Memasuki awal musim dingin, hawa yang semula hanya sekedar sejuk perlahan berganti. Suhu menjadi semakin rendah dan salju pertama turun di pertengahan bulan terakhir tahun ini.Jiyeon menatap halaman paviliunnya malam itu. Salju pertama turun dengan begitu romantis diantara suasana tenang dan menyenangkan dalam istana. Beberapa pelayan tampak riuh menyambut musim dingin tahun ini. Membuat Jiyeon ikut tersenyum.
Perlahan Jiyeon mengeluarkan tangan yang lebih sering bersembunyi di balik chima miliknya, lalu menjulurkannya ke udara. Dingin salju yang menyentuh permukaan kulitnya membuat Jiyeon menutup mata.
Pelan tapi pasti doa-doa itu terucap dalam benaknya. Doa yang Jiyeon harap akan didengar dan segera dikabulkan oleh sang pencipta.
"Putri Mahkota percaya akan permohonan salju pertama?"
Jiyeon menoleh, menatap Dayang Shin yang masih setia berdiri di sampingnya. Ia tersenyum, lalu mengangguk manis.
"Aku percaya. Meskipun tidak selalu mengirimkan doa, tapi beberapa kali setiap aku memiliki permohonan, salju pertama selalu berhasil mengabulkannya."
Dayang Shin ikut tersenyum. "Apa yang Putri Mahkota minta kali ini?"
Jiyeon hanya menggeleng malu. "Biar aku dan penerima doa ku saja yang tau, Dayang Shin."
Pelayan istana itu tersenyum kagum dan mengangguk paham. Ada rasa sayang yang sudah menyusup jauh-jauh hari darinya untuk sang Putri Mahkota. Gadis yang dipilih Raja dan Ratu secara langsung itu begitu baik hati dan anggun.
Selama melayaninya, Dayang Shin tidak pernah terluka akan perbuatan atau tutur katanya.
Mungkin memang terlalu awal untuk menilai mengingat ia akan bekerja melayani Putri Mahkota untuk sepanjang hidupnya. Namun Dayang Shin tidak pernah ragu, bahwa Putri Mahkota adalah sosok yang sempurna dan pantas mendampingi pemimpin negeri ini nantinya.
"Putri Mahkota tidak ingin masuk? Diluar mulai dingin, tidak baik untuk kesehatan tuan putri."
Jiyeon menuruti saran Dayang Shin. Ia segera memasuki paviliun, lalu segera bersiap-siap untuk tidur.
Udara dingin dan kepingan salju pertama entah mengapa membuat Jiyeon sadar jika ia begitu merindukan Jaehyun. Sudah berapa minggu mereka tidak bertemu?
Udara dingin malam itu seharusnya membuat tidur Jiyeon cukup nyenyak. Salju yang belum begitu deras membuat udara seharusnya terasa nyaman. Namun keringat dingin justru hinggap disepanjang kening terbuka Jiyeon.
Ia melihat api, banyak busur panah dan teriakan orang-orang dalam barak besar.
Suara serigala yang melolong..
Dan Jaehyun.
Jiyeon menggelengkan kepalanya kasar. Jantungnya berdegup kencang melihat kekacauan yang terjadi. Pertumpahan darah, jasad yang tergeletak dimana-mana, barak perburuan yang hancur.
Tidur Jiyeon semakin terusik tatkala ia menemukan Jaehyun tergeletak di dalam barak khususnya. Tubuh lelaki itu kaku dan bersimbah darah. Ada banyak bekas sayatan pada tubuhnya. Jaehyun tidak bernafas. Dan Jiyeon terjatuh lemas.
"P-Putra Mahkota.." Panggilnya pelan.
Namun Jaehyun tetap tidak bergeming. Nafasnya telah hilang. Jiyeon berusaha mengguncang tubuh sang suami, tapi lelaki itu tetap diam.
"J-Jaehyun-ah.."
"PUTRA MAHKOTA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Crown Prince's First Love | Jung Jaehyun
Romance"Ada seorang putri dari penasehat istana yang kami pikir akan sangat pantas untuk menjadi pendampingmu nanti. Pertengahan tahun depan, dia akan memasuki usia ke dua puluh. Saat itu kerajaan akan memperkenalkannya sebagai Calon Putri Mahkota. Dan per...