Can't live without you

6.7K 691 105
                                    

"Beam tolong....." Forth terdiam. Dia hanya menatap kosong pada sisi sebelah kirinya. Biasanya Beam akan ada disana. Bersikap serius sambil memotong sesuatu yang dia berikan.

Forth mendesah.

"Stupid. Beam tidak lagi ada disini. Move on" bentaknya dalam hati. Forth menatap sandwich didepannya.

"Sekarang apa yang akan kulakukan pada ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kebiasaan membuat Forth tanpa sadar memasak buat dua porsi. Forth memijat kepalanya yang terasa sakit.

"Dia mungkin belum sarapan pagi ini" ujarnya. Jadi Forth membungkus satu porsi sandwich untuk dibawa ke kantor

****

Beam menatap maha karyanya. Roti ditangannya sedikit gosong.

Oke

Tidak sedikit

Tapi sangat gosong

Dan telur didalamnya masih setengah matang. Dia sudah membantu Forth masak berminggu-minggu tapi kenapa dia masih tidak bisa melakukannya sendiri. Beam mendesah. Dia membuang sandwich percobaannya ke tong sampah dan mengambil tasnya. Dia merindukan masakan Forth. Dia membayangkan apa yang Forth masak pagi ini.

/plak/

Beam memukul kedua pipinya.

"Berhenti memikirkannya. Lebih baik pergi kerja, mungkin ada sesuatu yang bisa dimakan di kantor" pikirnya. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke kantor lebih cepat.

*****

Semua karyawannya menatap Beam bingung karena Beam datang lebih awal. Biasanya dia akan datang tepat pukul 8.

"Pagi Pak, cepat sekali?" tanya para karyawatinya ramah. Mereka menyukai Beam. Malaikat pelindung mereka. Semenjak Beam jadi manajer, divisi mereka jauh dari malapetaka. Selain itu, Beam bukan hanya baik hati tapi juga tampan jadi para karyawati merasa bahagia. Beam menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk ke kantor

"Ehm...saya datang cepat untuk sarapan. Apa ada kantin atau semacamnya di kantor ini?" tanya Beam. Semua orang menatap Beam terkejut.

"Anda tidak pernah ke kantin?" tanya mereka.

Beam tersenyum lebar sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Tentu saja tidak, dia selalu makan dengan yang mulia Forth. Tapi tidak mungkin dia mengatakannya pada karyawannya. Sekarang, tanpa Forth, saatnya ia kembali jadi rakyat jelata.

"Ada banyak opsi dibawah. Mau pergi bersama kami?" tawar karyawatinya.

Beam tersenyum senang dan mengangguk. Dia meletakkan tasnya di ruang kerjanya dan bergabung bersama anak buahnya. Tapi baru beberapa langkah semua anak buahnya berhenti berjalan dan terdiam. Mereka menatap Evil Bos yang berjalan ke arah mereka dengan wajah dingin. Semua orang beringsut ke belakang Beam. Evil Bos tidak pernah mendatangi ruang karyawan. Dipanggil olehnya ke ruangan saja sudah cukup mengerikan. Kini, mereka menyaksikan Evil Bos berjalan dengan wajah dingin ke arah mereka. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi mereka dan mereka mulai berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

"Kamu mau pergi?" tanya Forth ketika dia melihat Beam dan anak buahnya berkumpul.

"Pagi Bos" sapanya "Saya ingin sarapan dengan yang lain" jawab Beam. Forth terdiam. Dia menatap bungkusan di tangannya. Dia mendesah. Seharusnya dia tahu, Beam tidak butuh makanannya. Tentu saja ada begitu banyak opsi diluar sana.

Beam yang melihat Forth berpikir keras di depannya cuma bisa tersenyum "Apa itu untuk saya?" tanyanya. Beam tahu bagaimana Forth. Harga dirinya terkadang membuatnya sulit untuk bersikap terbuka.

Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang