10 - Hujaan

5.1K 391 3
                                    

"ALFA?!"

Gue menyerngitkan dahi bingung.

"Lo kenal?" tanya gue ke Alfa.

"Iyalaah" jawab Alfa santai sambil pindah duduk ke samping gue, biar kita berdua bisa ngomong langsung ke kadit.

"Lo kenal kak?" tanya gue

"Iyalah! Dia itu anak tetangga yang paling ngeselin, yang ganggu acara date gue sama gebetan gue!" kata kadit berapi api.

"Heh kak, lo tu ya, orang gue bilangin kalo cewe tu uda punya pacar masi ngeyel aja!" kata Alfa tak mau kalah.

"Bawel lo toil!"

"Tunggu tunggu. Jadi.. dia ganggu date lo kak? Yang sebelum lo berangkat ke Australi itu?" tanya gue.

"IYA!" kata kadit.

"Btw jangan bilang lo tinggal di rumah dia.." kata kadit horror.

Kami berdua malah nyengir.

"OH MY GOSH!!!" teriak abang gue.

"Duh kaak! Jangan tereak tereaaaak deh! Lo lebih rempong dari ibu hamil tau gak!!!" omel gue. "Kenapa sih?" tanya gue.

"Hhhh dek! Dia itu bawel, ngeselin, batu, bzzzzz" kata kadit sambil melotot.

"Ati ati mata lo jatoh bang" kata Alfa tanpa dosa, bikin gue ketawa ngakak. Ckck...

"ANJIIIIIR!" kata kadit geregetan.

"Kaga kok kaa, gue baik sama ade lo, ga kaya ke elo kok" kata Alfa.

"HHHH! Pokonya ati ati aja kalo adek gue kenapa napa, nyalolang—nyawalomelayang—!" ancam kadit.

"Mana mungkin gue tega kak.." kata Alfa sambil ngerangkul pundak gue, bikin pipi gue panas ya ampun...

"HEH JANGAN PEG—"

Call ended.

Gue nyikut Alfa. "Lo berani ya sama kakak gue?" tanya gue.

"Berani dong, kalo kaga ya gue ga direstui entar" katanya.

HA?

DIRESTUI?!

DIRESTUI APAAN?!

"Pulang yuk, bentar lagi ujan" kata Alfa.

Gue nggangguk dan ngacir di belakang dia.

"Hujaan!" tereak Alfa sambil meminggirkan motornya ke depan sebuah toko kecil yang sudah tutup.

Badan gue cukup basah, Alfa juga. Ujannya tambah deres lagi. Ughughugh. Nasib -.-

Alfa tampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasnya, dan ternyata dia lagi cari jaket. Emang dia bawa yak? Punya gue mah di kamar..

Sesuatu yang hangat tersampir di kedua pundak gue.

"Jangan kehujanan, gue gamau lo sakit" kata Alfa.

Gue mengangguk pelan. "Eh elo juga pake dong" kata gue sambil membagi separo jaketnya.

"Gamau" katanya manja.

"Gue juga gamau kalo gitu" kata gue sambil melipat jaket itu.

"Pake" katanya.

"Kan lo gap—"

"Pa. Ke." katanya penuh penekanan.

Gue menunduk dan akhirnya gue pake..

"Heh lo ngapain ujan ujanan ha?" tanya gue pas liat Alfa lagi berdiri di tengah hujan.

Dia hanya tersenyum sambil mendongak menatap langit.

Gue deketin dia.

"Kadang gue mikir.. kenapa dunia itu bisa sedingin hujan, dan sehangat matahari" gumamnya.

Sedingin papa, sehangat Alfa.

"Tapi, kalau pelangi bisa muncul setelah hujan datang, dan matahari bisa sirna ketika malam datang, kebahagiaan bisa datang kapan aja kan?" tambah gue.

Meskipun gue nggaktau kapan kebahagiaan itu datang.

Paa.. Farah kangen papa.. Papa kangen Farah juga nggak?

Nggak kerasa, cairan panas keluar dari mata gue. Pandangan gue jadi burem.

Alfa menatap lekat mata gue. "Bahkan, kadang kebahagiaan harus merelakan sesuatu yang berharga" dan selanjutnya...

Alfa memelukku.

~~~

Blablabla.

Stuckctuckstuck.

Peluk cium, Author Labil.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang