26

1.9K 322 22
                                    

Namjoon membawa Hoseok ke atap sekolah. Dia menutup dan mengunci pintunya agar tak ada orang lain yang masuk.

"Aku masih harus masuk kelas kalau kau lupa, Namjoon-ssi."

Nada bicara Hoseok berubah. Tak ada lagi suara pelan dan halus dari gadis itu. Hanya nada tegas yang terdengar.

"Kita perlu bicara?"

"Mau bicara apa lagi?"

"Siapa yang memfitnahmu?"

Hoseok mengalihkan pandangan ke area lapangan basket outdoor yang terlihat dari atas gedung sekolahnya. Ia mendengus kecil. "Mana aku tahu. Lagipula aku tak peduli siapa orangnya. Itu masalahmu."

"Dan kau terseret dalam hal ini."

Hoseok membanting tasnya. Ia menatap Namjoon marah. "Menurutmu karena siapa aku terseret begini, Kim Namjoon-ssi?" tanyanya dengan emosi tertahan. Hoseok kesal, marah, tapi dia terus menahannya. Namjoon bisa lihat itu.

"Kalau begitu ayo kita cari sama-sama siapa yang memfitnahmu..." nada bicara Namjoon melunak. Ia sangat mencintai gadis itu. Melihatnya menahan sakit hati demi tidak terlihat lemah membuat hatinya ikut merasa sesak.

Hoseok tersenyum miring. "Kita? Kau bilang 'kita'?" tanyanya sarkas. Gadis itu lalu kembali menatap ke area lapangan basket yang sepi."Tidak ada 'kita', Namjoon-ssi. Yang ada hanya 'aku' dan 'kau'. Dan kau tak perlu bersusah payah mencari cara untuk menghiburku atau apa hanya karena kau menyukaiku. Kau butuh jawaban dari pernyataanmu waktu itu bukan? Jawabanku, aku tak pernah menyukaimu, Namjoon-ssi."

Tangan Namjoon terkepal erat. Hatinya semakin sakit mendengar ucapan Hoseok. Dia tak ingin perasaannya kandas untuk kedua kalinya. Cukup Jiwon saja yang mematahkan hatinya. Selama ini kehadiran Hoseok sudah membantu merekatkan kembali hatinya yang patah. Namjoon tidak ingin Hoseok juga ikut mematahkan hatinya.

Namjoon menarik Hoseok ke dalam pelukannya. Ia memeluknya dengan sangat erat, takut jika ia melepaskan pelukannya Hoseok akan pergi dari sisinya.

"Kau.....serius dengan ucapanmu?"

Hoseok setengah mati berusaha agar suaranya tak terdengar bergetar. "Sangat serius."

"Apa aku tak punya kesempatan untuk memilikimu?"

Hoseok diam. Ia tak sanggup menjawab pertanyaan Namjoon. Tangannya meremas tali tasnya. Tubuhnya gemetar.

Namjoon mengendurkan pelukannya dan menatap Hoseok yang menunduk menghindari kontak mata dengannya. "Tatap aku dan katakan sekali lagi. Katakan kalau kau tak memiliki perasaan yang sama denganku. Katakan.....kalau kau tak mencintaiku."

Hoseok membeku dalam pelukan Namjoon. Dia tak bisa menatap mata pemuda itu. Apalagi menatap sambil mengucapkan kebohongan.

Hoseok menyukai Namjoon. Dia juga mencintai Namjoon sama seperti pemuda itu mencintainya. Tapi Hoseok selalu menampik kenyataan itu karena merasa dirinya tak pantas. Ia merasa, banyak perempuan lain yang jauh lebih baik darinya.

"Aku akan percaya ucapanmu kalau kau mengatakannya sambil menatap mataku, Hoseok."

Hoseok mendorong dada Namjoon berusaha melepas pelukannya, namun tak berhasil. Namjoon justru semakin mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang Hoseok. Mereka terdiam cukup lama. Namjoon keras kepala dan tak akan melepaskan Hoseok sampai gadis itu mau menatapnya.

Hoseok tersenyum miris. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap lurus tepat ke kedua mata Namjoon.

"Sebelummya permasalahan yang kuhadapi hanyalah bully dari murid lain dan aku tak pernah mempedulikannya. Tapi sejak mengenalmu permasalahanku semakin beragam dan membuatku lelah. Kau tahu seberapa parah mereka menggunjingkan aku saat mereka tahu aku mulai dekat denganmu? Bagaimana rasanya saat lokermu dimasukkan sampah oleh orang yang iri padamu? Bagaimana rasanya diculik hanya karena perasaan terlarang dan rasa tak sukanya padamu? Bagaimana rasanya dituduh merebut tunangan orang lain saat kenyataannya aku tak pernah merebut siapapun?

[NamSeok] ✔️- Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang