12

2.4K 371 20
                                    

Sudah beberapa hari ini siswa-siswi BIHS mulai terbiasa melihat Namjoon yang mengekori Hoseok kemanapun gadis itu pergi. Kecuali ke toilet tentunya.

Seperti sekarang ini, Namjoon dengan santainya duduk di bangku yang ada di depan Hoseok sambil memainkan ponselnya. Tak peduli dengan pandangan seisi kelas yang menatapnya heran.

"Namjoon-ssi..."

"Hm?" Namjoon mengalihkan pandangannya dari layar ponsel dan menatap Hoseok yang memanggilnya.

"Hari ini kita hanya sekelas di kelas seni lukis."

"Mm-hm?"

"Ini kelas matematika..."

"Aku tahu."

"Dan kita tidak sekelas untuk jadwal matematika hari jumat ini."

Namjoon mengangguk. "Benar."

"Lalu kenapa kau ada di sini sekarang?"

"Kelasku ada di seberang. Lagipula gurunya belum datang, kan?"

Hoseok menghela nafas panjang. Menahan diri untuk tak mencakar Namjoon. Yah meskipun dia jelas tak akan melakukan niatnya sama sekali. "Kelasku memang gurunya terlambat datang, tapi kelasmu sudah mulai belajar sepuluh menit yang lalu. Kenapa kau masih di sini?"

Namjoon kini berbalik menatap kelasnya yang berseberangan dengan kelas Hoseok. Kedua alisnya terangkat. "Oh? Gurunya sudah datang?"

'Astagaaa!'  Hoseok masih tahu diri untuk tidak berteriak dan mengganggu orang lain. Jadi dia hanya melampiaskan kekesalannya dengan berteriak dalam hati.

Namjoon berdiri lalu memasukkan ponselnya ke saku celananya. Dia sempat mencubit pipi Hoseok sebelum keluar kelas dan masuk ke kelasnya sendiri. Pemuda itu cuek saja ketika guru yang sedang mengajar menegurnya. Entah kenapa, Namjoon yang bersikap kurang ajar seperti itu tapi justru Hoseok yang merasa malu dan tak enak pada gurunya. Gadis itu melepas kacamatanya kemudian memijit pangkal hidungnya. Dia jadi pusing sendiri.

Di kelasnya sendiri, Namjoon justru tidak memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Dia justru sibuk melirik ke kelas Hoseok, memperhatikan raut wajah gadis itu yang terlihat cemberut. Namjoon tertawa dalam hati. Dia tahu Hoseok kesal dengan sikapnya, tapi masih tak berani melakukan apa-apa.

'Dia lucu...'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ya, Kim Seokjin. Kau ini meneleponku, memintaku datang karena kau bilang ada hal darurat, tapi ternyata kau cuma mengajakku ke mall seperti ini untuk meminta saran pakaian laki-laki yang ingin kau beli?"

Seokjin tersenyum menatap manajernya yang dari tadi terus mengomelinya. "Mianhae~ tapi aku kan butuh saran dari oppa yang juga seorang laki-laki..."

"Tapi kau tidak perlu bilang 'situasi darurat', kan? Kau membuatku panik."

"Habisnya kalau tidak seperti itu oppa pasti tidak akan mau ikut denganku." Seokjin mempoutkan bibirnya lucu. Sang manajer sebenarnya gemas melihatnya, tapi dia sudah terlanjur sebal.

"Kita itu hanya diberi waktu libur tiga hari. Setidaknya biarkan aku hibernasi sejenak..." manajernya menggaruk kepalanya frustasi.

Seokjin terkekeh pelan melihatnya. Bukannya merespon keluhan sang manajer, dia justru menyodorkan sebuah jaket berwarna biru pada lelaki itu. "Oppa, jaket yang ini bagus tidak?"

[NamSeok] ✔️- Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang