Akhir dan Awal dari segalanya

8.5K 657 56
                                    

Beam menatap undangan ditangannya. Dia menuangkan wiski dari botol ke gelas dan meminumnya sekali teguk.

Cinta

Dia tidak pernah mengerti apa arti cinta. Menurutnya cinta hanyalah permainan pikiran. Tapi entah mengapa, dengan pria ini, dia rela melanggar semua aturan yang diterapkannya. Dia tidur dengannya walau tahu bahwa pria tersebut bukan gay. Pria tersebut menjadi oase ditengah pekerjaannya yang gila. Dan tanpa disadari dia bahkan rela tinggal bersamanya.

"Kenapa harus menghabiskan uang untuk menyewa apartemen jika kamu tidak pernah menempatinya?" ujar pria tersebut saat memintanya tinggal bersama.

Beam mendesah dan menatap koper disampingnya. Dia mengambil botol wiski. Kali ini dia meminum langsung dari botolnya.

*****

---- 12 jam sebelumnya ----

Beam menatap bingung ke arah direktur sales and marketingnya yang berdiri di depan ruang kerjanya.

"Anda tidak perlu menjemput saya. Saya akan datang sendiri ke ruang rapat" ujar Beam sambil tersenyum. Dia mengambil beberapa dokumen dan berjalan menuju pintu keluar. Tapi direkturnya malah masuk dan menahannya. Dia menutup pintu ruang kerja Beam dan menatap Beam lembut.

"Kita harus bicara. Sebelum rapat dimulai" ujarnya. Beam menatap pria yang sudah hidup bersamanya selama enam bulan ini. Tidak ada orang kantor yang tahu tentang hubungannya dan pria ini.

"Tidak bisakah kita bicara nanti di rumah karena jika kita terlambat Bos akan marah besar" ujar Beam. Tapi pria didepannya menggeleng. Beam mendesah dan memilih mengalah.

"Baiklah" ujarnya. Dia menatap pria didepannya dengan tidak sabar.

Pria tersebut melepaskan pegangannya pada tangan Beam dan menyentuh pipi Beam.

"Be~"

Beam mematung. Mereka berdua melakukan banyak hal intim tapi ini pertama kali pria tersebut bersikap lembut padanya. Entah kenapa dia merasa aneh. Dan dia tidak pernah memanggilnya "Beam" selain di apartemen mereka. Dia biasa memanggilnya Baramee.

"Kenapa kamu bertingkah seperti ini" ujar Beam gugup sambil memegang tangan besar yang menyentuh pipinya lembut.

Pria tersebut menarik nafas panjang dan menatap Beam lekat sebelum dia mengumumkan sesuatu yang membuat Beam hampir menghajarnya sedetik setelah dia mengatakannya.

"Aku akan menikah" ujarnya.

Beam melepaskan genggaman tangannya dari tangan pria tersebut dan berjalan mendekat padanya. Dia menatap pria tampan didepannya tajam. Harus Beam akui, bahkan jika dia tidak percaya cinta, pria ini bisa membuat dia setia. Beam tidak tidur dengan siapapun selama hampir setahun saat bersamanya. Pria didepannya begitu cerdas, tampan, lucu dan hebat diranjang. Seharusnya Beam menyadari, pria seperti dia terlalu bagus untuknya.

"Apa ini semacam april mop atau hidden camera?" tanya Beam sambil tertawa canggung. Tapi pria didepannya tidak mengatakan apapun dan menatapnya serius. Beam menelan ludah.

"Maaf" ujar pria tersebut pada akhirnya. Dia melepaskan tangannya dari Pipi Beam dan mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya dan menyerahkannya pada Beam. Beam menatap undangan didepannya.

"Sebelum Pak Dirut mengumumkannya, aku ingin memberitahukannya padamu. Bagaimanapun kamu adalah orang yang aku cintai. Aku tidak ingin kamu tahu dari orang lain" ujarnya.

Oke

Kata orang, tidak ada manusia yang sempurna. Beam menatap marah pada pria didepannya. Sepertinya dibalik semua kesempurnaan yang pria ini miliki, dia punya masalah di otaknya atau hatinya.

Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang