5

3.1K 466 33
                                    

Hari rabu berlalu dengan damai. Tak ada yang gerombolan biasa mengejek Hoseok, begitupun yang kemarin melemparinya dengan bola-bola kertas. Meskipun begitu tatapan menghina dan tak suka dari beberapa siswi, terutama fans gilanya Namjoon, akan tetap Hoseok dapat.

Saat Hoseok memasuki kelas bahasa, barulah ia tahu penyebab gangguan-gangguan itu berhenti dari kumpulan siswa-siswi yang bergosip.

"Kau sudah dengar kalau perusahaan orang tua Dasom nyaris bangkrut?"

"Dasom? Yang kemarin memasukkan sampah ke loker Hoseok?"

"Wah! Yang benar? Apa Hoseok mengadu pada orang tuanya dan balas dendam pada Dasom?"

"Sudah, deh. Kita jangan mengejeknya lagi. Bisa-bisa kita yang akan kena masalah nanti..."

Gerombolan itu bergosip dengan suara keras, melupakan fakta bahwa orang yang mereka gosipkan berada di kelas yang sama. Hoseok menggerutu pelan. Dia bahkan tak pernah mengatakan apapun soal pembullyan itu pada orang tuanya. Semua emosinya selalu dipendam. Hyungwon dan Sehun pun tak tahu banyak soal isi hatinya.

Hoseok mendengar salah seorang siswi yang membantah ucapan temannya. "Bukan orang tua Hoseok." kata siswi itu cepat. Teman-temannya serempak menatap gadis itu.

"Jadi siapa?" tanya mereka penasaran.

"Yang membuat perusahaan keluarga Dasom nyaris bangkrut itu si–" ucapan siswi itu terpotong oleh teriakan keras khas milik Jackson.

"Hai Hoseok! Sudah mengerjakan pe er bahasa?" sapa pemuda itu semangat. Hoseok hanya membalas senyuman lebar Jackson dengan sebuah senyum canggung. "Su-sudah..."

Hoseok sedikit beruntung karena hanya sekelas dengan Jackson di kelas bahasa pagi itu. Tapi dia tetap memiliki jadwal yang sama dengan Namjoon di jam siang. Gerombolan yang bergosip tadi langsung membubarkan diri dan duduk di bangkunya masing-masing. Tapi mereka tetap penasaran dengan kelanjutan ucapan teman mereka tadi.

Jackson sendiri nampak tak mempedulikan pandangan aneh siswa lain di kelasnya karena terlihat berusaha mengakrabkan diri dengan Hoseok. Meskipun Jackson dan Hoseok berada di tingkat status sosial yang sama, begitupun dengan Namjoon, kepribadian mereka yang bertolak belakang tentu membuat siswa lain merasa aneh.

Jackson mengeluarkan kantung kecil berisi cookies cokelat dan memberikannya pada Hoseok. "Mama iseng belajar membuat cookies dan hasilnya jadi banyak..." ujar Jackson ketika melihat raut wajah Hoseok yang kebingungan. "Semoga suka, ya?"

"Terima kasih, Jackson-ssi..."

Jackson tersenyum dan mengangguk. Ia lalu mengeluarkan dua buah kantung lagi. "Yang ini tolong berikan pada Hyungwon dan Sehun."

Hoseok mengerutkan dahi. "Kamu... akrab dengan Hyungwon dan Sehun?"

"Tidak begitu akrab. Hanya kami pernah mengobrol sambil menunggu kau dan Namjoon selesai kelas sejarah hari sabtu kemarin..."

"Ah, begitu..." Hoseok mengangguk paham kemudian memasukkan kantung cookies itu ke tasnya. "Sekali lagi terima kasih, Jackson-ssi."

Jackson tertawa kikuk. "Biasakan memanggilku tanpa embel-embel formal begitu. Rasanya kurang nyaman dan seperti berjarak. Kita ini sudah menjadi teman, kan?"

Kali ini Hoseok berusaha tersenyum tulus. Ia merasa tak enak hati setelah mendengar ucapan Jackson. Pemuda itu hanya ingin berteman, tapi Hoseok sudah takut lebih dulu karena status Jackson yang merupakan sahabat baiknya Namjoon.

"M-maaf. Aku cuma terlalu takut dan–"

"It's okay. Aku mengerti." Jackson menepuk bahu Hoseok pelan.

[NamSeok] ✔️- Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang