17. Doubt

6.3K 753 75
                                    

"Oih, kau serius tidak akan membuat penjagaan ketat di pesta perayaan?" Sakura menopang salah satu kakinya dengan kakinya yang lain. Kaki jenjang nan mulusnya terlihat, bahkan pahanya terekspose bebas akibat dress birunya yang tersingkap. Ditangan gadis itu ada sebatang rokok menyala.

"Tentu saja." Jawab Singto tak acuh. Sakura menekan rokoknya di asbak sampai mati. Dengan mata hijau alaminya, gadis itu memandang Singto tajam.

"Kalau dia kabur bagaimana?"

"Justru inilah yang inin ku lihat." Singto menyenderka punggungnya di sandaran kursi kebesaraannya. Sakura mengernyitkan dahinya semakin tak paham.

"Nani?"

"Aku ingin melihatnya sejauh mana dia akan kabur." Singto mengulas sebuah senyum miring. Sakura akhirnya mengangguk paham, Singto ternyata punya rencana sendiri yang tidak kalah gila. Seharusnya orang-orang itu paham sebelum bermain-main dengan Singto. Selain sulit dibodohi, Singto juga punya koneksi dimana-mana. Sakura hanya satu dari sekian ratus koneksi Singto yang tidak Jan kenal.

Sakura terkekeh memikirkannya, ia bertepuk tangan kecil. Andai Singto tidak kejam dan perilakunya mirip iblis lepas dari neraka, Sakura tidak akan segan mengencani dan mengejar pemuda itu.

"Oh wow, tetap jenius!"

"Tapi Sakura," Singto menjeda kalimatnya. Ia memandangi wajah Sakura. Jika dipikir gadis berdarah Jepang-Belanda itu tidaklah buruk. Sakura cantik dan cerdas. "Kenapa kau mau melakukan hal sejauh ini?"

Sakura merotasikan matanya. Terlihat sedang berpikir. Padahal nyatanya tidak. Ia menjentikkan jarinya.

"Simple saja, karena kau seksi dan hot." Ucapnya dengan kedipan mata genit. Singto melempar gelasnya, nyaris mengenai kepala merah jambu gadis itu. Sakura tergelak. Refleksnya sangat baik.

"Jawab dengan jujur dada rata!"

"Kau selalu menghina payudaraku! Padahal Krist juga tidak punya!"

"Setidaknya Krist punya lubang yang bisa dimasuki. Milikmu... ugh... pasti sudah tidak rapat." Singto memandang skeptis Sakura yang berang.

"Kau belum pernah mencobanya! Mana mungkin kau tahu, ingin mencobanya hah?! Ayo!"

"Never." Sakura berdecak. Selain jahat Singto juga bermulut kejam. Bisa-bisanya membawa hal intim seperti itu sebagai bahan berkelahi. Jika Sakura adalah gadis penuh drama, mungkin ia sudah menangis dan menyeret Singto ke pengadilan atas dasar pelecehan seksual.

"Oke oke, akan kujawab." Sakura menghela napasnya. Merapikan rambut merah jambu kesayangannya. "Karena kau temanku."

"Aku tidak pernah menganggap begitu."

"Ck, kuso!" Sakura kesal setengah mati. Ia ingin memukul kepala Singto sekali saja, supaya tidak mati penasaran.

Singto mendengus. Namun kemudian tersenyum miring. Sakura menahan tawanya, oke dia mengerti Singto juga menganggapnya sebagai teman.

.
.
"Kau ingin ke ruangan Singto?" Krist berpapasan dengan Liu di lorong kaca. Ia mengangguk pada gadis manis itu. Liu mendengus kecil, ia menarik tangan Krist dan mengajak pria itu duduk disalah satu kursi.

"Apa?"

"Ada Sakura di ruangan Singto." Krist terdiam. Sakura datang lagi? Ini perasaannya saja atau bagaimana? Gadis itu sering sekali berkunjung kemari. Bahkan mendekam di ruangan Singto selama berjam-jam. Satu hal yang bahkan Singto sendiripun tidak sukai jika Krist melakukannya. Jan hanya mampu bertahan 30 menit di ruangan Singto. Tapi Sakura? Bayangan keduanya berciuman tempo hari menambah rasa tak nyaman dihati Krist. Kenapa saat ia mulai menyadari dan mengakui perasaannya sendiri, Singto malah bersikap seperti itu?

Fighter [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang