11.《십일》|| 11 pt.1

25 7 0
                                    

🌹🌌11🌌🌹
↪▫▪▫🌷▫▪▫↩

🌹✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
🌹
✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

"Tolong tunjukkan padaku tentang betapa indahnya musim semi."

✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

🌹
.
.
.
_________________________________________

Musim Semi


Isyarat dari kelopak bunga kamomil tentang kematian cinta pertamaku pada seratus tahun yang lalu telah membuat kenangan tak terlupakan pada hari di mana aku menangis di atas rerumputan mati. Bahkan saat ini pun aku masih bisa menangkap ingatan itu dengan sangat jelas, ingatan tentang musim semi yang seharusnya menjadi musim paling bahagia bagi kami berdua, namun waktu itu malah menambah luka di kemudian hari. Juga ketika orang-orang menangis di upacara kematiannya, aku hanya bisa berlutut di hadapan Sang Raja dengan rasa menyesal yang teramat dalam. Saat itu, semua orang langsung membenciku. Batu-batu yang ukurannya lumayan besar melayang dan mendarat di tubuhku saat aku bermaksud untuk pulang. Benda keras dari tangan-tangan orang marah terus saja menyakiti tubuhku. Noda darah yang membekas bahkan sempat tidak bisa hilang dari pakaian isitimewa hadiah dari kakek. Itu adalah pakaian yang kukenakan saat petama kali kami bertemu. Iya, pakaian yang kupakai saat Sang Pangeran hampir saja melukai kakiku. Benar, mungkin aku memang tidak seharusnya memakai pakaian itu. Dari awal kami bertemu saja, aku sudah hampir terluka. Dan ketika kami sudah berpisah, rupanya ada lebih banyak luka yang aku dapatkan. Seluruh rakyatnya menjadikanku penyebab terbunuhnya Pangeran mereka, yang itu tidak hanya menyakiti tubuku, namun juga jiwaku.

"Apa yang akan terjadi hari ini?" Kamu bertanya sambil tersenyum padaku seolah tidak akan ada luka yang menyakiti kita lagi. Kulihat kedua bola matamu bermaksud menatapku dengan harapan bahwa aku akan mengatakan hal-hal yang indah. Namun dari gerak-gerik itu, aku rasa kamu sebenarnya juga gelisah. "Hm? Ada apa?" Suaramu terdengar sangat halus ketika kamu mencoba untuk bertanya lagi. Sementara di sini aku hanya diam sambil terus berpikir. Aku bahkan masih bingung memikirkan hal apa yang harus aku katakan padamu. Kamu tahu kalau aku tidak akan banyak bicara hari ini, tapi kamu masih tetap bersikap tenang dan berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Jemarimu juga meraih beberapa helai rambut yang menutupi dahiku, untuk kemudian kamu taruh ke belakang daun telinga kananku. Dan setelah itu, kamu bicara lagi. "Ada banyak hal indah yang harus kau katakan padaku hari ini. Namun karena sangking banyaknya, kau tidak bisa menceritakannya satu persatu." Kamu mengecup keningku sesaat, lalu kamu bilang "tidak apa-apa, aku bisa pahami itu."

Aku tersanjung atas pengertian yang kamu tujukan untukku. Perkataanmu yang barusan itu terdengar sangat manis, hingga aku pun akhirnya ikut tersenyum bersamamu. "Maafkan aku," kataku. "Lainkali aku akan menceritakan semuanya padamu."

𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang