"Siapa dia?" Bright bertanya pada Jan yang duduk disebelahnya. Pilot muda itu memandangi gadis berdress hitam yang berdiri bersama Liu. Memberikan penghormatan terakhir pada Knott.
"Ling. Namanya Ling. Liu bilang dia adalah temannya ketika ada dalam penampungan dulu." Jelas Jan.
Brigtht memincingkan matanya, sedikit merasa curiga. Pasalnya wajah keduanya memang mirip. Hanya berbeda gaya rambut dan iris matanya saja.
"Bright?" Jan menyentuh bahunya, menyadarkan Bright.
"Ah ya?"
.
.
Sudah sepekan sejak kematian Knott, suasana markas sudah kembali normal. Hanya menunggu waktu Singto diangkat menjadi ketua yang baru.Singto benar-benar sibuk. Ia bahkan tidak pernah bertemu Krist lagi, Krist juga tidak masalah. Ia memahami kondisi Singto.
"Dia akan menjadi pengawal Krist." Singto yang tadinya sedang fokus pada file diatas meja sontak menoleh. Memandang Nudaeng yang berdiri bersama wanita berpakaian serba hitam. "Aku sudah dengar kejadian Krist kabur dan akan bunuh diri. Aku berusaha membantumu."
Singto memandangi wanita itu dari atas sampai bawah dengan rasa curiga. Namun wanita itu hanya memasang wajah datarnya. Singto menghembuskan napasnya dalam.
"Siapa namamu?"
"Praepailin." Ucapnya tanpa emosi didalamnya. Singto terdiam cukup lama, ia memandang Nudaeng dan mengangguk. Pertanda bahwa dirinya menerima Prepailin.
.
"Krist!" Krist melebarkan matanya kaget melihat Praepailin ada diambang pintu ruang pribadi Singto. Sahabatnya itu langsung memeluknya erat, memperhatikan Krist. Napasnya tercekat melihat banyak luka ditubuh sahabatnya itu.Praepailin menangis.
"Kenapa kau bisa tahu aku ada disini?" Tanya Krit tak habis pikir. Ia sepertinya tidak pernah memberitahu apapun pada Praepailin. Krist bangkit dari atas ranjang, ia mengunci pintu ruangan agar bisa lebih leluasa berbincang dengan Praepailin.
"Ada gadis berambut cokelat yang mengatakan padaku bahwa kau sedang ada dalam bahaya. Gadis itu memberikan sebuah alamat." Pikiran Krist langsung tertuju pada Liu. Siapa lagi gadis berambut cokelat dan pernah bertemu dengan Praepailin.
"Bagaimana? Apakah Singto curiga padamu?!" Krist takut sekali jika Singto berbuat kasar pada Praepailin.
"Tidak. Sepertinya dia tidak mencari informasi tentangku." Jelas Praepailin. Ia menyentuh wajah Krist yang tampak tirus dan menanggung banyak beban. Dari sana Praepailin tahu bahwa Krist tidak diperlakukan dengan baik.
"Pergilah Prae, ini bukan tempat yang baik untukmu. Bahaya mengintaimu." Krist mencoba memberitahu dan membujuk Praepailin. Tempat ini sangat berbahaya, apalagi Singto.
"Tidak, aku akan membawamu pergi dari sini Krist. Kau berhak bahagia."
"Tapi lingkungan kumuh-"
"Cukup! Berhentilah memikirkan oranglain dan cobalah memikirkan dirimu sendiri!" Bentak Praepailin. Ia benci jika Krist masih mau memikirkan oranglain dan membiarkan dirinya terluka. Bukankah itu sangat bodoh?
Krist hanya mampu diam. Praepailin meraih tangannya, menggengamnya dengan erat.
"Ayo kita pergi Krist. Lakukan secara perlahan dan semua akan baik-baik saja." Praepailin meyakinkan. Krist memandang lurus mata Praepailin. Mengandung segudang keyakinan.
Krist mengangguk.
"Baiklah, kita pergi."
.
.
Krist datang ke ruangan Singto. Ia hanya ingin bertemu dengan pemuda itu, Krist membawakan secangkir kopi hitam. Sejenis minuman yang Singto sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighter [SingtoxKrist]
FanficSepuluh tahun lalu bagi Krist, Singto hanyalah bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa. Penolakan menyakitkan mendorong Singto untuk membuktika pada Krist bahwa dia bukanlah orang yang bisa diremehkan. Singto tumbuh menjadi seorang pembunuh bayaran h...