memberikan akses pada cowok itu lewat. Tak sengaja, bahu keduanya bersinggungan...

Splash...

Setika bahunya dan cowok itu bersentuhan, Athala seperti melihat sebuah kecelakaan mobil dengan sang wanita berdarah-darah. Benar-benar hanya sekilas, tak jelas sama sekali. Penglihatan itu menghilang begitu saja.

Kepala Athala seketika berdenyut, tubuhnya bergoyang nyaris saja jatuh.

"Itu tadi apa?" Gumam Athala dengan wajah pucat.

Athala menoleh ke belakang, ke punggung sepasang manusia yang sedang bergandengan tangan. Meski hanya sekilas, tapi Athala yakin kalau cewek yang dilihatnya dalam kecelakaan mobil tadi memakai baju yang sama dengan cewek itu.

Tapi pertanyaannya adalah, penglihatan apa itu? Selama ini Athala tak pernah mendapatkannya.

-'ღ'- -'ღ'-

(Find) The Key (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang