Ke ~ 26

13 2 0
                                    

            Jika matamu bisa kulihat
              Dalam sepotong mimpi,
   Sungguh mataku enggan terbangun
                Dan kehilangan lagi.

Dinda terus menjerit dan  meneriakkan nama Vhino, bunda yang sedang berada di dapur langsung menuju kekamar Vhino. Bunda melihat Dinda terus menjerit dan meneriakkan nama Vhino, padahal Dinda dalam keadaan tidur.

Hati bunda menangis dia tidak tega melihat Dinda seperti ini, jujur bunda  juga ingin menangis tapi ayah Vhino selalu menguatkan dirinya dan meminta selalu berdoa untuk putranya. Bunda menepuk-nepuk  pipi Dinda pelan-pelan.

Dinda akhirnya bangun dengan mata sembab, nafas tidak teratur, suhu badannya sangat panas, dia benar-benar memikirkan keberadaan Vhino, akhir-akhir ini dirinya sering mimpi buruk tentang Vhino, Vhino selalu bilang dia harus pergi, tapi kemana dia pergi Dinda tidak pernah dapat jawaban dari mimpi itu.

Dinda langsung memeluk bunda, dia terus-terusan menangis dipundaknya bunda. Bunda mengelus-elus​ rambut Dinda.

"Bunda Dinda takut Hikkk... hiikk tadi Dinda mimpi Vhino bunda katanya dia harus pergi " ucap Dinda menangis dalam pelukan bunda

Bunda hanya diam dia terus mengelus rambut Dinda dan membiarkan gadis itu menangis.

"Bunda sebenarnya Vhino mau pergi kemana bunda kasih tau Dinda "ucap Dinda

Bunda melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Dinda. Bunda menatap  Gadis ini sangat mencintai putranya.

"Bunfa tidak tahu Dinda, memang didalam mimpi kamu Vhino tidak memberi tahu kamu kemana dia akan pergi " ucap bunda dengan lembut

"Dia gak kasih tau aku bunda, " ucap Dinda

"Memang dalam mimpi kamu lihat Vhino sedang ngapaiin disana " ucap bunda membelai rambut Dinda

"Aku lihat Vhino memakai pakaian serba putih, dia tersenyum kepada aku bunda wajahnya memucat tangannya dingin" ucap Dinda

Bunda seketika menegang mendengar ucapan Dinda kalau putranya wajahnya pucat dan tangannya dingin, bunda memikir apa putranya sudah tiada, tidak-tidak bunda membuang jauh-jauh pikiran itu dia yakin putranya kuat dan pasti akan ketemu.

"Dinda kamu hanya mimpi, mimpi hanyalah bunga tidur, kamu harus berpikir positif kalau vhino pasti akan ketemu" ucap bunda

Dinda hanya diam, betul kata bunda itu hanyalah mimpi tapi kenapa mimpi itu sangat nyata baginya.

"Bunda ayah Vhino kemana yak ko aku tidak melihat dari tadi " ucap Dinda

"Ayahnya Vhino sedang ikut dengan tim besar untuk mencari Vhino dan korban-korban lainnya, kamu mau kan temenin bunda disini" ucap bunda

"Aku mau ko bunda " ucap Dinda

Bunda memeluk Dinda kembali, dia mengelus rambut Dinda dari belakang, air matanya terus mengalir dipipinya, bunda sangat berterima kasih pada Tuhan telah mengirim gadis kecil ini kepada putranya.

"Yallah temukanlah anak hamba, berikan petunjuk kami semuanya kemana Vhino sebenernya, jujur hamba sangat kasihan kepada gadis kecil ini, dia terus-terusan menangis memikirkan putra hamba, tolong berikan petunjuk pada kami semua" batin bunda

Bunda melepaskan pelukannya, dia menghapus air mata Dinda dengan jari-jarinya.

"Iyaudah kamu istirahat yak Dinda, bunda akan ambilkan makan untuk kamu, " ucap bunda

"Tidak perlu bunda aku tidak nafsu makan" ucap Dinda

"Kamu harus makan Dinda, nanti kalau Vhino tau kamu sakit bagaimana dia bakalan sedih" ucap bunda

Dinda hanya diam saja

"Iya sudah bunda tinggal kebawah sebentar yak " ucap bunda mencium kening Dinda

"Terima kasih bunda " ucap Dinda

Bunda tersenyum dan meninggalkan dinda didalam kamar Vhino. Setelah kepergian bunda dari kamar Vhino, Dinda memegang kalung pemberian dari Vhino sebelum Vhino pergi ke Amerika.

"Vhin kamu kemana, aku terus-terusan mimpiin kamu tapi tidak ada satupun jawaban dari mimpi itu, kamu sebenarnya mau pergi kemana kenapa kamu tidak memberi tahu aku, aku rindu kamu vhin, aku selalu berdoa semoga mimpi itu tidak menjadi kenyataan​, dan kamu bisa cepat ketemu, dan kembali lagi kepada aku vhin, aku kangen kamu" batin Dinda

Between time, you and him { Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang