🌹🌌I Wanna Have🌌🌹
↪▫▪▫🌷▫▪▫↩.
.
.
🌹✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳
Harusnya aku yang lebih mengenalmu
✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳
🌹
.
.
.
____________________________________👑
Aku berdiri di antara ratusan orang yang berlalu-lalang di zebra cross, sedang menikmati angin hangat di musim gugur. Angin-angin yang berlayar ke permukaan kulitku saat ini semuanya berasal dari pergerakan orang-orang di jalanan. Keramaian yang membuatku sunyi, terdiam tanpa membatin ataupun menggumam dalam hati. Yang aku pikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya aku menjalani kehidupanku setelah ini, terutama setelah aku bertemu denganmu. Rasanya baru kemarin aku berkhayal tentang kisah cinta sejati yang diberikan Tuhan padaku, dan tidak kusangka bahwa hari ini aku sudah bisa mendapatkannya.
Lampu merah untuk kendaraan serta lampu hijau untuk pejalan kaki sudah menyala sejak 2 menit yang lalu. Waktu tunggu bagi mereka yang berkendara sudah hampir habis, namun orang-orang yang memiliki tampang pekerja keras ini masih terlalu banyak untuk dilewati. Dedaunan kering ikut turun dan beterbangan bersama angin-angin yang datang dari utara, menyapu rambut panjangku dengan lembut ke arah selatan, mengikuti arah ke mana orang-orang ini berjalan. Langit nampak mendung dalam sekejap, aku tidak tahu perihal apa yang membuat mereka jadi berubah seperti ini, awan-awan itu. Semilir angin pun perlahan terasa melambat, melambat, melambat, dan akhirnya berhenti. Cukup aneh dirasa untuk ikut masuk ke dalam ruang waktu yang berhenti. Aku, angin, kendaraan, dan orang-orang ini, terjebak dalam detik yang terjeda.
"Kenapa semua orang berhenti?" Aku nampak kebingungan, menggumam untuk hal yang membuat hatiku tanpa sengaja bertanya: sebenarnya apa yang tengah terjadi?
"Hanya aku yang bergerak?" Bibirku bertanya lagi, yang entah untuk siapa pertanyaan itu aku tujukan. Mungkin untuk keadaan, aku hanya mampu bertanya pada situasi yang tengah menyita perhatianku. Detik waktu yang mereka punya sedang berhenti, sedangkan detik yang kupunya masih tetap berjalan. Musim gugur kali ini ternyata telah sengaja mengisyaratkan sebuah rahasia padaku tentang ruang waktu. Seakan dedaunan kering ini sedang terbakar oleh api kebencian sampai menimbulkan asap di sekelilingku. Tubuh berasap yang kumiliki memang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, terutama saat penyihir itu menyatakan sumpahnya yang mengerikan kepada langit. Kutukan yang ia ciptakan di bawah pohon bunga sakura saat aku berulang tahun yang ke-19 saat itu sungguh menusuk dan merasuki pikiranku setiap tahun. Jikalau dari tahun ke tahun kutukanku masih berlanjut, asapku tetaplah asap. Bahkan kalau aku berandai-andai asapku menghilang, aku hanya akan terlihat seperti bunga sakura yang terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄
Fiksi Penggemar#3 springbreeze 02-07-2019 11-07-2019 02-08-2019 #3 tags 11-07-2019 #8 trending 11-07-2019 ✔[ R E V I S I : 17 Februari 2019 ] ✔Menggunakan bahasa baku, disertai terjemahan kosa kata di...