Jaehyun berhenti berkunjung selama satu minggu usai pembicaraan serius mereka malam itu.Sang Putra Mahkota seperti memberikan Jiyeon kesempatan untuk mempersiapkan diri dan mentalnya sebelum mereka kembali bertemu.
Satu minggu tanpa melihat dan merasakan kehadiran Jaehyun, entah mengapa Jiyeon merasa begitu rindu. Ada getar yang tidak ia mengerti hadir setelah Jaehyun berbicara perihal tugasnya sebagai seorang istri.
Mulanya Jiyeon yakin itu hanya perasaan terselubung yang masih mampu ia atasi. Namun ternyata ia salah. Karena kemudian di malam ketika penjaga berteriak memberi kabar bahwa Putra Mahkota mengunjungi paviliunnya, getar itu kembali hadir.
Dan kali ini, membuat seluruh pori-pori Jiyeon membesar dilanda kegugupan dan rasa mendamba yang asing.
Saat pintu kamar terbuka dan Jaehyun berdiri disana, Jiyeon dapat merasakan tatapan sang Putra Mahkota yang begitu teduh dan menenangkan.
Namun itu tidak sama sekali menghilangkan aura sensualitas yang menguar di seluruh penjuru kamar.
Ketika Jaehyun mendekat dan duduk disampingnya, Jiyeon masih menunduk malu. Menyadari bahwa kini mereka akan memasuki tahapan baru dalam sebuah hubungan rumah tangga. Bahwa kini Jiyeon percaya jika sang Putra Mahkota telah berani membuka diri dan menemaninya sama-sama belajar untuk jatuh cinta lebih dalam lagi.
"Tatap aku, Bu-in."
Nada rendah itu membuat seluruh pori-pori di tubuh Jiyeon merenggang. Mendengar Jaehyun memanggilnya saat mereka hanya berdua saja membuat Jiyeon merasa tubuhnya meremang halus.
Dengan pelan, jemari Jaehyun mengangkat dagu sang Putri Mahkota. Pada akhirnya mempertemukan dua galaksi indah dalam bola mata mereka.
Membuat satu sama lain saling menyadari bahwa ada binar berbeda yang terpancar dari dalam netra mereka malam ini.
Malam semakin temaram saat Jaehyun tersenyum hangat. Membuat perasaan Jiyeon ikut menghangat olehnya.
Lelaki itu seperti tengah memberikannya keyakinan penuh dan menuntut rasa percaya. Dan tidak ada yang dapat Jiyeon lakukan selain memberikan seluruh kepercayaan miliknya pada sang Putra Mahkota.
"Aku merindukanmu."
Kedua mata Jiyeon mengerjap lambat. "Saya juga merindu, Jeoha."
Jaehyun mengulas senyum tipis. Jemarinya beranjak menangkup tulang rahang Jiyeon dengan lembut.
"Putri Mahkotaku begitu indah. Bolehkah aku.. memilikimu seutuhnya?"
Mata Jiyeon bergetar namun tak lepas dari pandangan Jaehyun. Ia mengangguk. Suara yang Jaehyun keluarkan benar-benar menggetarkan tubuhnya.
Jaehyun mendekat, mengecup kening Jiyeon lembut. "Aku tidak akan menyakitimu, Bu-in."
Tangan Jaehyun perlahan melepas perhiasan yang menghiasi tatanan rambut Putri Mahkota. Satu persatu, hingga kemudian menarik ikatan rambut dan membebaskan helaian surai lurus legam Jiyeon.
Untuk sesaat Jaehyun terdiam. Memperhatikan dengan seksama bagaimana anggunnya Jiyeon dari balik bulu mata lentiknya yang bertengger di kelopak mata berpadu dengan surai panjangnya yang indah.
Jemari Jaehyun bergerak, menyusupkan rambut sang istri pada telinga dan lagi-lagi membawa dagu Jiyeon untuk mendongak menatapnya.
Binar dalam mata Jiyeon memancarkan kegugupan yang sangat kentara. Membuat Jaehyun tidak dapat menahan senyumnya.
"Apa kau percaya padaku?"
Dada Jiyeon berdebar tak mampu ia kendalikan. Ada jutaan kecemasan yang menghampirinya namun seketika segala keresahan itu gugur bersama binar penuh kasih yang terpancar dari netra kelam Jaehyun.
"Ne, Jeoha."
Dan Jiyeon mengangguk pelan memberi jawaban.
__
hiya hiya ngarep apa kaliaaann? wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Crown Prince's First Love | Jung Jaehyun
Romans"Ada seorang putri dari penasehat istana yang kami pikir akan sangat pantas untuk menjadi pendampingmu nanti. Pertengahan tahun depan, dia akan memasuki usia ke dua puluh. Saat itu kerajaan akan memperkenalkannya sebagai Calon Putri Mahkota. Dan per...