16. Grey

6.3K 767 45
                                    

"Kita selalu jahat dalam cerita oranglain Krist." Krist berusaha mengumpulka kesadarannya, ucapan Liu barusan seperti sebuah batu tajam yang sukses menghujam jantungnya.

"K-kenapa?"

"Seperti kau menganggap bahwa Singto jahat dan Singto juga menganggapmu jahat dalam ceritanya." Liu menyenderkan punggungnya disandaran sofa. Memejamkan matanya. Menggali lagi kenangan yang tidak akan pernah lenyap dari pikirannya.

Watashi no koe sayounara
(Selamat tinggal wahai suaraku)
Ano yama no saki no fukaku nemuru mizumi ni itte shimatta
(Semoga engkau tidur tenang dalam dana dibalik gunung)
Itteshimatta
(Sampai jumpa lagi)
Hito no kokoro kizutsukeru kanashii kotoba wo
(Kata-kata kesedihan yang mampu melukai hati oranglain)
Kuchi ni shita kunai to naku itte shimatta
(Kini lenyap tanpa pernah diutarakan maupun ditangisi)
Ohayou, konnichiwa? gokigen ha ikaga?
(Halo, selamat pagi? Apa kabarmu?)
Arifureta yaritori aga
(Percakapan yang sederhana)
Ima ha koishii
(Membuatku merindukannya)
Watashi no koe kieta koto minna yorokonda
(Lenyapnya suaraku membuat semua orang bahagia)
Minna watashi no kotoba wo kiratterukara
(Karena semua orang membenci kata-kataku)
Oioi to nakinagara satte itta koe
(Baik suara dan isak tangisku kini sudah pergi)
Nokosareta watasgi ha mou naku kotodekizu
(Aku yang ditinggalkan bahkan tidak sanggup menangis)

"Wah, suara Phi sangat bagus!" Bocah berusia empat tahun itu bertepuk tangan ketika seorang gadis berusia 19 tahun selesai menyanyikan sebuah lagu untuknya. Lagu dengan bahasa asing, namun sekali dengar Liu langsung menyukainya.

Gadis berambut hitam sepinggang yang sangat cantik dengan wajah putihnya.

"Dulu seorang wanita bermata hijau sering menyanyikannya untukku." Jelas gadis itu memandang hamparan langit biru diatasnya.

"Au, P'Yume memiliki kalung sama dengan Liu?" Liu menyentuh kalung berbandul persegi panjang yang dikenakan Yume. Sahabat kakak tertuanya, Yuan.

Walau Yuan sudah diadopsi oleh keluarga kaya, namun Yuan masih mau menengoknya dan mengajaknya bermain. Yuan mengatakan bahwa darah lebih kental dibanding air. Setelah Yuan pergi Liu hanya memiliki Ling saja.

Yume tertawa kecil. "Yuan yang memberikannya. Dia bilang kita harus selalu terhubung." Yume mengusap rambut cokelat milik Liu. Memandangi gadis itu lekat.

"Benarkah?" Sejak bertemu dengan Yume, Liu langsung menyukai gadis itu. Yume sangat baik dan cantik. Yume juga melatihnya beladiri walau Liu selalu mengeluh bahwa dirinya tak bisa.

Yume mengangguk. "Ya, ketika nanti aku maupun Yuan tidak ada. Kami akan memberikan kalung ini pada orang yang kami sayangi. Agar mereka juga selalu terhubung."

Liu tersenyum sangat lebar, sampai matanya menyipit. Ia tak terlalu paham maksudnya. Namun apa yang Yume katakan terdengar manis.

.
.
Liu bersembunyi dibalik tembok. Ia melihat Yume dan Yuan sedang beradu argumen. Liu tidak pernah melihat keduanya berkelahi seperti ini sebelumnya.

"Aku tetap akan mempertahankan tempat itu! Terserah kau mau melakukan apa! Kupikir kau sahabatku ternyata tidak Yuan!" Yume membentak gadis berambut cokelat dihadapannya. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun.

"Apa yang kau harapkan soal pekerjaanmu ini?! Tidak ada masa depan!"

"Lalu aku harus jadi pelacur? Haha! Kau berubah Yuan hanya karena harta dan uang kau tega melakukan semua ini! Kau bukan sahabatku lagi!" Yume melangkah meninggalkan Yuan, ia bahkan mengabaikan Liu yang memandangnya penuh tanda tanya.

Fighter [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang