1

7.9K 541 30
                                    

Keduanya berasal dari kalangan yang sama.

Derajat yang sama.

Status keluarga yang sama.

Namum kehidupan yang mereka jalani saling bertolak belakang.

Yang satu dipuja.

Dan yang lainnya dihina.

.

.

.

"Kacamata yang bagus, Jung Hoseok!"

"Hati-hati pecah!"

Sepertinya baju seragammu salah ukuran!"

"Hahahaha!"

Hoseok hanya membiarkan siswa-siswi itu mengucapkan apapun yang mereka mau. Toh ia tak akan membalas. Gadis itu lebih mementingkan nilai-nilainya daripada meladeni para pembully itu. Meskipun pasti tetap saja dia merasakan sakit hati. Dengan cepat gadis itu berjalan memasuki toilet yang sepi.

Ia berdiri di depan wastafel, menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besar di sana. Lantas Hoseok menghela nafas panjang.

Rambut yang diikat kuncir kuda, kacamata dengan frame bulat besar, seragam yang terlalu longgar dengan kancing yang terpasang rapi hingga ke bagian kerah. Oh, tentu saja orang-orang akan melihatnya sebagai 'Si Culun'. Siapa yang masih berpenampilan seperti itu di jaman milenial seperti sekarang?

Hoseok tersentak kaget ketika ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk.

'Hoseok sayang. Eomma dan appa harus berangkat ke London siang ini. Mungkin sekitar beberapa minggu. Uang sakumu sudah eomma transfer dan dilebihkan sedikit. Baik-baik di rumah ya~ :*'

Hoseok menatap sebal isi pesan dari ibunya itu. "Padahal mereka baru saja pulang dari Jepang minggu lalu. Apa mereka tak bisa sedikit lebih lama tinggal di rumah?" gumamnya kesal. Ia memilih mengabaikan pesan ibunya itu dan memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya. Setelah merapikan sedikit penampilannya, barulah Hoseok keluar dari toilet dan berlari menuju kelasnya.

.

.

.

.

.

"Hyung, appa dan eomma barusan meneleponku. Katanya mereka menunda kepulangan dari Perancis jadi bulan depan."

Seorang pemuda menoleh ke belakang, menatap sang adik yang berjalan mengekorinya dari tadi. Tatapannya terlihat datar dan dingin.

"Mereka tidak pulang pun aku tak peduli. Asal uang saku tidak mereka lupakan saja..."

"Dasar kau ini, hyung..." sang adik mencibir.

Mereka hendak berjalan lagi ketika mendadak seorang gadis berpenampilan heboh dengan baju seragamnya yang ketat menghadang jalan. "Namjoon-ssi..."

Namjoon, si pemuda dingin tadi menatap gadis itu tanpa minat. "Apa?"

"Ini untukmu. Aku sendiri yang membuat bekal itu untukmu..." ucapnya malu-malu seraya menyerahkan sebuah kotak bento yang terbungkus kain.

Tanpa menerima bento itu, Namjoon melangkah melewati sang gadis yang terlihat tak terima. "Tunggu dulu, Namjoon-ssi! Kenapa kau tidak mau menerimanya? Aku membuat ini susah payah!" teriaknya membuat Namjoon langsung berbalik badan dan menatapnya tajam.

"Ada dua alasan kenapa aku tak mau menerimanya. Pertama, aku tak yakin kalau itu benar-benar kau yang membuatnya. Kedua, aku ragu tipe perempuan pesolek sepertimu bisa memasak. Jadi aku tak mau ambil resiko keracunan." ucapnya pedas sebelum melangkah pergi. Sang adik hanya terkekeh geli sambil kembali mengekori kakaknya itu. Tak peduli dengan si gadis yang wajahnya memerah antara malu dan kesal. Dia tak menyangka kalau Namjoon akan berkata seperti itu. Karena kenyataannya, itu memang hanya makanan beli jadi yang disusun ulang dalam kotak bento agar seolah seperti masakannya sendiri.

[NamSeok] ✔️- Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang