Three

4.4K 462 7
                                    

"Aku ikut!"

Hani dan Dino menoleh melihat Vernon yang sudah siap. Dino hanya terkekeh sementara Hani masih bingung.

"Kenapa melihatku begitu? Ayo," ujar Vernon heran.

"Kalian tidak bekerja?" tanya Hani.

"Ini hari Sabtu. Kami libur tiap hari Sabtu," ujar Dino.

"Ah, begitu."

"Kau tidak ada sesuatu yang perlu dibawa?" tanya Vernon.

"Hyung, kau lupa? Dia kemari tidak membawa apapun, memang apa yang mau dibawanya?" tukas Dino.

"Ah, kau benar. Maaf," ujar Vernon menunduk.

"Tidak apa-apa, oppa," ujar Hani.

Mereka berjalan keluar dorm. Baru tiga langkah berjalan, Dino kembali melesat ke dalam rumah, membuat Vernon dan Hani bingung.

Sepuluh detik kemudian, Dino keluar dan memakaikan topi putih yang senada dengan celana Hani pada gadis itu.

"Pakai ini," ujar Dino sambil memakaikannya di kepala Hani.

Hani mengangguk dan membiarkan Dino memakaikannya. Dino yang lebih tinggi dari Hani dengan cepat menyelesaikan itu dan kembali berjalan.

Vernon merasa diabaikan dan hanya menjadi nyamuk di antara pasangan ini.

"Seharusnya aku tadi tidak ikut," gumam Vernon terkikik geli melihat Hani berjalan di tengah-tengah Vernon dan Dino.

Saat akan menyebrang jalan yang sepi, Hani hampir saja ditabrak jika Vernon tidak dengan cepat menarik lengan Hani.

Hani membeku. Melihat sepeda yang melesat tanpa ada niatan meminta maaf.

"Heh! Kurang ajar. Sudah tahu ada orang akan menyebrang dan dia masih saja mengebut seperti orang kerasukan? Kau! Menyebalkan!" marah Hani dalam dekapan Vernon.

Hani bahkan tidak sadar lengan Vernon melingkarinya dari belakang agar Hani tidak lepas kendali dan mengamuk ke pengendara itu dengan bahasa Indonesia.

Dino yang melihat Hani jadi galak—walau tidak mengerti yang dibicarakan Hani daritadi—diam seribu bahasa. Hani marah-marah dengan bahasa Indonesia, bagaimana mereka bisa mengerti?

"Cih."

"Sudah selesai mengomelnya?" tanya Vernon tepat di telinga Hani membuatnya merinding.

"Ah! Maaf! Maafkan aku," ujar Hani terkejut dan reflek melepaskan diri dari Vernon. Gadis itu membungkuk dengan rasa bersalah dan malu.

Vernon dan Dino hanya tertawa melihat Hani yang menunduk berkali-kali pada mereka.

"Aku tidak sadar. Maaf," ujar Hani lagi dengan muka merah.

"Apa kau terluka?" tanya Dino. Hani menggeleng.

"Apa hyung terluka?" tanya Dino pada Vernon. Vernon menggeleng.

"Hanya lecet," bisik Vernon pada Dino agar tidak membuat Hani khawatir. Tapi Hani melihat tangan Vernon yang lecet dan langsung menggenggamnya.

"Ini? Karena aku, ya?" tanya Hani merasa bersalah.

Vernon terkejut dan menggeleng lembut, "Bukan, kok," jawab Vernon.

Mata Hani menyipit. Tidak percaya.

"Ah, ayo! Supermarketnya di depan sana." Dino mengalihkan pembicaraan dan menyelamatkan Vernon.

Dino menarik tangan Hani agar mengalih dari Vernon. Diam diam, Vernon menghela napas lega dan tersenyum kecil.

Mysterious Girl [SEVENTEEN FANFICTION]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang