Prolog

203 101 132
                                    


12 tahun silam...

Seorang anak perempuan berumur 5 tahun tampak berlari lari disekitar taman rumahnya. Dengan rambut panjangnya yang dikucir dua itu, dia berlari berkelok kelok mengelilingi taman sambil memegang boneka Shaun the Sheep-nya. Dia sangat ceria sampai tak sadar ia tersandung batu berukuran sedang.

"Aduu.... Cakitt! " erang anak perempuan itu karena terjatuh.

"Huaaa...... Unda!... Unda!.... " teriak anak perempuan itu.

"Kenapa si?! " bentak sang ibu yang sedang serius memegang handphone

"Ini un, aki ulan cakit un...tadi jato... "Adu anak itu cedal.

"Obatin sendiri sanah, bunda sibuk! " usir sang ibu.

"Api cakit un,, hiks,, hiks,,, " rengek Ulan.

"Jangan ganggu bunda deh, masuk rumah sanah terus nanti minta diobatin ayah kalo ga bibi." ucap sang ibu tanpa menatapnya.

"Api, ulan pengin diobatin undaa.....Ayola undaa!" pinta Ulan seraya mengambil handphone ibunya. 

"Gausah manja deh, bisa gak?! Bunda itu lagi kerja! Cuma luka segitu kan? Gak sampe dioperasi kan?! Jadi anak harus mandiri! Nyusahin aja! Kembalikan! " bentak sang ibu sambil menunjuk lukanya dan meminta handphone nya dikembalikan.

"I-iy-ya un-un-da"  balasnya terbata bata. Dia langsung menyerahkan handphone sang bunda. Kemudian dia berjalan pelan sambil sesekali mengadu sakit menuju ujung taman

Tak lama, anak tersebut bertemu dengan seseorang laki laki yang lebih tua 1 tahun dari nya.

"Aloo,,,, amu kenapa? " anak laki laki itu.

"Aku atoh." balasnya lirih.

"Mau aku obatin? "Tawar anak laki laki itu.

"Gausah, bial aku cendili aja. Kata unda aku ga bole manja." balas Ulan sesegukan.

"Yaudah ga usah angis ya, oh iya aku angit" ucap anak laki laki itu sambil mengulurkan tangan.

"Aku Ulan." jawabnya tersenyum sambil menatap matanya.

"Mau jadi sahabat aku? " tanya anak laki laki itu yang diketahui bernama Angit.

"Mau ulan mau! " balas Ulan semangat.

"Selamat bersahabat! " ucap mereka gembira, bahkan ulan pun melupakan kakinya yang terluka. Mereka berjabat tangan bak seorang pengusaha yang sedang menjalin kerja sama.

Namun, terdengar suara orang tua memanggil nama Langit untuk segera pergi. Lalu anak laki laki itu pamit karena orang tuanya memanggilnya.

"Dadah, aku pergi dulu! "Pamitnya sambil melambaikan tangan.

"Dadahh! Ampe jumpa agi! " balas ulan dengan ikut melambaikan tangan.

Saking semangatnya, Anak perempuan tersebut yang bernama Ulan pun mulai terisak keras karena ia terjatuh, sehingga lukanya terkena tanah.  Dia pun tergopoh gopoh berjalan menuju dalam rumah. Darah dilukanya menetes bercampur tanah disetiap langkahnya. Pakaiannya pun mulai tak beraturan lagi.

Nampak sang ayah yang sedang fokus menatap laptop dengan secangkir teh kesukaannya. Kemudian Ulan pun mendekat pada sang ayah.

"Ayaa... Aki ulan cakit yah... Hiks.. Hiks" kata Ulan sambil terisak.

"Ulan ke bunda aja sanah! Ayah lagi sibuk" usir sang ayah.

"Unda ga auu ayaaa!" rengek Ulan seraya menggoyang goyangkan tangan kanan sang ayah. Namun, tanpa ia sadar dia menyenggol cangkir berisi teh sehingga mengenai laptop sang ayah.

"Ulannnnn! Apa yang kamu lakuin?! Gara gara kamu laptop ayah matiii! " murka sang ayah.

"Ma-ma-af-in ulan yah" lirihnya ketakutan.

"Maaf, maaf! Ga guna!!"

"Ulan pengin dipelhatiin aya kaka" adu Ulan sambil mengigit bibir bawahnya.

"Kakakmu itu pinterr! Ga kaya kamuu! " bentak sang ayah yang membuat Ulan seperti di jatuhin bom.

"Tapikan ulan bisa belajal bial pintel" jawabnya parau.

"Sekeras kamu belajar, ga akan bisa nyamain kakakmu itu!! " bentak sang ayah sambil mendorong tubuh Ulan hingga terjatuh.

"Awww.... Cakit.. " ucap Ulan.

"Cekalang, unda ama aya udah ga cayang agi ama ulan, ulan encii melekaaa! " batinnya berteriak.

Kemudian terlihat pembantunya mendekatinya. Pembantunya itu merasa sangat kasihan dengan anak majikannya itu. Setiap waktu selalu begini. Dia ingin sekali membantu, namun apa dayanya,  ia akan dipecat.

"Non Ulan sabar yaa." ucap pembantu itu menahan tangis.

"Mari non, bibi obatin." lanjutnya.
Sedangkan yang diajak bicara diam membisu.

Setelah luka Ulan diperban, dia menuju ke kamar mandinya dengan tertatih tatih. Dia menyalahkan shower-nya lalu membasahkan dirinya dibawah pancuran air sambil menutup mata.

"Ulan benci unda"
"Ulan benci aya"
"Ulan benci meleka"

Hingga satu jam berlalu, bibirnya memutih, wajahnya pucat, giginya gemetar. Tak lama ia jatuh tersungkur dengan kening yang berdarah karena tergores ujung bak mandi.

"Dia tegang bertahan sebelum masanya"

_______________________________________________________

To be continue.........

@ChairunnisaSA

Sampai jumpaaa🙆

Typo bertebaran kayane:(

Bulan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang