5《Penyemangat Rahasia》

5.5K 303 17
                                    

"Mau ke kantin?"

Alvino muncul dari belakang kursi Cheryl, menepuk-nepuk pundak Cheryl pelan. Ia berusaha mencari cara apapun agar Cheryl bisa mulai berbicara kepadanya.

"Kalau lo tau siapa yang ngelempar surat-surat ke lo dari kemarin, lo mau ngomong?"

Tawaran yang terdengar menggiurkan ini membuat Cheryl menoleh sedikit kearah Alvino. Ingat hanya sedikit.

"Menurut lo siapa yang ngelempar?" umpan Alvino lagi agar Cheryl mulai mau berbicara kepadanya.

Cheryl menggeleng lalu bertanya, "Siapa?"

Alvino senang gadis ini sudah sedikit bereaksi, walaupun raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ia penasaran. Hanya satu kata yang dikeluarkan gadis ini sudah cukup membuat Alvino cukup terpesona. Buktinya sekarang Alvino sedang membuang muka kearah lain.

"Gue."

Sedetik kemudian masih tidak ada tanda reaksi apa-apa dari Cheryl. Gadis itu hanya menatap Alvino lekat-lekat dan tidak mengeluarkan ekspresi sedikitpun. Kemudian, Ia lanjut berbalik menghadap papan tulis lagi dengan sedikit membenarkan posisi duduknya.

"Udah gitu aja? Ga ada ucapan terima kasih?" protes Alvino karena ketidakpuasannya terhadap tanggapan Cheryl. Padahal ia sudah luar biasa senang ketika Cheryl mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab pertanyaannya.

Alvino tetap berdiri di sebelah meja Cheryl dengan posisi sedikit menunduk. Kecewa, hanya ekspresi itu yang terpancar dari wajah Alvino.

Cheryl mengeluarkan beberapa alat tulis termasuk stick note yang ia punya. Ia terlihat menuliskan sesuatu untuk Alvino dengan Alvino yang masih setia berdiri di meja Cheryl. Sepertinya menunggu sampai Cheryl luluh? Tetapi tidak ada yang tau pasti apa alasan cowok itu sangat bertekad untuk berdiri disitu.

Cheryl menempelkan stick note itu di tangan lelaki yang masih setia berdiri disana. Ia menoleh kearah Cheryl dan tersenyum saat membaca itu. Padahal jika kalian ingin tau apa yang dituliskan Cheryl hanyalah sebuah ucapan terima kasih.

Kalau kata Vino itu dua kata yang membuat satu hati melayang hingga tidak tau jalan kembali. Ia berjalan kembali ke tempat duduknya dengan bersenandung kecil. Sejak kecil, Alvino memang mudah untuk berekspresi, tidak seperti yang orang lain katakan saat pertama kali bertemu dengannya jika ia adalah sosok yang cuek. Semua itu salah besar.

Di sela-sela jam istirahat, Lovia berjalan ke bangku Alvino di pojok belakang kelas. Ia menarik pergelangan tangan Vino lalu menariknya ke sebuah tempat yang cukup sunyi di dekat lapangan basket.

"Lo udah move on dari gue? Bukannya terakhir kali lo bilang ke gue masih ga bisa move on?"

"Siapa yang bilang gue move on dari lo?"

"Tuh lo deketin si aneh itu buat apa?" nada Lovia mulai menaik tanda gadis ini cukup tidak suka dengan perilaku Vino.

"Ya gapapa."

Alvino berjalan pergi meninggalkan Lovia sendiri disana. Jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih merasakan detak jantungnya yang tidak terkontrol saat ia berada di dekat Lovia. Namun pikirannya menyuruhnya untuk segera melupakan Lovia. Kata Vino, sebenarnya ia tidak dapat dikatakan jika belum move on karena menurutnya Lovia bukan gadis yang pantas untuknya. Dua sisi yang sangat amat bertolak belakang membuat Vino bingung dengan perasaannya sendiri.

"HELLOO VINO IN HEREE!" ia berteriak seraya memukul meja Cheryl. Gadis tidak berdosa itu terperanjak ke belakang.

"What are u doing sis?"

"Diem. Berisik." Cheryl mengeluarkan dua kata yang lagi-lagi membuat Alvino sekarang sedang melompat kegirangan.

Ia tidak sadar jika ia sedang diperhatikan semua anak di kelas. Akhirnya Alvino berjalan menunduk menuju tempat duduknya seraya menahan malu. Cheryl yang melihat kejadian memalukan itu menyunggingkan senyumnya sedikit.

"Lucu."

Haiii!!
Ada yg ngikutin cerita ini dari awal dan masih bertahan sampe sekarang?? Coba comment deh biar aku tau😆

Vote and comment ya jgn lupaa😗❤️

CHERYL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang