Napas Krist memburu hebat. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Singto sehebat itu. Beberapa kali ia menderita pukulan, bahkan nyaris dirinya keluar dari lingkaran.
Suara riuh semakin terdengar. Merasa bahwa ini adalah pertarungan yang sangat seru. Dua orang dengan kekuatan yang seimbang. Krist dengan strateginya, Singto yang bergerak bagai bayangan ditengah malam. Sangat halus namun mematikan.
Singto memasang wajah datar. Memandangi Krist yang mulai kehabisan tenaga. Ini adalah kelemahan Krist, tidak bisa mengolah energinya. Tidak sia-sia dirinya memahami pola serangan Krist dan membuat Krist lelah sejak awal.
Singto mendaratkan pukulan dari bawah, mengenai dagu Krist. Membuat lelaki berusia tiga puluh tahun itu terpental. Krist menggeram, tatapan matanya menajam.
Oke, saatnya untuk serius.
Krist menerjang Singto, memukul perut pemuda itu. Krist sedikit tersentak ketika Singto mengeratkan perutnya. Membuatnya keras. Krist tahu hanya orang tertentu yang bisa melakukan gerakan konstan itu dalam perkelahian. Orang itu harus memiliki basic yang baik dan hebat. Krist merasa kepalan tangannya begitu sakit. Sial sekali.
Singto memiting tangan Krist, berbisik ditelinga pria itu.
"Kau tahu aku menguasai banyak bela diri. Muay thai, wushu, taekwondo, kung fu dan masih banyak lagi. Yakin masih ingin melawanku?" Tanya Singto dengan nada mengejek. Emosi Krist naik mencapai ubun-ubun. Sombong sekali dia!
Catatan penting ketika kau bertarung, jangan pernah terpancing emosi. Bersikaplah tenang. Namun Krist sudah melupakan catatan itu. Emosilah kini yang menguasai dirinya.
Krist meloloskan diri, memukul rahang Singto keras.
"Semua adil dalam perang dan cinta." Desis Singto, dengan gerakan sehalus bayangan ia menendang sisi kanan kepala Krist.
Ini bukan tendangan biasa. Krist merasa pening luar biasa. Tapi ia mencoba menahannya, Krist menerjang Singto sekali lagi. Namun sebelum itu terjadi, Singto sudah berpindah. Gantinya ia tersungkur karena punggungnya ditendang oleh pemuda yang lebih muda lima tahun darinya itu.
Krist mendesis. Ia merasa kekuatannya sudah terkuras habis. Krist merintih dengan suara kecil.
"Masih ingin dilanjutkan?" Tanya Singto menginjak salah satu tangan Krist kuat. Krist menjerit kesakitan. Mungkin tulangnya patah.
Krist sudah tidak bisa berbicara apapun. Rasanya ia ingin pingsan.
"Kau menyerah." Singto membisikkan kalimat itu ditengah ambang batas kesadarannya. Masa bodoh! Ia kalah kali ini tak masalah! Asal ia bisa menjauh dari Singto, bajingan keparat yang berbahaya!
Singto tersenyum culas. Ia mengangkat tubuh Krist, melemparnya keluar dari lingkaran. Kepala Krist membentur tembok.
Krist pingsan.
.
.
Krist merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Ia membuka matanya perlahan, sedikit menyipit ketika cahaya terang menyambutnya.Krist mencoba mengais semua kesadarannya. Susah payah ia melakukannya. Setelah sadar, Krist memandangi sekeliling. Matanya sedikit membulat.
Kamar mandi?!
Krist melihat shower mati diatas kepalanya, sebuah wastafel dengan kaca besar, tirai yang menutupi bath up dan sebuah closet. Kamar mandi dengan cat putih yang terlihat mewah.
Krist bertanya-tanya dimana ia? Kenapa dirinya ada di sini?
Pria itu menemukan jawabannya ketika pintu kamar mandi terbuka. Masuklah seorang pemuda dengan celana kain hitam dan kemeja putih yang lengannya ditekuk sampai siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighter [SingtoxKrist]
FanfictionSepuluh tahun lalu bagi Krist, Singto hanyalah bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa. Penolakan menyakitkan mendorong Singto untuk membuktika pada Krist bahwa dia bukanlah orang yang bisa diremehkan. Singto tumbuh menjadi seorang pembunuh bayaran h...