" Kadang lo harus keluar dari zona nyaman lo saat orang-orang sudah keterlaluan dalam memperlakukanmu. "
"Cheryl." Hanya kata itu yang terucap dari mulut mungilnya itu saat ia mendapat kesempatan untuk memperkenalkan diri. Bukan mempromosikan instagramnya atau jejaring sosial medianya yang lain, ia berusaha agar segera duduk ke tempat yang sudah ia incar, yaitu tempat paling belakang.
Jangan tanya bagaimana reaksi anak kelas X IPS 1 saat melihat Cheryl memperkenalkan dirinya dengan angkuh. Pada saat itu juga pembicaraan mengenai Cheryl yang sombong dan pelit berbicara itu sudah membuat kondisi kelas menjadi ribut. Sindiran demi sindiran bahkan hujatan secara langsung terus dilontarkan oleh semua anak.
"Sayang cantik tapi sombong. Ngerasa paling cantik kali."
"Aneh banget sih anak itu."
Cheryl tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa. Membuat perkataan-perkataan terus terlontar dari mulut mereka. Ia sebisa mungkin menjaga agar pandangannya tetap acuh tak acuh seperti biasanya, namun kondisi kelas yang ricuh menyebut-nyebut namanya itu membuat ia sangat risih.
Ia mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Tepat ada satu anak yang menatapnya lekat-lekat. Tampang yang seperti tante-tante ditambah anting yang sepanjang tali rafia.
Ia merutuki dirinya, mengapa ia harus mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas dan berakhir dengan ia mendapat senyum sinis cewek itu. Senyum yang ia benci, entah sejak kapan. Ia selalu merasa benar-benar diremehkan dan dikucilkan. Membuat semua perkataan yang ia dengar tadi itu semakin jelas.
Tidak ada yang menyukai dirinya.
Begitu kata pikirannya yang sepanjang hari terus ia tanamkan. Ia takut setiap ada orang yang menatapnya. Tatapan itu, semuanya adalah tatapan yang mengucilkan. Tidak ada yang ingin berteman dengannya, batinnya.
Lagi, ia benar-benar tahu apa yang orang pikirkan tentang dirinya. Seorang gadis yang terus-terusan membenarkan poninya yang jatuh-jatuh menutupi pandangannya karena ia tidak menyelipkan rambut itu di daun telinganya. Sebenarnya ia juga tidak ingin, hampir setiap detik membenarkan rambutnya itu. Namun perlu diingat, Tujuannya hanya satu yaitu agar bekas jahitan melintang di jidatnya itu tidak terlihat dengan jelas.
Namun sepertinya semua orang sudah melihatnya karena baru saja ada segerombolan perempuan yang ia pastikan bahwa mereka anak yang cukup terkenal datang menghampirinya dan dia mengamati bekas jahitannya itu.
Ia sedikit penasaran, untuk apa mereka mendatangi mejanya dengan tujuan yang tidak jelas.
"HAHAHAHA TERNYATA DIA UDAH ANEH, MAKIN ANEH LAGI, TUH LIAT SEKARANG DIA CUMA BENERIN RAMBUTNYA SAMBIL MAKAN. KOK ADA YA ORANG KAYAK DIA INI?" celetuk salah seorang gadis yang ia tahu, itu adalah tante-tante tadi yang ada di kelasnya.
Mentalnya jatuh sangat amat jauh. Ia bingung bagaimana menghadapi anak-anak seperti mereka. Ia kesal, marah, ingin memberontak, tetapi itu hanyalah angan-angan bagi anak sepertinya.
Anak-anak kaya dan cantik seperti merekalah yang berkuasa disini. Jika ia membantahpun, beasiswa yang ia terima di sekolah ini pasti langsung lenyap. Ia hanya dapat diam, entah sampai kapan. Yang ia bisa pastikan adalah tiga tahun lagi dan dirinya dapat bebas. Bebas dari hujatan, cacian, makian, bullyan, semua tindakan kasar yang ia terima bahkan di hari pertamanya menginjakkan kaki di sekolah ini.
16 April 2019
Hai semua pembaca Cheryl!
Vote and comment ya kalau suka dan penasaran sama apa yang akan terjadi sama Cheryl selanjutnya:)Apa Cheryl bakalan bales mereka? Atau enggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERYL [Completed]
Teen Fiction[PROSES PENERBITAN] Kisah gadis remaja yang baru menginjak bangku SMA namun ia kehilangan semua memori masa lalunya. Karena suatu hal, ia tumbuh dan berkembang di panti asuhan. Kalian bertanya tentang masa SMAnya seperti apa? Kehidupan sekolahnya t...