5

904 63 6
                                    

Sesampainya di Amrik, mereka diarahkan untuk kepergian selanjutnya.

"Kalian naik mobilnya nanti 1 mobil 2 kelompok. Dan nanti jangan sampai kalian lupa dengan mobilnya ya" ucap Yan An dan yang lain hanya mengangguk antusias.

"Duh, Ra. Gimana nih? Kamu tau kan kalo Inggris aku masih remedial" bisik Nari ke Zara.

"Ya kamu kira aku bisa inggris? Jangankan ngomong, baca aja masih kepeleset terus" balas Zara. Felix yang menyadari itu langsung menghampiri Zara dan bagusnya Zara ada didepan.

"Kamu kenapa?" tanya Felix dengan suara beratnya.

"I-ini kak. Inggris kita masih remed, takut nanti ga bisa berinteraksi" ucap Zara polos. Felix terkekeh pelan dan melanjutkan.

"Hahaha, yaudah. Kamu kelompok 8 kan? Nanti sama kakak aja. Kalo ada apa-apa bilang kakak nanti kakak yang urus" lanjut Felix enteng.

"Eh, ga repotin nih kak?" tanya Zara tidak enak.

"Ga kali, tenang aja. Tapi emang salah satu dari kelompok kamu ga ada yang bisa Inggris gitu?" tanya Felix lagi. Zara hanya menatap Nari sekilas dan Nari hanya hanya menggidikkan bahunya.

"Ga tau kak" jawab Zara lagi, masih dengan kepolosannya.

"Coba nanti kakak tanya di bus ya" ucap Felix dan kembali ke barisan para OSIS.

"Nariii~" lirih Zara sambil mengguncang pelan tangan Nari.

"Kenapa?" tanya Nari masih fokus pada arahan Yan An.

"Deg-degan asli aku!" kata Zara tapi masih pelan.

"Ih gitu doang. Udahlah kenapa sih emang. Kak Felix juga gatau kan?" balas Nari acuh.

"Iihh! Ga peka dasar" ketus Zara dan fokus kepada Yan An.

.
.
.
.
.
.
.

Mereka sudah sampai ditempat penginapan. Emang dari 5 tahun ajaran lalu itu sekolah ngadain mos diluar negeri. Mulai dari Jepang sampe Argentina. Gatau tujuannya apa.

"Disini siapa aja yang bisa bahasa Inggris?" tanya Felix saat kelompok 7 dan 8 baru saja masuk ketempat penginapan itu. Semua saling bertatapan satu sama lain.

"Saya kak" ucap Samuel seraya mengangkat tangannya.

"Oh, kamu? Samuel ya. Yaudah, kelompok 7 siapa yang bisa?" tanya Felix lagi.

"Saya kak" ucap Daehwi sambil mengacungkan jarinya.

"Ok, karena setiap kelompok ada, jadi kita ga terlalu susah. Dan satu yang harus kalian inget ya, jangan mencar kalo kemana. Dan ini kunci ruangan kalian. Jangan takut, didalem ruangan itu ada 2 kamar. Yang satu untuk perempuan, yang satunya laki-laki dan ada 3 kamar mandi juga dapur dan meja makan. Untuk dapur itu dipakai untuk memasak saat para OSIS lupa beli makanan ya" jelas Felix dan yang lain mengangguk.
"Paham ga nih, jangan ngangguk doang" lanjutnya.

"Paham ga paham kak" ucap mereka serempak dan Felix hanya geleng-geleng kepala.

"Zara? Ngerti kan?" tanya Felix berharap.

"Paham kok kak" ucap Zara sambil tersenyum.

"Yang kurang paham, tanya Zara aja ok. Nih ketua kelompok ambil kuncinya" titah Felix dan Zara pun maju disusul Lisa.

"Kalian boleh masuk dan istirahat. Udah malem" lanjut Felix dan mereka masuk keruangan masing-masing.

.
.
.
.
.
.
.

"Ra, laper" ucap Yein yang diangguki sekelompok. Mereka sekarang sedang berkumpul diruang tengah.

