Sarapan pagi ini terlihat jauh dari potongan tubuh manusia. Hanya roti dan selai aneka rasa. Juga susu dan berbagai jus sehat. Sekali lagi, mereka menerima perlakuan istimewa dengan dilayani bak tamu kehormatan. Anehnya, mereka dibiarkan begitu saja dengan segala fasilitas mewah itu tanpa mengerti apa yang Nova mau. Karena sampai sekarang, Nova belum juga menemui mereka.
"Makan yang banyak," bisik Kenzo.
Athala mengulum senyum. Mereka masih merahasiakan soal makan malam daging Gilbert, takut malah akan memperuncing masalah. Toh, sudah pada masuk perut mereka tanpa ada yang mengeluh. Malah mereka memakannya dengan lahap.
Kenzo pun makan layaknya orang kerakusan. Dia mengambil berkali-kali potongan roti dan memakannya hingga habis. Sesekali, dia memberikan suapan pada Athala yang makan begitu pelan bagaikan putri raja.
Athala tak sengaja melihat Nirvana sedang ngeliatin Kenzo dengan tatapan yang berbeda. Sebagai seorang cewek, Athala sangat paham jenis tatapan itu. Lalu dia melihat ke arah Kenzo yang fokus makan tanpa menoleh kemana-mana.
"Kenzo, kita belum kenalan secara langsung. Gue boleh tau lo kuliah dimana?" tanya Nirvana. Adel dan yang lainnya ikut menoleh dan curiga.
Benar dugaan Athala, Nirvana suka pada Kenzo.
Kenzo mengangkat matanya menatap Nirvana. "Lotus," jawab Kenzo seadanya.
"Hah, serius?!" Nirvana terpekik dengan mata berbinar-binar. "Gue juga mau kuliah di sana!" jeritnya lagi, begitu antusias.
"Oh," Kenzo hanya menanggapinya dengan mengangguk kecil.
"Ya kali lo masih hidup dan bisa keluar dari sini," sindir Bagas.
"Ck, kenapa sih lo!" bentak Nirvana.
"Sudah, kenapa kalian selalu ribut? Apa kalian nggak cemas, kenapa kita sampai sekarang didiamkan seperti ini?" Mia sepertinya satu kepala dengan Athala, Kenzo dan Bagas.
"Maksud lo gimana, kak?" tanya Adel dengan mimik wajah bingung.
"Kita dijamu seperti tamu, padahal sebelumnya mereka mau membunuh kita. Aneh kan?" tanya Mia.
"Ya... Mungkin mereka merasa menyesal dan mau memulangkan kita," jawa Franda dengan begitu polosnya.
"Otak lo kayaknya masih ketinggalan di rumah," cibir Bagas.
"Dari pada lo nggak punya otak," balas Franda mencibir.
"Berhenti kalian!" bentak Mia, semua langsung bungkam. "Kita disini bukan sedang bermain, tapi banyak masalah yang kita hadapin. Hanya karena diberi makanan dan tempat tinggal, kita tetap harus waspada."
"Gue setuju sama lo, Kak. Gue juga merasa ada yang aneh dengan cara Nova memperlakukan kita. Dia pasti meminta sesuatu atas apa yang udah dia kasih," timpal Kenzo.
Di saat semua orang sedang berdiskusi, Athala berjalan mendekat ke tembok yang dicurigainya itu. Dirabanya garis kecil yang ada di tembok itu, lalu ditekannya namun sama sekali tak ada yang bergerak. Athala meletakkan daun telinganya ke tembok itu, dia tak mendengar apapun. Diketuknya seperti mengetuk pintu, juga tak ada suara apapun. Tembok itu benar-benar terbuat dari beton.
"Selamat pagi semuanya!"
-'ღ´- -'ღ´-
"Selamat pagi semuanya!" Nova akhirnya datang dengan senyum ramah di wajah cantiknya itu. Dia duduk di kursi paling ujung, menghadap pada semua orang.
Melihat kedatangan Nova, Athala kembali duduk ke kursinya. Dia mengamati wanita itu dengan seksama, ada tato berbentuk Naga di leher sebelah kanan Nova. Cincin yang juga berbentuk Naga di jari telunjuknya. Serta... Kalau dilihat-lihat, semua aksesoris di tubuh Nova melambangkan seekor Naga.
"Bagaimana tidur kalian?" tanya Nova.
"Jangan basa-basi. Apa tujuan lo?" tanya Mia secara langsung.
Nova tertawa. "Mia, jangan membuat mereka takut. Biarkan saja mereka menikmati semua ini," ujar Nova seakan dia sangat mengerti isi hati para manusia lemah di sana.
Mia berdecih, dia sama sekali tak menyukai Nova.
"Saya dengar di sini ada yang bisa melihat masa depan. Kamu orangnya?" tanya Nova dengan mata menatap Athala begitu lekat. Dia tersenyum saat Kenzo menggenggam tangan Athala dengan posesif.
"Boleh saya tau, apa yang kamu lihat setelah ini?" tanya Nova lagi.
Athala tidak menjawab, dia malah memberikan tatapan tajam layaknya seorang pendendam.
Nova kembali tersenyum, mengangkat alis lalu memasang ekspresi memaklumi. "Well Mia, saya ingin mengajak kamu bernegosiasi untuk kelangsungan hidup kalian di sini. Ikuti saya," Nova nampak langsung berdiri tanpa menunggu apakah Mia mau atau tidak.
Karena sepertinya Nova tau, Mia tidak akan mungkin menolak.
"Kalian tunggu di sini," kata Mia meyakinkan.
"Kak..." Athala memegang tangan Mia dengan cemas.
"Nggak apa-apa. Kalau dia mau membunuh, hal itu pasti sudah dilakukan sejak kemarin. Jangan takut," bujuk Mia.
Athala pun melepaskan tangan Mia dan membiarkan wanita itu masuk ke ruangan Nova yang langsung dikawal oleh banyak pria tampan berjas.
"Feeling gue nggak enak," kata Alvin kemudian.
"Sayang, jangan nalut-nakutin dong!" rengek Cha-Cha ketakutan.
"Iya-iya sayang," Alvin dengan mesra membelai rambut Cha-Cha.
Mata Athala bergerak mengawasi setiap sudut plafon ruangan itu. Ternyata semua dipasang CCTV sehingga sangat tidak mungkin bila mereka berbuat macam-macam. Pantas saja mereka dibiarkan berbuat sesuka hati tanpa pengawasan langsung, ternyata sudah ada yang mengintai dari kejauhan.
-'ღ´- -'ღ´-
"Kenapa anda lakukan ini, Nova?" tanya Mia to the point. Dia diajak ke sebuah ruangan kantor pribadi dimana tidak hanya mereka berdua yang ada disana, tapi banyak. Laki-laki dan perempuan berpakaian rapi, tak terlihat sama sekali kalau mereka semua pembunuh.
"Mia, anda diajak kesini bukan untuk bertanya, tetapi menjawab," wajah Nova berubah sangar.
"Apa yang kalian mau?!!" teriak Mia.
Hanya tawa kecil yang kini menyambutnya.
"Oke, langsung saja. Saya ingin memberikan penawaran pada kamu. Saya akan membebaskan kalian semua dari sini, dalam keadaan selamat. Tentu, semua ada syaratnya." senyum licik Nova berkembang. "Kamu harus bekerja sama dengan kami," ucapnya penuh penekanan.
"Bekerja sama?"
Nova mengangguk. "Setiap satu kepala yang ingin kamu selamatkan, maka berikan bayaran dengan lima kepala yang baru."
Mata Mia seketika terbuka lebar. Dia terkejut dengan kesepekatan itu. "Saya harus mengorbankan 5 orang untuk menyelamatkan 1 orang?"
"Iya. Dan itu harus dengan kriteria yang pas untuk kami. Berusia di antara 17 tahun hingga 30 tahun. Laki-laki atau perempuan yang sehat, baik secara fisik maupun mental."
Mia menggeleng tak percaya. "Saya tidak mau!" tolaknya.
Orang-orang disana tertawa ringan, meremehkan ucapan Mia. Mereka bahkan berbisik-bisik dengan bahasa yang tidak dimengerti. Membuat kepala Mia berputar sakit.
-'ღ´- -'ღ´-
KAMU SEDANG MEMBACA
(Find) The Key (Komplit)
Mystery / Thriller(Bab Masih Lengkap) Tanpa sengaja, Athala menemukan sebuah selebaran yang berisi paket berlibur ke Maldives. Setelah membaca rangkaian kegiatan yang diadakan selama satu bulan penuh di Pulau Surga tersebut, Athala menjadi begitu tertarik untuk mengi...