Setelah semu pekerjaan selesai gue langsung pulang ke rumah untuk beristiraha.
"kia pulang" gue lihat momy masak gue langsung meletakan tas gue tas dan jas gue di sofa dan berlari ke arah momy.
Cup
"udah pulang? Gimana hari ini lancar?" tanyanya yang masih sibuk mengoreng beberapa lauk l.
"lancar mom walaupun agak capek sih karena harus ngehandle dua pekerjaan, tapi tadi mom aku di panggil bunda sama salah satu pasienku" gue mengambil alih untuk menumis, sedangkan momy sudah sibuk menyiapkan piring untuk di hidangkan.
"hmm kok bisa kamu di panggil bunda? Kamu dikira bundanya?" tanya momy sambil meletakan piring-piring di atas meja makan.
"gak kok mom jadi.."
Mengalirlah cerita yang tadi gue alamin di rumah sakit."kasian yaaah masih kecil udah gak ngerasain kasih sayang ibu" momy langsung membelai rambutku, dan menatap gue dengan tatapan sayang.
"ini tantangan buat kamu jadi dokter kamu harus bisa jadi ibu sekaligus dokter buat pasien pasien kamu" g
"ya mom, ini udahkan aku mandi dulu ya gerah soalnya" gue matikan kompor dan langsung naik ke kamar. setelah gue nyelesain mandi gue gue turun gue liat semuanya udah kumpul dan di tambah stu orang lagi pacar + sahabat gue dan bang yoga."malam semua"
"malam sayang " kata dady dengan senyumanya."sell lo ngapain kesini?"
"hmm abang kamu mau nikah ki" kata mama dari arah dapur membawa piring yang makanan."lo seriusan mau nikah bang?"
"serius lah" sambil menyantap makananya."Udah- udah makan dulu ntar di bahas" ucap dady lalu kami melanjutkan makan dengan hikmat. Setelag selesai makan bang yoga mulai bicara niat nya menikahi selly.
Keesokan paginya, gue nyempetin untuk melihat para pasien gue dulu untuk ngecek keadaan pasien gue tapi, di tengah jalan sebelum gue ke rumah sakit gue kepikirian buat beli mainan buat dion.
Gue masuk ke dalam kamar vvip anak-anak yang sudah menampakan dion yang baru saja bangun dati tidurnya.
"pagi ganteng"
"pagi nda" tanpa aba-aba dion langsung memeluk, dengan senyuman yang sudah nampak di wajahnya."pagi dokter kia" sapa ibu sarah dengan senyumannya dan menghampiri kia dan dion.
"pagi bu, bunda ada hadiah lo buat dion" suster dan buk sarah melihat kedekatan gue dan dion tersenyum.
"mana bun hadiahnya dion suka hadiah" katanya antusias
"tapi dion harus minum obat dulu baru bunda mau ngasih dion hadiah" dia langsung mengerucutkan bibirnya gue mencoba membujuk dia dengan cara ini."ayodong sayang katanya mau hadiah tapi harus minum obat yahh"
"emangnya halus yang bunda tapi obat pahit bu" katanya gemas sekali dengan pelafalan bicaranya yang masih cadel."harus dong, minum obat biar cepet sembuhnya" dion langsung mengangguk dan meminum obatnya setelah tertidur gue ninggalin dion buat ke kantor.
"suster mirah tolong cek dion satu jam sekali hubungi saya ketika terjadi apa" kataku yang diangguki oleh suster.
"bu saya ke kantor dulu nanti saya kesini lagi buat ngecek keadaan dion kalo ada apa-apa hubungi saja suster mirah"
"makasih dokter kia" gue cuma ngangguk lalu ninggalin ruangan dion dan naik ke lift menuju lantai atas."kia hari ini kamu ada meeting diluar dengan devayana grup untuk membahas Rumah Sakit baru yang ada di makasar"
"jam berapa mbak?"
"jam 1 siang nanti ki setelah itu kamu di suruh ke kantor pusat"
"makasih mbak laporannya dan tolong kasih tau suster mirah mbak makasih" mbak della langsung pergi dari ruangan gue."ki ayo meeting" ajak mbak dela
"ayo mbak semua usah siapkan?" Mbak della mengangguk. Mbak della dan gue langsung menuju kafeSetelah sampai di kafe
"saya utusan dari devayana grup bu maaf bapak tidak bisa langsung meeting karena anaknya sakit"
"ooh ya tidak apa jadi sekarang kita bahas masalah...."
KAMU SEDANG MEMBACA
my best friend my husband [COMPLETED]| Akan Terbit
KurzgeschichtenHasil pemikiran sendiri yang niru atau jiplak kena undang-undang hak cipta