7. Fire [17+]

10.7K 846 141
                                    

"Dengar, aku memberimu ini karena aku menyayangimu. Tapi kau harus ingat, jangan lakukan hal aneh lagi pada Krist." Nudaeng akhirnya mengambil keputusan ini. Ia menyayangi Singto dan tidak tega melihat Singto seperti ini, walau pada akhirnya ia harus mengorbankan Krist.

Singto memandang kunci ruang pribadinya dengan puas. Rasanya seluruh kesakitan yang ia tanggung selama beberapa hari ini lenyap begitu saja. Sudah Singto duga bahwa Nudaeng tidak akan setega itu.

Nudaeng merawatnya sejak ia bergabung di organisasi ini. Nudaeng tidak memiliki suami apalagi anak. Hanya Singto yang bisa merebut hatinya dan membuat Nudaeng tulus menganggap Singto selayaknya putranya sendiri.

"Terima kasih!" Untuk pertama kalinya Singto berterima kasih.

Nudaeng mengangguk. Mengusap kening Singto sejenak sebelum meninggalkan ruang rawat pemuda itu.

.
.
Liu benar-benar melaksanakan perintah Nudaeng dengan baik. Dalam beberapa hari ia dan Krist bisa berteman akrab. Liu senang pada Krist yang tidak banyak bicara dan Krist nyaman dengan sikap hangat dan ceria dokter muda itu.

Liu sering mengajaknya jalan-jalan. Tak pernah terbesit dibenak Krist untuk kabur. Karena ia tidak mau menimbulkan masalah untuk Liu, sebab Singto itu benar-benar gila dan suka melakukan segala hal diluar batas!

"Hei, kau terlihat sedih." Liu menepuk bahunya. Mereka menikmati senja di sebuah taman dekat markas. Liu memakan sebuah es krim, sementara Krist hanya diam membisu sejak tadi.

Melihat Liu memakan es krimnya. Krist kembali teringat pada Singto yang dulu.

"Tidak, hanya teringat pada seseorang." Jelas Krist dengan sebuah senyum tipis. Liu mengusap bibirnya, es krimnya sudah habis.

"Wow, siapa?"

"Seorang perempuan."

"Apa dia kekasihmu?" Tanya Liu antusias. Krist tertawa kecil. Menggeleng.

"Bukan, dia seseorang yang kuanggap seperti kakakku sendiri." Krist kembali murung. Liu tidak suka melihatnya. Ia menghentakkan kakinya membentuk sebuah nada. Krist memandang gadis itu penuh tanda tanya.

Liu bangkit, menari dengan ceria dihadapannya. Melihat Liu tawa Krist meledak. Ia begitu bersyukur bertemu dengan Liu, gadis itu mampu menarik semua beban yang ada dipundaknya.

"Ini tarian di film La La Land! Kau harus menontonnya kapan-kapan!" Ujar Liu setelah mengakhiri tariannya.

"Baiklah."

.
Hujan turun dengan lebat, diikuti angin ribut. Krist dan Liu terjebak di dalam mobil. Mereka tidak bisa masuk kedalam markas karena jarak mobil dan markas yang cukup jauh. Salahkan saja halaman yang begitu luas.

Hari sudah sangat malam. Liu akhirnya memberi usul agar mereka menginap didalam mobil. Semoga saja esok pagi hujan sudah reda.

"Kenapa kau tidak kabur? Padahal aku sudah memberimu kesempatan?" Tanya Liu ketika keheningan sejak tadi menyelimuti keduanya.

"Aku tidak mau mengorbankan siapapun. Aku tahu Singto akan membunuhmu jika sampai aku kabur." Krist mengutarakan isi hatinya. Hanya dengan Liu, Krist bisa berbicara sebebas ini. Krist menganggap Liu seperti adiknya sendiri.

Liu memandang Krist dengan haru. Tidak menyangka Krist masih memikirkan oranglain diatas penderitaannya sendiri.

"Terima kasih. Aku janji akan membantumu untuk bebas." Liu menahan airmatanya. Krist mengangguk. Mengakhiri pembicaraan keduanya.

.
Singto melempar botol berisi vodka hingga membentur tembok dan pecah. Napasnya memburu. Tangannya terkepal erat.

Ia memandangi foto-foto Krist yang terpajang di dinding. Ya sejak ia memutuskan untuk pindah ke markas, Singto membuat ruangan sendiri berisi foto-foto Krist.

Fighter [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang