11.《십일》|| 11 pt.2

52 4 0
                                    

🌹🌌11🌌🌹
↪▫▪▫🌷▫▪▫↩

🌹✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
🌹
✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

Kita akan menemukan sebuah rahasia di dalam 11 hal yang akan selalu kita ingat.

✳▫▫▫▪~~↕《✴↕🌷↕✴》↕~~▪▫▫▫✳

🌹
.
.
.

_______________________________________

Kini waktu kita telah sampai pada sore hari, waktu di mana aku dan kamu bersenda gurau di atas perahu. Kita mendayung ke tengah danau ditemani oleh angin musim semi yang bergerak dari belakang. Kira saja angin ini sebenarnya ingin ikut mendorong perahu kita agar bisa bergerak lebih cepat. Juga semilir angin musim semi ini rasanya sedang membacakan puisinya sambil terbata-bata. Sinar matahari di langit pun perlahan mulai meredup beriringan dengan angin yang bergerak semakin kencang. Meskipun aku memang tidak punya kekuatan untuk menahan angin, tapi hatiku selalu menggumamkan sebuah kalimat yang berisikan permohonan bahwa "aku tidak ingin momen ini cepat berlalu."

Kamu membaringkan dayungmu ke atas perahu, lantas aku pun juga ikut berhenti mendayung. Kamu sengaja membiarkan angin-angin ini yang mendorong kita untuk kembali ke tepi. Mungkin juga tanganmu sudah lelah dengan air danau yang terasa sangat sulit untuk diajak kompromi. Kamu yang sedang duduk di depanku saat ini pun perlahan menoleh ke belakang. Aku menatapmu dengan ekspresi yang menyimpan banyak tanya, lalu aku lihat dari sorot matamu itu seolah berbicara bahwa kamu menoleh hanya untuk sekadar melihat permaisurimu. Senyumanmu masih menghias dengan indahnya, yang tentu saja hal itu akan kujadikan tepat sebagai objek paling mengesankan yang ditangkap oleh kedua bola mataku saat ini. Beberapa detik yang kita habiskan hanya untuk saling pandang ini berlalu begitu cepat tanpa kita sadari. Tangan kananmu bergerak menghampiriku dengan lambat. Kamu menengadahkan telapak tangan itu guna memintaku untuk menggapainya. "Kita harus membuat 11 momen yang berharga sebelum musim semi berakhir," begitu katamu. Sungguh kalimat yang membuat hatiku berhenti bergumam. Bibirku terkunci untuk sementara, namun jantungku rupanya masih tidak bisa berhenti berbicara. Malam memang belum tiba, tapi aku telah mengukir senyuman bulan sabit lebih dulu di wajahku, di hadapanmu, dan di hati kita. Aku menggapai tanganmu lalu mengangguk sebagai tanda setuju. Dan setelah itu, aku memeluk punggungmu, menempelkan pipiku di bahumu yang lebar, kemudian berkata "aku harap momen yang ke-11 itu masih lama."

Kamu memegang kedua tangan yang melingkar di tubuhmu sekarang. Entah mengapa tanganmu rasanya terlalu halus untuk memegang tangan seorang siluman kucing yang sudah tua sepertiku. Aku merasa bahwa seharusnya aku bisa lebih cantik dari hari ini, saat ini. Oleh karena itu, besok aku akan mengubah diriku agar bisa terlihat lebih cantik lagi jika sedang bersamamu.

𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang