"Apakah kau tidak curiga?" Liu melipat kedua tangannya didepan dada. Ia memandangi tamu yang mulai masuk ke dalam aula utama. Bright yang tengah menggigit apel merahnya menaikkan salah satu alisnya tak paham.
"Maksudmu?" Liu menoleh, mendengus kasar. Nyaris memukul kepala pilot itu.
"Penjagaan ini tidak ketat."
"Mungkin Singto ingin memberi kenyamanan pada tamu." Jawab Bright setengah tak perduli. Liu benar-benar memukul kepalanya sekarang.
"Tidak P'Bright, tidak semudah itu." Liu menggeleng, rambut cokelatnya yang kini disanggul rapih bergoyang.
Bright mau tak mau akhirnya memikirkan apa yang Liu katakan. Jika dipikir ulang, Liu ada benarnya. Tidak mungkin acara sebesar ini penjagaannya begitu longgar. Apalagi mengingat seperti apa Singto itu.
"Kau benar juga." Bright membuang apelnya. Sudah tak berminat lagi.
"Jangan-jangan..." Liu terdiam.
"Singto sudah tahu apa yang akan kita lakukan?" Keduanya saling tatap setelah berucap bersamaan.
Shit, mengapa mereka bisa melupakan hal sekecil ini?
.
.
Bright dan Liu berjalan dengan terburu ke ruangan Jan. Wajah keduanya tampak panik, Liu membuka ruangan Jan sedikit kasar. Ia masuk bersama Bright."Gawat." Ucap Liu memainkan jarinya.
"Apa?" Tanya Jan santai. Ia sedang menata penampilannya sebelum keluar dan bertemu tamu. Krist duduk bersama Praepailin.
Liu menarik benda yang membuat rambutnya tersanggul rapih. Ia meletakkan benda itu diatas meja. Rambutnya tegerai begitu saja.
"Singto sepertinya sudah tahu apa yang akan kita lakukan." Ucap Liu sedikit gusar. Ia tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya.
"Kenapa kau bisa menarik kesimpulan seperti itu?" Jan duduk diatas kursi. Melipat kedua tangannya didepan dada. Mencoba bersikap tenang.
"Penjagaan pesta ini terlalu longgar."
"Mungkin Singto-"
"Tidak! Tidak mungkin Singto selunak itu. Pikirkan lagi. Dia begitu aneh. Kau ingat perkataan Krist? Dia bilang Singto lunak padanya akhir-akhir ini! Singto juga seperti tak acuh, maksudku seharusnya dia sudah bisa curiga sejak awal. Insting Singto sangat baik. Dan gadis itu, Sakura. Tidakkah kalian curiga? Singto tidak pernah begitu dekat dengan rekan bisnis, lagipula jikapun ia dan Sakura memiliki hubungan khusus. Singto sudah pasti akan membunuh Krist karena baginya Krist tidak penting lagi. Kita sudah salah sejak awal, kita terkecoh dengan sikap Singto dan informasi tentang data diri Sakura!" Jelas Liu panjang lebar. Membeberkan hasil pemikirannya. Ruangan Jan begitu lenggang, semua menyerap informasi yang Liu berikan. Apa yang Liu katakan benar. Mereka tidak menyadarinya karena terlalu fokus dan terkecoh. Singto tidak sebodoh itu. Harusnya mereka sadar.
"Aku tahu." Semua menoleh kearah Krist. Pria itu tersenyum getir. "Aku tahu Singto mencintaiku. Tapi dia masih menganggapku tawanannya bukan pendampingnya. Aku sebenarnya tak ambil pusing dengan Singto yang selalu mengungkit aku akan pergi. Aku pikir itu bagian dari ketakutannya saja. Tapi Singto seakan sudah bisa membaca semuanya tapi dia bersikap seolah tak tahu apapun."
Kelimanya begitu tegang, rasanya sangat sulit jika mereka mengubah rencana tiba-tiba. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Kenapa mereka baru sadar sekarang? Rasa frustasi memenuhi otak mereka.
"Jadi selanjutnya apa yang akan kita lakukan?" Praepailin memecah keheningan yang tercipta. Ia meremas tangan Krist yang mulai dingin. Wanita itu tahu Krist sedang bingung dan kalut saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighter [SingtoxKrist]
FanfictionSepuluh tahun lalu bagi Krist, Singto hanyalah bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa. Penolakan menyakitkan mendorong Singto untuk membuktika pada Krist bahwa dia bukanlah orang yang bisa diremehkan. Singto tumbuh menjadi seorang pembunuh bayaran h...