Keraguan

6K 595 67
                                    

Beam menatap handphonenya yang berkedib. Alisnya mengkerut ketika dia melihat nama Mom muncul.

"Ada apa?" Forth melihat wajah gelisah Beam. Beam menatap Forth dan mencoba tersenyum.

"Tidak ada" jawabnya sambil berdiri dan mengambil handphonenya. Dia berjalan ke sudut ruangan dan mengangkat telponnya.

"Halo Beam" ujar suara dingin di ujung telponnya.

Beam mendesah "Mae" jawabnya.

"Dimana kamu tinggal sekarang?" tanya ibunya tanpa basa basi. Beam terdiam. Dia tidak bisa memberitahu dimana dia tinggal. Dia tahu bagaimana ibunya. Gila. Sepertinya.

"Mae di bangkok? Berapa lama?" tanyanya

Ibunya berdecak. Beam tidak memberitahu tempat dia tinggal. Dia tahu itu berarti Beam tinggal dengan seseorang.

"Ehm...Mae akan tinggal di hilton selama seminggu" Jawab ibunya.

"Beritahu Beam Mae menginap di kamar berapa, Beam akan datang nanti malam" ujarnya. Ibunya ingin mengatakan sesuatu tapi Beam sudah menutup telponnya. Beam mendesah dan kembali ke meja makan.

"Ada masalah?" tanya Forth. Dia bisa melihat wajah Beam yang berubah gelisah. Beam menggeleng dan tersenyum

"Ibuku ada di bangkok. Jadi nanti malam aku tidak akan makan malam denganmu" ujar Beam. Forth menatap Beam terkejut.

"Kamu ingin aku menemanimu?" tanya Forth.

Beam menggeleng dengan cepat.

"Tidak perlu. Tidak akan lama" jawabnya.

Forth menatap Beam lekat "Ehm...jika kamu berubah pikiran. Katakan padaku" ujarnya sambil mengenggam tangan Beam lembut. Beam melihat tangan Forth yang mengenggam tangannya erat. Tentu saja dia tidak bisa membawa Forth ke hadapan Ibunya. Tidak seperti ibu Forth, Ibunya tidak akan bisa tertipu. Dia tidak bisa mengatakan bahwa Forth hanya sekedar bosnya. Ibunya akan tahu hanya dengan sekali lihat.

****

Beam berjalan ke arah meja ibunya. Ibunya bangun dan merentangkan tangannya. Beam menyambut pelukan ibunya.

"Aku merindukanmu" ujar ibunya. Beam hanya mengangguk. Ibunya melepaskan pelukannya dan duduk. Beam duduk di seberangnya. Mereka memesan makanan dan minuman.

"Jadi kamu putus dari Daniel?" tanya ibunya tiba-tiba. Beam menghentikan makannya dan menatap ibunya. Beam tidak perlu menjawab pertanyaannya. Ibunya sudah tahu.

Ibunya berdecak melihat Beam diam seribu bahasa.

"Lalu dengan siapa kamu tinggal saat ini?" tanyanya.

Beam meletakkan garpu dan pisau makannya. Dia meminum anggurnya habis dan menatap ibunya lekat. Sepertinya dia kemari bukan untuk makan malam dengan damai.

"Dengan siapapun itu bukan urusan Mae" jawab Beam. Ibunya menatap Beam terluka. Dia mendesah

"Aku dengar kamu pindah ke GAT....apa kamu tidur dengan salah satu bos disana?" tanya Ibunya dingin. Beam diam.

Ibunya meminum anggur di gelasnya habis.

"Apa kamu tidak belajar dari pengalananmu dan Daniel? Mereka semua hanya menginginkan tubuhmu. Cinta? Bullshit. Pada akhirnya mereka akan menyadari bahwa hidup bersamamu bukanlah hal yang mereka inginkan. Mereka ingin lebih. Keluarga, anak, istri yang bisa diperkenalkan ke orang banyak tanpa harus menerima pandangan negatif atau cibiran" ujar ibunya.

Beam terdiam. Dia tahu itu.

"Jadi, berhentilah tidur dengan pria dan kembalilah normal Beam"

Beam meremas serbet di meja makan dan menatap ibunya tajam "Normal? Beam normal Mae!" ujarnya sedih. Hatinya terasa sakit. Ibu, satu-satunya wanita yang dia harap bisa mendukungnya, menghancurkan hatinya setiap mereka bertemu.

Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang