Happy reading💙
Jangan lupa vote+komen!Bulan dan teman-temannya tengah menyantap makanan yang baru saja dipesankan oleh Putri. Pagi ini, otak mereka cukup terkuras oleh mata pelajaran Fisika.
Keadaan kantin sekarang cukup terbilang ramai seperti biasanya. Ada yang berteriak-teriak, ada yang mengantri makanan, dan lain sebagainya. Kantin SMA Harapan Bangsa cukup terbilang besar dan luas. Bahkan dari informasi yang didengar dari anak-anak yang bergosip ria, kantin ini akan di buat 2 lantai.
Pandangan Ana terpaku pada segerombolan kakak kelas mereka, Langit dan kawan-kawan. Seketika ia ingat sesuatu.
"Bul, eh tadi lo ngapain minta nomer kak Langit?" tanya Ana sambil menyantap baksonya. Pertanyaan Ana membuat Ifa dan Putri menghentikan kegiatan mereka."Et tunggu-tunggu-tunggu, Bulan minta nomer kak Langit?" ucap Putri memperjelas dengan mata melotot tak percaya.
"Omagah! This is a rare occurrence!!!" teriak antusias Ifa.
Bulan tetap memakan makanannya dan menghiraukan celoteh para sahabatnya. Kemudian menatap tajam Ana yang saat ini tengah meringgis pelan karena sudah membicarakan hal ini.
"Ayo dong! Cerita!!!!" paksa Ifa memanyunkan bibirnya.
"Ih Bulan mahh, gamau cerita sama kita kita," rajuk Putri menatap sebal. Bulan menatap Putri dan menghela napas panjang.
"Gue ada kepentingan," ujar Bulan sambil menyumpalkan earphone di kedua lubang telinganya.
"Yakin nih?" tanya Ifa memicing curiga.
"Lo ga kibul ka Lan?" tanya Putri menatap curiga juga dengan Bulan.
"Iya, ada urusan sama adiknya," ujar Bulan memperjelas.
"Pas itu kan dia nolongin adeknya kak Langit," sahut Ana sembari meminum es jeruk.
"Oh iyaa yaa, kok Putri bloon banget si," celoteh Ifa polos.
"Lo yang bloon bukan gue kali Fa!" Putri menatap tajam Ifa.
"Kan tadi Putri yang tanya-tanya, brarti Putri yang bloon," ucap Ifa yang masih memperkekuh perkataannya tadi.
"Itu mah namanya bukan bloon tapi kreatif, ya ga An?" Putri menatap sombong Ifa.
"Kalian berdua bloon intinya mah," ucap final Ana.
Ifa dan Putri menatap sebal ke arah Ana yang dengan santainya mengunyah makanannya. Belum sempat mereka berdua melontarkan sesuatu, terdengar bunyi barang yang pecah. Hal ini mampu menyita perhatian siswa-siswi yang berada di kantin.
Sorotan mata Bulan menangkap Karin yang sepertinya tak sengaja di dorong oleh musuhnya, Nadia. Dan mungkin sebentar lagi terjadi percekokan diantara kedua belah pihak.
"Lo gamau misahin kakak lu Lan?" tanya Ana yang menatap lurus Karin dan Nadia yang beradu mulut.
"Udahlah gausah, buat apa coba?" ujar Putri. Putri sangat benci Karin, Kakak tiri Bulan itu.
"Nurut aja ke Putri Lan, nanti lo yang kena masalah, apalagi lo anak baru disini. Gue gamau lo kenapa-napa," sahut Ifa yang menyetujui saran Putri.
"Fa tumben lo encer," ledek Ana terkekeh. Ifa hanya memungkinkan bibir saja.
"Gue kesana," ucap Bulan datar. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju Karin dan Nadia. Dari sekian banyaknya orang yang menonton kejadian itu, tidak ada satupun orang yang berniat membubarkan. Apalagi keduanya mulai terbawa emosi.
Bulan mencoba masuk dalam perdebatan itu. Ia sempat desak-desak. Sekaligus menatap miris anak jaman sekarang. Bagaimana tidak? Mereka malah memvideo perdebatan mereka yang tak sama sekali ada gunanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Langit
Teen Fiction"Jangan bergantung pada harapan, bodoh! Semakin tinggi, semakin sakit." - Aurenlyn Bulan Zean --------------------------------------------------------------------------- Permasalahan bertubi tubi menghampirinya, namun Tuhan memberi sebuah jalan akhi...