🗝22. Yuda

12.4K 1.2K 47
                                    

Kenzo tersenyum sinis pada Nova yang menghadangnya saat baru akan menyusul Athala dan lainnya. Dia dikepung oleh para pengawal Nova di ruang bawah tanah itu. Juga ada Pria yang merupakan klien Nova, yang mereka kurung di lemari kamar.

"Kalian memang pintar, saya terkecoh pada kalian berdua," kata Nova dengan mimik kagum, namun licik.

"Bunuh dia!" suruh Pria berjas hitam itu.

"Tenang Pak, kita punya cara lain untuk memberi mereka pelajaran. Membunuh hanya akan mempermudah jalan kematian bagi mereka." Nova mendekati Kenzo, tersenyum licik. "Kita membutuhkan dia untuk mengganti kerugian yang terjadi hari ini."

"Cih!" Kenzo meludah.

Belasan senjata langsung mengarah pada tubuhnya. Membuat Nova tertawa keras. "Kenzo... Kenzo... Anda masih terlalu muda untuk bisa mengelabuhi orang-orang seperti kami. Sungguh sangat disayangkan, saya padahal ingin menyelamatkan kamu dan kekasih kamu itu. Bekerja pada saya dan menghasilkan banyak uang. Tapi kalian malah... Ck ck ck ck." Nova menggelengkan kepalanya.

"Kami lebih baik mati dari pada harus bekerja dengan orang-orang jahat seperti kalian," desis Kenzo.

"Hahahaha," Nova dan Pak Kuncoro tertawa. "Anak bau kencur," ejek Pak Kuncoro.

Nova menoleh pintu yang merupakan lorong rahasia penghubung ke dermaga. Dia tersenyum miring. "Jadi kalian ingin bebas?" tanyanya.

Kenzo mengerang saat tubuhnya dipegangi oleh pengawal-pemgawal Nova yang kemudian diikat di tiang. Dia menendang ke segala arah, membuat tubuhnya semakin dijadikan objek pemukulan para pengawal itu.

"Hentikan," suruh Nova. Para pengawalnya pun berhenti memukuli Kenzo. "I gave one last chance," ujarnya pada Kenzo.

"CIH!" Kenzo meludahkan darah di bibirnya ke wajah Nova.

Nova mengerang. Tapi hanya sesaat. Lalu dia tertawa bak psikopat. "Jika kamu ingin pacar kamu selamat, maka ikuti kata-kataku."

Apa Nova ini? Dia mempunyai kepribadian dan cara memanggil yang berbeda-beda. Di waktu tertentu dia menggunakan bahasa Anda-Saya. Lalu Aku-Kamu. Sometimes... Bisa menjadi Elo-Gue.

Nove memberikan kode pada salah seorang pengawalnya. Pria tersebut meletakkan laptop di atas meja. Lalu menyalakannya. Layar laptop itu nampak terhubung dengan CCTV. Terdapat begitu banyak penjagaan, bersenjata laras panjang.

Lalu terlihat Athala dan yang lainnya malah mendekat pada para manusia bersenjata itu. Kenzo terkejut melihat Athala dipapah oleh Cha-Cha, sepertinya dada sebelah kiri wanita itu tertembak. Sementara juga ada Bagas yang memegangi perut yang terus meneteskan darah. Kalau seperti ini, mereka semua tidak akan selamat.

"Pilih Kenzo, mau mereka selamat atau tidak?" Nova duduk menyilang kakinya di atas kursi kayu yang biasa dipakai para penjagal untuk duduk.

Kenzo menatap layar laptop itu tanpa berkedip. Athala sudah hampir dekat ke jalan yang salah. "Aarrrggghhh!" teriaknya sambil berusaha menendang Nova, tetapi tidak sampai.

Nova dan Pak Kuncoro kembali tertawa.

"One..." hitung Nova.

"Two..."

"Fine!" Kenzo berteriak.

Nova tersenyum dan langsung meberikan kode pada salah seorang pengawalnya. Nampak pengawal itu menelpon, diterima oleh pria di layar laptop. Terlihat penjagaan berlapis itu bubar, membiarkan Athala bersama yang lainnya lewat tanpa rintangan.

"Lepaskan dia," suruh Nova.

Kenzo pun dilepaskan.

"Kamu boleh susul mereka dan ajak mereka semua pulang hari ini. Tapi ingat urusan kita belum selesai. Kamu sudah harus kembali kesini dengan membawa target baru sebanyak lima puluh orang, apapun caranya."

Kenzo menggertakkan rahangnya.

"Beritahu mereka kalau kamu berhasil membunuh kami semua, jadi tidak perlu lapor polisi. Hiduplah dengan tenang di sana tanpa membuat keributan agar Mereka tidak harus kembali kesini." Nova memberikan kode kembali.

Kenzo berusaha berontak dari para pengawal Kenzo yang memasanginya berbagai alat penyadap di tubuhnya.

"Sedikit saja membuat kesalahan, kapal itu beserta isinya akan menjadi debu," ancam Nova. Dia memperlihatkan pada Kenzo kalau kapal itu telah dipasangi Bom dan kendalinya ada pada dirinya.

Kenzo langsung digiring menuju lorong rahasia, untuk diantar ke kapal dimana Athala dan lainnya telah menunggu.

-'ღ'- -'ღ'-

Kapal telah datang, menepi di pinggir dermaga. Semua ABK nampak keluar dari dalam sana dan masuk melalui pintu utama, meninggalkan kapal itu. Ini kesempatan besar untuk mereka semua menyelinap masuk ke dalam kapal, mencari peluang untuk menjadikan para ABK sebagai tawanan agar mau mengantar mereka ke Jakarta.

Tapi sesuatu yang tidak terduga, sang Nahkoda yang merupakan Kapten pemimpin Kapal mewah tersebut mengulurkan tangan pada Athala. Usianya mungkin tidak terlalu jauh dari mereka semua, masih terlihat muda. Dan jujur saja sangatlah tampan.

Mengulurkan tangan, bukan senapan.

"Ayo naik, sembunyilah!" suruhnya.

Athala mengerutkan keningnya. Sama, yang lain pun bingung kenapa mereka malah ingin ditolong.

"Saya bukanlah bagian dari mereka. Karena membutuhkan pekerjaan ini, saya terpaksa ada di sini. Percayalah saya bersama kalian," ujar sang Kapten.

Tidak punya alasan untuk curiga, Athala terpaksa menerima uluran tangan tersebut karena dia memang membutuhkannya. Semua orang pun sudah lelah. Terlebih Athala dan Bagas kehilangan banyak darah dan butuh perawatan.

"Ayo masuk ke Ruangan ini. Kalian aman di sini," ajak Kapten berpakaian serba putih dan bertitel tersebut.

Semua masuk ke dalam. Ruangan yang sama persis seperti pertama kali mereka dibawa kesini. Atau malah, ini kapal yang sama sebenarnya.

Kapten tersebut terlihat sibuk berjalan kesana kemari mengambil peralatan P3K. Dia membawanya ke hadapan Athala. "Bisa tolong buka kancing kemeja kamu? Saya akan ambil peluru di tubuh kamu. Ini akan sangat sakit, tapi kita harus segera mengeluarkannya."

Bagaimana dia tau luka Athala itu adalah luka tembakan?

Alvin mencekal tangan Kapten tersebut dan menatapnya sangat tajam. "Lo bukanlah seorang dokter, mana mungkin lo berniat mengeluarkan peluruh dari tubuh seseorang?" sentaknya.

"Nama saya yuda. Selain diajarkan tentang cara membawa kapal, saya juga diajarkan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Karena posisi saya ini tentu sangat membutuhkan itu, bukan?" tanya Yuda dengan teramat ramah.

Aneh.

"Gue nggak bisa percaya sama lo. Apa lo sebenernya menjebak kami?" tanya Alvin lagi.

"Beb, Bagas sudah hampir pingsan!" beritahu Cha-Cha.

Semua menoleh ke arah Bagas dan menjadi begitu khawatir.

"Yuda, bisa tolong selamatkan teman saya lebih dulu? Karena luka saya tidak terlalu parah." Athala terpaksa mengesampingkan kembali kecurigaannya.

Yuda mengangguk dan tersenyum. Dia langsung berjalan mendekati Bagas dan duduk di samping pria itu yang sekarang terbaring lemah dengan tubuh berkeringat dan menggigil.

Sementara Yuda mengobati Bagas, Athala terus menoleh ke luar jendela. Berharap Kenzo segera datang dan mereka pergi dari sana. Hatinya sangat cemas, Kenzo seorang diri di dalam sana.

"Kenzo..."

-'ღ'- -'ღ'-

Selamat menikmati malam jumat shayyyy...

Oh iya, ada kabar baik dan aminkan ya. Mudah-mudahan bulan depan saya mulai bisa aktif lagi di wp. Jadi kalian gak harus nunggu seminggu sekali lagi.

Aminkan jangan?

(Find) The Key (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang