🗝27. Bantuan

12K 1.3K 56
                                    

Nova masuk ke kamar itu kembali, dia mengerutkan keningnya melihat seorang Pria terikat yang diyakini Nova sebagai Kenzo telah dipasangi penutup kepala berwarna hitam dan sedang meronta-ronta. Baru saja akan melangkah mendekat, tiba-tiba terdengar suara teriakan Athala. Nova menoleh ke ranjang, terlihat dua orang sedang bergulat di dalam selimut. Pakaian serba putih Yuda serta pakaian Athala berserakan di lantai, membuat Nova menahan senyum geli atas perbuatan mesum puteranya itu.

"Yuda, sialan! Lepasin gueeee!" teriak Athala.

Terdengar suara tersengal-sengal, menandakan permainan itu sedang berlangsung. Nova buru-buru mengalihkan pikirannya agar tidak okut bernafsu.

Nova menggelengkan kepala. "Yuda, jangan terlalu lama," ucapnya mendesah. Dia bertepuk tangan, seorang pengawal datang. "Bawa dia dan eksekusi," suruhnya.

Pengawal Nova mencoba membuka penutup kepala Kenzo tapi tidak bisa karena ikatannya begitu kuat. "Boss, tidak bisa dibuka," beritahunya.

"Bodoh! Langsung potong saja kepalanya!" teriak Nova.

"Baik Boss." Pengawal Nova langsung membawa pria terikat itu dengan paksa. Meski berontak dan berteriak tidak jelas, dia tetap diseret keluar.

Nova menoleh kembali ke pergumulan di dalam selimut. Sepertinya Athala sudah pasrah, tak lagi berteriak. "Yuda, cepat antar dia ke penjagal. Kita sudah hampir sampai!"

Tidak ada sahutan.

Nova pun mendesah dan langsung keluar dari dalam kamar.

Selimut itu tersibak. Athala yang masih memakai pakaian dalamnya, turun dari atas ranjang. Dia berjalan ke pintu, mengintip. Dirasa sudah aman, dia pun memanggul, "Ken!"

Kenzo keluar dari dalam selimut. Dia langsung turun dari ranjang dan memakai pakaian Yuda.

Ya, pria terikat tadi bukanlah Kenzo, tetapi Yuda.

"Ayo, kita tidak punya banyak waktu," kata Athala.

Namun baru saja akan melangkah, terdengar suara ketukan heels mendekat. Athala langsung bersembunyi di belakang pintu. Sementara Kenzo sudah tidak bisa sembunyi, Nova terlanjur masuk ke dalam.

"Yuda, antar dia..." kata-kata Nova terhenti begitu melihat Kenzo berdiri dengan pakaian Yuda di tubuhnya.

Seketika Nova berlari, dia berteriak pada para pengawalnya. "Suruh mereka berhenti!!!!"

"Dia anakku!!! Berhenti!!!"

Begitu Nova sampai di ambang pintu tempat penjagalan, kepala Yuda yang terlepas dari kain hitam itu menggelinding di kakinya.

Nova terduduk dengan lutut membentur lantai. Tangannya gemetar ketika ingin mengambil kepala Putera satu-satunya itu. Yuda, dengan mata yang masih terbuka, wajah lebam, serta darah bercecer di tubuh dan kepalanya yang telah terpisah.

"BUNUH MEREKA!!!!" teriak Nova histeris.

"JANGAN BIARKAN MEREKA HIDUP! BUNUH DENGAN CARA KEJI. POTONG MEREKA HIDUP-HIDUP!" teriakan Nova menggema di kapal itu.

Semua pengawal langsung berlarian untuk menangkap Kenzo dan Athala.

-'ღ'- -'ღ'-

Dua kepala muncul dari dalam air, mereka adalah Kenzo dan Athala. Di saat mereka hampir menyerah pada keadaan, sang penyelamat datang. Seorang Kapten Nahkoda yang sesungguhnya, tiba-tiba muncul dan membawa mereka menuju kabin rahasia.

"Kamu nggak papa?" tanya Kenzo dengan nafas terengah-engah.

Athala pun sama, nafasnya seperti putus nyambung lantaran terlalu lama tenggelam dalam air untuk bisa menyusuri lorong kecil menuju kabin.  "Hahhh, nggak seburuk ciuman kamuhh."

Kenzo tertawa kecil, dia membetulkan rambut Athala yang basah menutupi mata. Lalu jarinya mengusap bibir Athala. "Dingin ya? Sampe gemeteran gini." Kenzo mendekati wajah Athala hendak mencium bibir merah itu.

Refleks Athala mendorong dada Kenzo, dia menoleh tak enak pada pria tua yang berdeham pada mereka. Kenzo pun meringis, lupa kalau mereka tak hanya berdua di sana. Ini efek dari pakaian basah Athala.

