The Real Evil

7.4K 603 51
                                    


Beberapa dari kalian mungkin sudah pernah membaca bab ini

****

Forth terbangun dan tersentak. Dia mimpi buruk. Mimpi Beam meninggalkannya. Dia merasa lega ketika dia melihat Beam masih tertidur lelap di sampingnya. Beam merebahkan kepalanya di dada Forth dan memeluk pinggangnya erat. Forth menatap takjub pada pria disampingnya. Rambut hitam lembut Beam jatuh menutupi matanya. Begitu kontras dengan kulit putihnya. Beam terlihat benar-benar-benar seperti yang disebutkan orang-orang dibelakangnya, Malaikat.

Beam bergerak sedikit ketika Forth mencoba merapikan rambut depan Beam.

"Hush....tidurlah lagi" bisik Forth sambil menarik selimut hingga menutupi bahu Beam dan memeluk Beam erat. Beam kembali terlelap sambil memeluk Forth.

Forth tersenyum tipis. Dia menyukai ini. Memiliki Beam dalam pelukannya. Tetapi ada perasaan was-was dalam hatinya. Mereka sudah berpacaran selama sebulan lebih tapi Beam masih menyimpan seluruh pakaiannya di dalam koper. Tapi Forth tidak mengatakan apapun pada Beam. Dia akan melakukan apapun agar Beam merasa bahwa rumah ini adalah miliknya juga.

****

"Demi Tuhan Forth!" ujar Lam kesal.

"Kita tidak punya pilihan lain. Hanya ada tinggal Beam" tambahnya.

Forth menatap Lam tidak setuju "Aku tidak akan mengirimnya ke gurun pasir selama seminggu" tegasnya.

Lam menatap Forth frustasi. Dia tidak pernah melihat Forth seperti ini. Terlihat ragu dalam mengambil keputusan.

"Hanya karena kamu tidur dengannya bukan berarti kamu bisa pilih kasih" tuduh Lam "Lagi pula ini hanya seminggu!" protes Lam.

Forth yang menatap dokumen didepannya memalingkan wajahnya pada Lam. Ia menatap Lam tidak senang. Forth tidak pernah mengatakan tentang hubungannya dan Beam tapi seperti biasa, Lam mengetahui kehidupan pribadinya begitu cepat.

"Aku bahkan tidak bisa hidup tanpanya selama tiga hari" gerutu Forth pelan. Lam yang tidak mendengar jelas omongan Forth. Ia menatap Forth tajam.

"Apa?" tanyanya.

Forth mendesah dan meletakkan dokumen di atas mejanya. Ia bangun dari kursinya dan berjalan ke arah jendela kantornya. Lelang proyek ini akan dibuka besok. Dia harus memutuskannya hari ini.

"Tidak ada. Aku akan bicara pada Beam" ujar Forth pasrah.

Lam tersenyum penuh kemenangan. Dia berjalan ke arah Forth.

"Oh ayolah. Dia hanya akan ke qatar selama seminggu. Kamu bahkan tidak akan sadar bahwa dia pergi. Dia akan kembali secepat kilat"

Forth menatap Lam lekat.

"Cobalah untuk jatuh cinta" ujar Forth sambil mendorong kepala Lam dan kembali duduk ke tempat duduk.

Lam mengusap kepalanya "orang normal akan baik-baik saja jauh dari pacarnya selama seminggu Forth!" ujar Lam frustasi.

Forth menggeleng dan kembali menatap dokumen di tangannya. Dia harus bicara dengan Beam malam ini

*****

"Kenapa kita berhenti disini?" tanya Beam heran ketika mereka berhenti di basement sebuah hotel mewah.

"Dinner" ujar Forth sambil tersenyum dan melepaskan sabuk pengaman Beam. Beam menatap Forth lekat

"Dinner?" tanyanya bingung. Forth tidak suka makan di luar. Menurutnya makanan diluar tidak lebih baik dari masakannya. Beam mengakui itu jadi dia tidak keberatan.

"Ehm...sesekali aku ingin mengganti suasana" ujarnya sambil mengusap tangan Beam lembut. Beam menatap mata Forth lekat. Dia tahu Forth memikirkan sesuatu tapi karena Forth enggan mengatakannya dia memilih bersabar.

Angel and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang