Happy reading!
Pandangan Langit terpaku oleh sesosok perempuan yang tengah menggendong adiknya, Aleva. Begitu juga dengan Bulan yang memasang muka heran kenapa ada lelaki yang menurutnya tak asing berada di pintu gerbang rumahnya. Lalu Langit mematikan mesin motornya dan masuk kawasan rumah Bulan.
"Permisi, gue mau..em..itu..Ale—" belum sempat Langit menyelesaikan ucapannya yang dipenuhi keraguan, Aleva terbangun.
"Kak Sam!!"
Bulan menatap keduanya dengan penuh keheranan. Ingatan Bulan kembali terangkai akan lelaki itu.
"Kak Ulan, itu kak Sam yang ninggalin aku." ujar Aleva memanyunkan bibirnya. Bulan kembali menjadi Bulan. Sorot matanya yang dingin terpusat pada Langit. Sementara Ana yang tidak tahu menahu tentang yang terjadi hanya mengamati lakon keduanya.
"Hehe maaf Ale, tadi Kak Sam lupa." ucap Langit sembari mengangkat tubuh Aleva dari gendongan Bulan.
"Lupa lupa teruss!" hardik Aleva sambil memperagakan bibir monyongnya.
"Yaa, maap." balas Langit menatap Aleva.
"Hmm," Aleva mulai mengantuk dan jatuh tertidur di bahu Langit. Dengan sigap, Langit mengelus-elus rambut Aleva beraroma Strawberry. Hati Bulan sedikit tersentil akan kejadian tersebut.
Tak lama terdengar suara yang mengalihkan Langit dan Aleva.
"Jadi??" Ana bersuara mewakili Bulan yang menatap datar.
"Bagaimana?" lanjutnya.
"Gue mau ngucapin trima kasih karna udah mau nolongin adik gue yang gue tinggal di taman," Ucap Langit tersenyum tulus.
Tiba-tiba Bulan berlalu tanpa mengatakan sepatah kata. Ana yang sudah siap sedia, mulai menggantikan lakon pemeran utama laksana sebuah film.
"Emm..maafin temen guee ya, dia emang gitu tapi aslinya baik ko." balas Ana menahan ekspresi.
"Oohh gitu, okee sekali lagi makasih yaaa!" ucap Langit. Ana mengangguk.
"Lo kakak kelas gue kan? SMA Harapan Bangsa??" tanya Ana.
"Iyaa," jawab Langit tersenyum.
"Aduh maaf maaf kak gue ga sopan," sentak Ana tak enak.
"No problem, gue duluan ya," pamit Langit yang diangguki Ana.
Kemudian Langit menjauhi keberadaan rumah Bulan dengan menggendong adiknya. Ana kembali masuk ke dalam rumah sambil membawa jaket Bulan yang disampirkan di bangku kayu.
Terlihat tubuh Bulan yang terdampar di sofa depan tv.
"Yang lain mana?" tanya Bulan dengan mata terpejam.
"Bikin pulau," balas Ana yang sedang menguncir rambut hitamnya.
"Eh, lo napa ninggalin gue sama Langit hah?!" seakan tersadar Ana mulai kesal akan tindakan tadi.
"Males," jawab Bulan singkat.
"Padahal si Langit itu kakel kita yang waktu itu di kantin semeja,"
"Bodo," balas Bulan singkat.
"Human es menyebalkan," kesal Ana.
Setelah itu Bulan tak menjawab apapun. Ia bangkit dan berjalan menuju kamarnya untuk tidur tanpa mengganti pakaian.
Sesampainya di kamar, kesabaran Bulan diuji. Terlihat bungkus-bungkus plastik makanan yang tergeletak sembarangan dengan popcorn yang berserakan di sekitar karpet kamar. Pandangan beralih pada kedua makhluk yang sedang tertidur pulas. Lalu Bulan menghampirinya dan memukul pantat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Langit
Teen Fiction"Jangan bergantung pada harapan, bodoh! Semakin tinggi, semakin sakit." - Aurenlyn Bulan Zean --------------------------------------------------------------------------- Permasalahan bertubi tubi menghampirinya, namun Tuhan memberi sebuah jalan akhi...