Jaehyun berjanji bahwa seumur hidupnya ia tidak akan pernah beradu pedang dengan saudara.
Namun siang itu Jaehyun melangkah membelah salju menuju halaman istana. Ia menggunakan baju zirah keemasan, menenteng sebuah pedang yang selama ini selalu menemaninya dalam perang.
Lalu berdiri ditengah-tengah puluhan prajurit istana yang tengah berlatih.
Semua gerakan seketika terhenti saat calon penerus tahta kerajaan itu datang. Namun pandangan orang-orang tak membuatnya berhenti.
Jaehyun melihat Doyoung yang masih sibuk mengajarkan gerombolan remaja cara menggenggam pedang, hingga kemudian sepupunya itu berbalik, mengetahui keberadaannya.
Bola mata Doyoung membola cukup terkejut. Terlebih saat ia menemukan Putri Mahkota berjalan cepat mengangkat baju kebesarannya menembus hujan salju ringan yang menerpa istana hari itu.
"Ini bukan tempat berlatihmu, Putra Mahkota." Doyoung memulai percakapan.
"Aku datang bukan untuk berlatih, Hyungnim."
Jaehyun mengeluarkan pedang miliknya, membuat kedua alis Doyoung bertaut bingung sekaligus tertantang.
"Kita sepakat untuk tidak saling mengayunkan pedang satu sama lain semenjak penobatan mu, bukan?"
"Kalau begitu jangan anggap aku seorang Putra Mahkota kali ini."
Langkah kaki Doyoung membawanya mendekat. Menggenggam sebilah pedang, Doyoung menatap Jaehyun tenang. Mereka berdiri berhadapan tak lama kemudian.
"Apa aku telah berbuat kesalahan padamu?"
TRANG!
Pedang mereka beradu. Wajah keduanya saling berdekatan.
"Aku tidak menyangka kau mengundang Putri Mahkotaku untuk melihatmu berpedang bahkan berkuda, Hyungnim."
TRANG!
"Dia kesepian. Aku melakukannya karena Putri Mahkota butuh teman."
TRANG!
"Kupikir kita menghadiri pelajaran tata krama dulu. Bukan seperti itu caramu memperlakukan istri dari adikmu sendiri."
TRANG!
Doyoung mendorong pelan pada ayunan ke-empat. Salah satu alisnya menukik naik, berbanding terbalik dengan Jaehyun yang tampak mulai tersulut emosi.
"Sebentar, kau berbicara seolah aku sedang berselingkuh dengan Putri Mahkota mu?"
TRANG!
"Bukankah begitu?"
"Putri Mahkota pasti akan kecewa jika mendengar tuduhan ini."
"Dia mungkin tidak bersalah, tapi bisa jadi kau lah yang mendekatinya."
TRANG!
"Aku?"
Lagi-lagi Doyoung mendorong entah di ayunan pedang yang keberapa. Yang jelas itu menciptakan jarak yang cukup diantara mereka.
Jaehyun masih menatapnya dengan mata yang penuh emosi. Lalu Doyoung beralih menatap Jiyeon yang berdiri cukup jauh, menatap sang suami dengan bola mata penuh kecemasan.
Detik itu juga Doyoung tertawa pelan. Baru menyadari perannya disana.
"Benar. Mungkin kau ada benarnya, Putra Mahkota."
Doyoung melayangkan senyum mempesona miliknya pada Jiyeon, membuat darah Jaehyun seketika mendidih.
Sang Putra Mahkota segera melangkah, melayangkan pedang dengan geraman yang amat keras.
TRANG!
Lalu terdengar suara besi saling beradu. Hingga kemudian hening menyelimuti halaman istana. Pedang Jaehyun terlempar jauh. Dan kini ia berdiri dengan sebuah pedang lain mengacung tepat di depan lehernya.
"Kita tidak diajarkan untuk menggenggam pedang dengan emosi, Jaehyun-ah."
Jaehyun terjatuh bersama harga dirinya saat Doyoung menurunkan pedang. Lelaki itu melangkah maju, menekuk lutut dan menepuk pundak Jaehyun pelan usai menghela nafas malas.
"Ini tidak akan rumit andai kau lebih berani menyatakan perasaanmu padanya. Katakan jika kau mencintainya, karena dia juga sudah mencintaimu sejak lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Crown Prince's First Love | Jung Jaehyun
Romance"Ada seorang putri dari penasehat istana yang kami pikir akan sangat pantas untuk menjadi pendampingmu nanti. Pertengahan tahun depan, dia akan memasuki usia ke dua puluh. Saat itu kerajaan akan memperkenalkannya sebagai Calon Putri Mahkota. Dan per...