"Cepat kalian masuk," suruh Bapak tersebut.

Athala dan Kenzo merunduk melewati pintu kecil yang menuju ke dalam Ruangan rahasia itu. Mereka terkejut karena begitu masuk, semua teman mereka ada di dalam sana.

"Athala!" Cha-Cha, Nadila dan Nirvana langsung memeluk Athala. Mereka mengungkapkan haru serta rasa bahagia melalui cara masing-masing.

"Kalian juga ditolong?" tanya Athala begitu senang.

Ketiganya mengangguk.

Kenzo memeluk Bagas dan Alvin, ala-ala cowok. Mereka bertiga saling adu jotos, tertawa senang.

Lalu mereka semua menghadap sang penolong dengan rasa hormat. "Pak, kami nggak tau gimana caranya ucapin makasih ke Bapak. Bantuan yang Bapak berikan ini, sangatlah luar biasa bagi kami." Athala memulai.

"Kalau boleh tau nama Bapak siapa?" tanya Kenzo.

"Heru," jawab Bapak itu.

Kenzo melangkah maju dan meraih kedua tangan Pak Heru untuk dia genggam. Tangan itu telah keriput, terasa dingin karena harus ikut masuk ke dalam air tadi. "Pak Heru, makasih..." ucap Kenzo dengan tulus.

Pak Heru tersenyum sambil menepuk pundak Kenzo. Air matanya tiba-tiba berlinang. "Dulu, anak saya juga pernah menjadi korban kebiadaban mereka. Saya sendiri yang mengantar anak saya kesana, sampai akhirnya dia tidak pernah kembali."

Semua orang terkejut mendengar itu.

"Anak saya seumuran kalian. Dia baru saja akan melanjutkan kuliah dan saya paksa untuk berlibur karena Nova menawarkannya secara gratis. Dia bilang, karena saya merupakan kru kapal, maka anak saya boleh ikut tanpa harus mengeluarkan biaya. Bahkan boleh mengajak teman-temannya." Athala terenyuh melihat air mata jatuh dari mata Pria yang usianya sudah renta itu. Dia mendekat, dan mengusap punggung sang Bapak dengan lembut.

"Awalnya anak saya menolak, dia bilang ingin fokus mengikuti ujian masuk universitas negeri agar tidak mengeluarkan biaya banyak saat kuliah. Tapi saya terus memaksa, saya ingin anak saya mendapatkan liburan dan kebahagiaan karena dia sudah belajar dengan keras."

"Tapi satu bulan lebih, anak saya tidak kembali. Saya bertanya pada Nova dan dia bilang kalau semua peserta liburan sudah pulang menggunakan kapal pesiar yang mewah. Saat itu saya tidak curiga, saya malah merasa senang. Saya tetap bekerja mengantarkan orang-orang baru ke Pulau itu. Sampai akhirnya saya tau kalau tidak pernah ada yang kembali dari sana."

"Kalau begitu, kenapa Bapak nggak lapor polisi?" tanya Athala.

"Saya cuma orang kecil, Nak. Saya mana punya bukti. Wong anak saya aja ikut liburannya gratis."

Semua dirundung sedih.

"Dia anak saya satu-satunya. Harapan dan kebanggan saya." Pak Heru menunduk dan terisak dalam tangis yang begitu pilu.

Sebagai puteri dari seorang Ayah, Athala jadi teringat pada Papanya. Dia memeluk Pak Heru, menganggapnya sebagai Ayah. "Saya percaya, di sana anak Bapak sangat bangga pada Bapak. Karena saat ini Bapak sedang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan kami."

Semua menyeka air mara karena sedih. Mungkin teman-teman mereka yang telah menjadi korban Nova, saat ini Orang tuanya pun sedang cemas di Rumah. Sama seperti Orang tua mereka yang pasti menunggu kepulangan mereka.

"Karena satu-satunya korban yang dibawa pulang hanya kalian. Itu sebabnya saya bisa membantu," kata Pak Heru penuh ketulusan.

"Pak, apa Nova tidak mengetahui tentang ruangan Rahasia ini?" tanya Alvin, diangguki yang lainnya.

"Dia belum tau. Saya pribadi yang membuat tempat ini. Karena saya punya keinginan untuk menolong siapa saja yang mungkin bisa selamat, sebagai ganti anak saya yang tidak bisa saya selamatkan."

Semuanya langsung memeluk Pak Heru. Mereka melampiaskan rasa sedih dengan menguatkan hati sang Bapak dan mengucapkan terima kasih.

-'ღ'- -'ღ'-

(Find) The Key (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang