🗝9. Umpan yang dimakan

16.6K 1.6K 210
                                    

Adel berdiri di bawah anak tangga sambil memukulkan kayu ke besi karat pegangan tangga tersebut. Suara berisik yang diciptakannya itu bertujuan untuk membuat si pembunuh datang. Semua laki-laki, menunggu dengan siaga di balik tangga. Mata mereka begitu awas, telinga pun dipertajam. Jangan sampai mereka lengah sehingga Adel bisa saja menjadi korban.

Lalu terdengar suara langkah berat menuruni tangga. Kaki Adel seketika gemetar. Dia berkeringat dengan nafas turun naik. Suara langkah itu kian dekat, balok kayu yang Adel pegang terlepas saking takutnya.

Tak hanya Adel, semua yang bersiaga pun menjadi tegang. Sosok itu seakan mampu membuat sekujur tubuh manusia berkeringat dingin. Suara kaki yang terdengar makin dekat itu, membuat mereka semakin waspada.

"Jangan liat ke belakang. Jangan liat ke belakang..." bisik Adel pada dirinya sendiri. Feelingnya mengatakan, sosok mengerikan itu telah berada di belakangnya. Hidungnya mencium bau tak sedap dari darah yang telah mengering.

Namun rasa penasaran membuat Adel tak bisa menolak tubuhnya yang ingin berbalik. Dengan gerakan slow motion dan gemetar, Adel mampu membalikkan tubuh. Matanya langsung menangkap sosok berpakaian hitam, dengan wajah penuh oleh jahitan.

"Aaaaarrrgggh!" teriak Adel kencang.

BRAK!

Bukan Adel yang jatuh, tapi sosok itu. Kenzo melayangkan balok kayu tepat di belakang kepala sosok itu. Lalu beramai-ramai, cowok lain pun mulai memukuli.

Adel langsung berlari ke persembunyian para cewek, ketakutan atas aksi penganiayaan tanpa ampun itu. Tapi mereka memang pantas untuk dihabisi, karena banyak nyawa yang telah direnggut secara biadap.

"Anjir, gue nafsu banget!" pekik Bagas sambil melayangkan pukulan bertubi-tubi entah di kepala, kaki ataupun tangan.

"Cek, udah mati belom?" suruh Franda dari kejauhan.

"Kalo udah mati mau lo sholatin?" ketus Nirvana.

Athala dengan berani berjalan mrndekat. Dia tak menghiraukan meski penganiayaan itu terlalu sadis. Bahkan darah menggenang hingga ke lantai, entah bagian mana yang terluka karena ruangan ini minim cahaya.

"Lo mau apa?" cegah Kenzo menarik tangan Athala yang ingin menyentuh laki-laki itu.

"Kita harus lihat wajahnya," ujar Athala.

"Anjir, lo berani?" tanya Gilbert melotot.

"Udah hancur kali!" seru Bagas tak kalah kaget.

"Coba aja dulu," minta Athala.

"Biar gue," Kenzo menggantikan Athala. Dia menarik sebuah topeng karet yang dipenuhi oleh bercak darah.

Bagas dan Gilbert mual seketika, wajah orang itu sudah tak berbentuk karena dihantam oleh balok kayu mereka. Darah bahkan keluar dengan derasnya dari bola mata, hidung dan pelipis yang robek.

"Njirrrr, gue mau muntah!" jerit Bagas sambil membungkuk memegangi perutnya.

"Hasil karya lo," ujar Alvin. Dia dan Kenzo termasuk yang paling kuat dan biasa aja melihat itu.

Mereka semua menoleh Athala yang nampak diam memperhatikan wajah hancur menjijjkkan itu.

"Ada sesuatu di telinganya," beritahu Athala.

(Find) The Key (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang