🗝6. Teror Kematian

16.7K 1.7K 133
                                    

Harusnya sih baru UP malam jumat, tapi gpp deh buat nyenening kalian.

Seneng nggak?

🗝🗝🗝

Mentari pagi menyapa dari balik atap rumah yang bolong. Atap itu menjulang begitu tinggi, mungkin lebih dari tingginya gedung apartemen di Jakarta. Bangunan tua yang ternyata begitu megah, nampak seperti istana pada zamannya. Disanalah mereka berada, bermalam dengan terpaksa lantaran tak ada tempat lain untuk singgah. Dengan harapan kapal yang membawa mereka semalam akan kembali dan mengakhiri ketakutan.

"Gue pengen pipis," kata Nadila sambil memegangi anunya karena sudah tak tahan lagi. "Temenin yok?" ajaknya pada beberapa cewek lain.

"Gue juga pengen pipis deh, cuci muka sekalian," sahut Adel.

"Gue juga dong ikut," Via pun berdiri setelah sempat menyisir rambut keritingnya.

"Kalian hati-hati. Jangan melewati batas," ujar Mia menasehati.

Athala masih setia dalam pelukan Kenzo, dia sama sekali tak ingin bergerak karena rasa kantuk yang begitu menggoda. Kenzo sendiri juga betah dengan posisi yang sama, tak peduli akan lirikan tak suka dari beberapa cowok di sana. Mereka hanya iri karena tak berada di posisi Kenzo saat ini, memeluk cewek paling cantik diantara yang lainnya.

Beberapa cewek mulai keluar untuk bersama-sama mencari toilet. Suara obrolan mereka terdengar begitu nyaring karena rumah tersebut memang kosong, sehingga menciptakan gema keras ketika berbicara.

"Lo capek nggak?" tanya Athala.

Kenzo menggeleng. "Tidur lagi aja kalo masih ngantuk," suruh Kenzo.

"Hmm," Athala sudah memejamkan matanya.

Tiba-tiba...

"Arrrrggghhhhh!"

"Sisiiiiiiillll."

Teriakan begitu nyaring membuat seisi kamar terkejut. Sebagian langsung berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi. Begitupun Kenzo dan Athala yang ikut keluar, berlari dengan bergandengan tangan.

Begitu sampai di sebuah kamar mandi, terlihat beberapa orang muntah. Via pingsan. Adel dan Nadila menangis berpelukan. Sementara cewek-cewek lain mulai histeris minta segera keluar dari rumah itu. Situasi itu disebabkan oleh satu kejadian, yaitu hal yang sama yang terjadi pada mimpi Athala.

Athala termundur ke belakang ketika melihat tubuh Sisil tergelak di lantai dengan posisi duduk. Rongga perut dan dadanya terbuka, dengan lalat dan ulat yang mengerumuni. Bau busuk begitu menyengat, meski begitu darah segar tetap mengalir di lantai.

Mata Kenzo terbelalak lebar melihat itu. Dia dan para cowok lainnya memikirkan hal yang sama, yaitu bahaya. Berarti saat ini mereka berada di tempat yang tidak aman.

"Uekkkkkk," Via hendak muntah karena merasa mual melihat mayat Sisil dengan kondisi seperti itu. Beberapa cewek pun ikut tertular, sama-sama tak tahan dengan bau amis darah di sana.

"Kita harus segera keluar dari sini!" teriak Franda.

Semua langsung berlari dengan cepat kembali ke kamar untuk mengambil barang-barang mereka untuk keluar dari rumah itu. Namun bukannya sampai pada kamar yang semalam mereka tempati, mereka justru tersasar memasuki lorong demi lorong tanpa menemukan jalan keluar.

"Anjing, woi ini tempat apa?!" teriak Gilbert, dia mengusap rambutnya dengan kasar.

Suara tangis pecah, para cewek semakin ketakutan. Melihat Sisil dengan kondisi seperti itu, sungguh siapapun tak akan ingin berada di sana.

(Find) The Key (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang