"Fillo maju! Selamat kamu dapat 100 lagi."
Grafillo maju tanpa berekspresi. Semua orang terkagum-kagum padanya, tetapi menurutnya hal itu sudah biasa maka tidak ada yang perlu ia banggakan lagi.
---
Grafillo, ia adalah cowok yang di perhatikan oleh Cheryl waktu itu. Ia tidak mirip seperti anak SMA pada umumnya yang nakal dan tidak suka belajar. Ia merupakan anak berprestasi dan ia selalu mendapat nilai sempurna di dalam kelas. Selama tiga tahun ia menjalani SMP, ia selalu mendapatkan juara paralel di sekolahnya. Tidak hanya itu, ia juga menjuarai beberapa perlombaan piano tingkat internasional. Dibalik semua itu, ia mempunyai masa lalu yang tidak seperti anak-anak lain.
"Fillo! Main di depan tk kita yuk!"
"Gak bisa, La! Maaf ya... aku ada les habis ini." jawab Fillo kecil saat diajak bermain oleh Stella, teman sekelasnya.
Stella segera lari ke ayunan dan ia menangis disana. Fillo kecil langsung naik ke mobil dan menuju tempat les-lesannya.
"Habis ini les apa, ma?"
"Inggris jam sebelas, piano jam satu, renang jam tiga dan les pelajaran jam lima sampai kamu paham baru boleh pulang. Ngerti?"
"Berarti Fillo ga bisa nonton power ranger? Kan power ranger jam empat sore ma."
"Mulai sekarang Fillo lebih banyak les ya... gapapa kan?" mama Fillo berusaha merayu Fillo yang sedang duduk bersedih di mobil.
"Gapapa deh ma. Tapi ajak aku jalan-jalan setiap hari minggu ya?"
Mama Fillo hanya mengangguk melihat tingkah putranya itu.
"Aku harus bisa jadi anak yang mama mau." batin Fillo.
Grafillo hanya menuruti perintah orang tuanya. Ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantah perintah mamanya itu.
---
Fillo hari ini merasa sangat lelah, kepalanya dilanda pusing sejak pagi tadi. Matanya terasa sangat berat untuk membuka, maka ia putuskan hari ini ia tidak ingin mengikuti semua les.
"FILLO KENAPA KAMU PULANG CEPAT?" Mama Fillo bertanya dengan meninggikan suaranya.
"Aku capek les ma." Fillo hanya membalas santai sambil berjalan memasuki rumahnya yang hanya menjadi tempatnya untuk tidur. Aktivitas sepenuhnya berada di luar rumah, les sampai larut malam dan kemudian tiba di rumah lalu tidur.
"MAMA UDAH BAYARIN KAMU MAHAL-MAHAL BUAT LES TAPI MALAH KAMU GA MAU LES."
"PERCUMA MA AKU PINTER KALAU SEHARI-HARI AKU CUMA JADI PATUNG BERJALAN. AKU GA PUNYA KEHIDUPANKU SENDIRI MA." protes Fillo yang sudah sangat geram.
"Anak kurang ajar." gumam mamanya.
Fillo langsung berlari masuk ke kamarnya. Ia menjatuhkan dirinya di kasur. Lalu ia teringat jika ayahnya pernah berkata apabila ia sedang bersedih, ia bisa bermain piano untuk menenangkan hatinya.
Ia berjalan ke piano yang ada di kamarnya. Ia duduk lalu merenung sebentar. Pikirannya melayang, ia teringat semua memori kenapa ia bisa sangat mencintai piano.
Dimainkannya sebuah lagu klasik untuk menenangkan pikirannya. Jari jemarinya menari-nari diatas tuts piano. Tanpa ia sadari, air matanya mulai mengalir. Ia teringat bagaimana ayahnya bisa meninggal. Lagu dan piano ini menjadi saksi bisu bagaimana ayahnya bisa terbunuh.
Setelah memainkan lagu itu, ia tersadar masa lalu yang kelam itulah yang seharusnya membuatnya bertekad untuk bangkit. Ia tidak ingin hidupnya di kekang. Ia hanya berdoa, semoga kejadian tadi menyadarkan mamanya akan haknya untuk hidup bebas. Tanpa les, ia dapat menjadi anak yang cukup pintar.
Hai!! Jgn lupa vote n comment ya😉
Jgn lupa ajak tmn kalian buat baca crita ini biar aku lbh cepet update😂
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERYL [Completed]
Novela Juvenil[PROSES PENERBITAN] Kisah gadis remaja yang baru menginjak bangku SMA namun ia kehilangan semua memori masa lalunya. Karena suatu hal, ia tumbuh dan berkembang di panti asuhan. Kalian bertanya tentang masa SMAnya seperti apa? Kehidupan sekolahnya t...