Chapter 4

117 71 49
                                    


Happy reading kawan!!
Jangan bosen bosen ya! 🙌🙌

.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•


.
"Eloo!?!?" teriak Doni histeris senang.

Seketika keadaan kantin yang tadinya ramai mendadak sepi mendengar toa Doni.

"Hehe... Maaf maaf gaess dilanjut monggo!" Doni menahan malu.

"Doni! Ga usah alay gitu napa!" Ryan marah.

"Kalo lo teriak teriak begitu nanti pita suara lo rusak gimana? Kasian mak lo yang udah ngerawat lo yang alay. Trus kalo lo jadi gagu gimana? Lo ga bisa ngomong?" cerocos Ryan.

Semua menatap Ryan dengan pandangan yang sulit diartikan kecuali Bulan yang tenang memakan saladnya.

"Napa lo pada ngeliatin gue?! Mata itu anugrah, bukannya bantuin ato apa. Udah lanjut makan! Doni lo gausah teriak teriak lagi gue malu tau! " cerocos Ryan yang sepanjang kereta api.

"Gue yang lebih malu daplun," batin Doni.

"Kok kak Ryan kaya emak Ifa ya?" celotek Ifa yang mengundang tawa teman temannya.

"Hahahahahaha,"

"Bener bener itu!" ucap Doni.

"Gak lahh!! " bantah Ryan yang berusaha menutup rasa malunya itu.

"Udah gak usah malu kak udah kejadian juga." ucap Putri sesekali tertawa.

"Udah udah, lanjut makan mau bell ini." suara Ana penengah.

"Iya tuh bener. " Ucap Langit.

Pandangan Langit menuju ke Bulan yang tengah makan dengan tenang.

"Eh kak Don tadi ngapain kaget liat Bulan?" tanya Ana. Doni menepuk kening.

"Dia itu yang gue ceritain gaess!" ucap Doni sambil menunjuk Bulan.

Para sahabatnya Doni terkejut.

"Haii, lo pasti masi inget gue." tebak Doni.

"Hmm... " Bulan bergumam.

"Maafin Bulan ya, dia emang kaya gitu." ucap Ifa.

Yang lain hanya mengangguk. Langit masih betah menatap Bulan. Hingga Bulan selesai makan dia masih menatapnya.

"Woyy! Ngelamun aja!" teriak Arya pada Langit.

"Diem lo ah, " balas Langit.

"Ciee liatin Bulan terus," bisik Arya. Namun Langit tak menanggapinya. Aryapun kesal tetapi ia punya rencana spesial buat Langit.

Dengan diiringi canda tawa yang garing, mereka masing masing mulai sudah menghabiskan makanan mereka.

"Gue cabut!" ucap Bulan datar. Temannya mengangguk.

Bulan berjalan menjauhi mereka.

"Dia emang sifatnya kaya gitu?" tanya Langit.

Ana dan Putri saling pandang, mereka bingung mau menjawab apa.

"Yaa emm iyaa," ucap Ana terlihat bingung.

"Dia yang pertukaran pelajar itu ya?" tanya Doni.

"Iyaaa," jawab Ifa tersenyum.

"Eh! Lo budeg apa! Gue tadi juga udah tanya kaya gitu! Napa ngulang lagi?!" Ryan menonyor kepala Doni.

"Yee aso kali mas, beda jugaa!" bantah Doni sesekali mengelus kepalanya.

Bulan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang