#3 springbreeze 02-07-2019
11-07-2019
02-08-2019
#3 tags 11-07-2019
#8 trending 11-07-2019
✔[ R E V I S I : 17 Februari 2019 ]
✔Menggunakan bahasa baku, disertai terjemahan kosa kata di...
Detik dari ruang waktu kali ini sengaja menyuruh Jinyoung untuk menemaniku duduk di tepi danau bersama dengan sebuah api unggun yang membakar beberapa potongan kayu dari hutan. Malam-malam indah penuh bintang yang sangat aku rindukan kini telah hadir kembali. Mereka sengaja menyemangati hatiku yang bertekad kuat untuk mengadu. Iya, aku ingin mengadu pada dunia bahwa aku sedang cemburu. Namun di sini hanya ada Jinyoung, jadi aku cuma bisa mengadu padanya. Laki-laki yang selama ini selalu menempatkan jaket kulit berwarna hitam pada fashion-nya itu nampak sangat fokus mengutak-atik kayu bakar. Disisirnya poni yang menutupi dahinya itu ke belakang dengan jemari lentiknya yang indah. Ia pasti mulai kepanasan, tapi ia juga tidak akan mau mematikan apinya. Sumber cahaya yang kami punya saat ini hanyalah api unggun yang disinari cahaya bulan. Cukup berkesan dengan ditambahnya belasan kunang-kunang yang beterbangan di sekitaran bunga-bunga yang masih menguncup di malam hari. Senyuman manis yang kutujukan pada mereka ternyata mendapatkan perhatian lebih banyak dibandingkan tersenyum kepada si penjelajah waktu yang tampan ini. Mataku melirik sebentar pada orang ini, orang yang masih berkutat dengan kehangatan yang diciptakannya dari api-api yang melahap hampir setengah dari kayu bakar yang tersisa. Bibirnya sengaja dikunci rapat selama ia sibuk dengan kayu-kayu serta ranting dan dedaunan kering yang dibuangnya ke dalam api. Sedangkan, kedua tanganku hanya sibuk bermain dengan kunang-kunang yang menari di malam hari.
Namun hanya sebentar, reinkarnasi dari adikku ini segera mengusap-usap kedua telapak tangannya dengan kasar agar debu-debu yang menempel di kulitnya itu cepat turun dan jatuh kembali ke tanah. Lalu, giliran bola matanya yang melirik ke arahku. Bibirnya sudah tak dikunci rapat, dan dengan nada bicara yang lembut, ia mulai mengajakku bicara. "Ceritakanlah jika kau ingin bercerita," katanya.
Setelah mendengar ucapannya, aku akhirnya berhenti bermain dengan kunang-kunang cantik itu. Aku segera membenarkan posisi dudukku, lalu menghela napas sebelum akhirnya mengadu padanya. Kami menjadi saling pandang sejenak ketika ia menunggu bibirku bicara. Sejujurnya, aku bingung harus memulainya dari mana. Namun Jinyoung akan terus memandangiku jika aku terus terdiam seperti ini, jadi aku memberanikan diri untuk bilang bahwa, "aku cemburu."
Jinyoung hanya menanggapi kalimatku dengan kernyitan dahi yang tentu saja itu membuatku sedikit kesal. "Kenapa? Apakah aku tidak boleh cemburu?" Tanyaku.