"Kamu kira aku ga laper? Coba tanya kak Kenta aja kali ya" balas Zara yang diangguki mereka.

Zara dan kelompoknya pun keluar ruangan menuju ruangan para OSIS laki-laki. Tadi mereka sudah diberi tahu sebelumnya. Dengan tekad yang tidak besar, mereka mengetuk pintu ruangan itu.

"Permisi, kak Kenta" panggil Zara. Setelah sekitar 2 menit mengetuk pintu, akhirnya Kenta keluar ruangan.

"Eh, kok kalian ga tidur? Kenapa?" tanya Kenta terheran-heran.

"Kita laper, kak. Gatau makan apa" ucap Zara polos.

"Oalah, laper? Masuk sini. Lagi pada makan-makan nih" ucap Kenta membuat semua menatap tak percaya.

Mereka masuk ruangan dan pemandangan pertama adalah para OSIS laki-laki sedang berkumpul sambil memakan berbagai macam makanan yang tersedia ditambah minuman yang cukup banyak.

"Kak Yan An ih! Bukannya kasih adek makanannya malah makan sendiri!" ketus Zara sambil mempoutkan bibirnya membuat Yan An yang sedang makan tersenyum.

"Ulululu Zara laper? Sini makan. Sini dek, masuk ayo makan bareng" ucap Yan An sambil melambaikan tangannya pertanda agar anak-anak masuk.

"Iya kak. Maaf ganggu ya" ucap Samuel sambil masuk diikuti yang lainnya.

"Gaapa kok. Makan sini, ga usah segan. Kita juga udah kenyang. Habis ini istirahat ya" balas Donghan.

"Su, doi tuh" bisik Yein sambil menyikut Sujeong.

"Apasih kamu mah ih" balasnya dan duduk disamping Jennie yang gemetaran. Bagaimana tidak? Yan An sedari tadi memang bersama Zara tetapi pandangannya sesekali ke Jennie.

"Jen, jangan lamun terus. Makan ini" ketus Seonho yang mulutnya sudah penuh dengan makanan. Entah karena lapar atau memang makanannya yang enak, yang jelas Seonho bisa kenyang.

"Duh, makannya pelan-pelan kali, Ho" ketus Ravy mengingatkan.

"Laper asli" balas Seonho dan para makhluk didalam ruangan itu tertawa melihat tingkah lucu Seonho.

.
.
.
.
.
.
.

"Akhirnya kenyang juga aku" ucap Yein saat mereka sudah masuk kekamar masing-masing.

"Kamu tuh ya, makan mulu. Emang makanan yang tadi dibus kamu kemanain?" tanya Sujeong jengah dengan Yein.

"Ih, ga kenyang tau!" ketus Yein tidak terima. Merekapun hanya tertawa melihat kelakuan Yein yang daritadi hanya protes dengan makanan.

"Hahahah. In, kamu mirip Seonho deh. Makannya banyak. Comblangin yuk" ucap Jennie dan yang lain mengangguk setuju.

"Apaan sih?! Ga kali! Kalo Seonho emang dari sononya kali! Kalo aku kan emang karena....ya gitu!" pekik Yein yang kehabisan kata-kata ditengah ucapannya.

"Ya gitu itu apa? Bawaan ketemu Seonho? Apa udah fall in love sama Seonho jadi ikutan dia?" ledek Zara dan yang lain hanya tertawa kecuali Yein yang hanya mempoutkan bibirnya.

"Udah ah aku tidur aja lah. Kesel sama kalian!" ketus Yein dan bersiap untuk tidur dan tiba-tiba lampu dimatikan oleh Nari. Mereka keluar kamar dan meninggalkan Yein yang ketakutan tapi merasa jaim jika teriak.

"Zara?" panggil Yein pelan tapi tidak ada jawaban.

"Ini apaan sih? Sujeong? Jennie? Ih pada kemana sih?!" pekik Yein takut.

Dan...












🍂🍂🍂

Kakak || Pentagon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang