Vino memukul Dito, "Enak aja manggil Cheryl pake shay. Mati aja lu sana."
"Kalau gue disini lo suruh mati, nanti gue mati lo kangen."
Balasan Dito yang terdengar cukup menjijikan itu yang membuat semua anggota geng Alvino tertawa terbahak-bahak, kecuali Cheryl. Gadis ini hanya tersenyum sedikit, tidak bereaksi apapun bahkan saat ia digoda oleh Dito.
"Woi cewek lu patung ya?" celetuk salah satu anggota geng itu.
"Gue mikirnya dulu juga gitu. Tapi ternyata bisa ngomong kok anaknya." balas Vino sambil mengelus rambut Cheryl.
Cheryl kini benar-benar menjadi patung karena perbuatan Vino. Sepertinya detak jantungnya sudah terdengar dari luar. Ia berusaha bertingkah seperti biasanya. Menurut kamusnya, ia tidak akan berekspresi berlebihan.
Nicho yang sedang memakan makanannya, lantas teringat, "Oh iya! Lovia dikemanain bos?"
Semua yang ada disana tiba-tiba menjadi diam tidak bergeming. Hanya memperhatikan kearah Vino dan menunggu jawaban dari lelaki itu. Vino membalas menatap Nicho. Cowok itu lah yang melemparkan bom besar kepada Vino, terutama disebelah Vino ada gadis yang bernama Cheryl.
Cheryl tidak ikut menatap Vino. Ia hanya menghantam dirinya sendiri. Ia berulang kali memperingati dirinya jika ia terlalu bodoh karena terlalu mudah untuk mempercayai Vino. Ia tidak merasakan sakit hati. Hari ini ia sangat berterima kasih kepada Nicho yang sudah menyadarkan dirinya.
Bel masuk berbunyi, tanpa sepatah katapun Cheryl dengan wajah datarnya langsung berjalan menuju kelas. Meninggalkan Alvino dan teman segengnya.
"Cheryl, tunggu!" Alvino mengenggam tangan Cheryl, berusaha untuk menahan gadis itu.
Cheryl melepaskan genggaman tangan Alvino, "Apaan sih."
Cheryl kembali melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelas. Sesampainya ia di kelas, pemandangan yang ia tidak suka kembali muncul di hadapannya. Gadis culun bernama Andin yang waktu itu makan dengannya sekarang sedang duduk di bangkunya.
"Cheryl! Gue lihat lo jadi deket sama Vino ya?"
"Apasih." batin Cheryl.
"Ga."
"Gue udah satu sekolah sama dia sejak SMP dan udah empat tahun sekelas juga. Gue tau dia mantan pemain basket. Dulu dia juga pernah deketin salah satu cewek di kelas ini, tapi gue ga terlalu tau dia siapa jadi gue ga inget namanya. Gue kagum sama dia dari dulu."
"Kalau lo kagum, ada hubungannya sama gue?"
"Ya sapa tau lo bisa sampein rasa kagum gue ke Vino."
"Ck."
Ia memilih untuk mendiamkan Andin. First impression yang ia berikan sudah cukup buruk di mata Cheryl.
"Kalau orangnya udah ga suka ga usah dipaksa bisa ga sih."
Pemilik suara itu sudah tidak asing di telinga Cheryl dan Andin, siapa lagi jika bukan Alvino. Suara itu lantas membuat Andin mundur beberapa langkah. Alvino membuat Andin cukup terkejut dan gugup. Buktinya kini muka Andin memerah saat ia ditatap oleh Alvino.
"Ngapain lo liat gue kayak gitu?" omel Vino.
"Hm... gue mau ngomong ini sejak lama. Gue kagum sama lo. Kita udah sekelas sejak empat tahun yang lalu dan sejak saat itu juga gue sudah mulai mengaggumi lo."
"Ya sudah, terima kasih sudah mengangguni gue. Sekarang lo bisa pergi dan jangan ganggu ketenangan Cheryl." usir Vino yang membuat Andin hanya mengangguk lalu berjalan pergi.
"Nah sekarang Andin udah pergi. Giliran gue yang gangguin lo! Ga ada yang boleh gangguin lo selain gue."
"Ck. Modus." sinis Cheryl kepada Vino yang hanya dibalas cengiran oleh Vino.
Heiii!!!
Nih aku updatee cepet buat kaliannn😘Mau aku update lebih cepet lagi? Ajak temen-temen kalian buat baca cerita ini ya biar sampai 700 readers ya trs aku update!🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERYL [Completed]
Teen Fiction[PROSES PENERBITAN] Kisah gadis remaja yang baru menginjak bangku SMA namun ia kehilangan semua memori masa lalunya. Karena suatu hal, ia tumbuh dan berkembang di panti asuhan. Kalian bertanya tentang masa SMAnya seperti apa? Kehidupan sekolahnya t...